Islam adalah dien rahmat bagi semesta alam. Dien yang
menjelaskan segala bentuk kemaslahatan (kebaikan) bagi manusia, mulai dari
masalah yang paling kecil dan ringan hingga masalah yang paling besar dan
berat. Demikianlah kesempurnaan Islam yang hujjahnya sangat jelas dan terang,
malamnya bagaikan siang. Sehingga tidak ada satupun permasalahan yang tersisa
melainkan telah dijelaskan didalamnya. Termasuk dari keindahan dan kesempurnaan
agama Islam adalah adanya aturan-aturan dan adab ketika makan dan minum.
Bagaimanakah agama Islam nan sempurna ini mengaturnya? Pada edisi kali ini kami
sajikan pembahasannya secara ringkas sebagai berikut:
Adab-adab ketika menyantap hidangan
1. Berdo’a sebelum makan
Permasalahan yang sungguh sangat ringan, namun sering
terlalaikan oleh sebagian kaum muslimin, yaitu berdo’a sebelum makan. Padahal
lebih ringan daripada sekedar mengangkat sesuap nasi ke mulut dan tidak lebih
berat dari menahan rasa lapar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: بسم الله, فَإِنْ
نَسِيَ فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّ لِهِ وَآخِرِهِ
“Apabila salah seorang kalian makan suatu makanan, maka
hendaklah dia mengucapkan “Bismillah” (Dengan nama Allah), dan bila dia lupa
diawalnya hendaklah dia mengucapkan “Bismillah fii awwalihi wa akhirihi”
(Dengan nama Allah di awal dan diakhirnya).” {Shahih Sunan At-Tirmidzi 2/167
no. 1513 oleh Asy-Syaikh Al-Albani}
Dalam hadits yang lain dari Shahabat yang membantu
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selama 18 tahun, dia bercerita bahwa:
“Dia selalu mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam apabila mendekati
makanan mengucapkan ‘bismillah.’” {HR. Muslim}
Berdasarkan dalil yang shahih dan sharih (tegas) di atas,
menerangkan bahwa membaca ‘bismillah’ ketika makan dan minum adalah wajib dan
berdosa bila meninggalkannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepada ‘Umar bin Abi Salamah:
يَاغُلاَمُ,سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ…
“Wahai anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan
kananmu…” {HR.Al Bukhari dan Muslim}
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Yang benar adalah wajib
membaca ‘bismilah’ ketika makan. Dan hadits-hadits yang memerintahkan demikian
adalah shahih dan sharih. Dan tidak ada yang menyelisihinya serta tidak ada
satupun ijma’ yang membolehkan untuk menyelisihinya dan mengeluarkan dari makna
lahirnya. Orang yang meninggalkannya akan ditemani setan dalam makan dan
minumnya.”
Kemudian apakah boleh bagi kita untuk menambah dengan bacaan
“Arrahmanirrahim”?
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitab beliau
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (1/152) mengatakan: “Membaca tasmiyah di
permulaan makan adalah ‘Bismillah’ dan tidak ada tambahan padanya. Dan semua
hadits-hadits yang shahih dalam masalah ini tidak ada tambahan sedikitpun. Dan
saya tidak mengetahui satu haditspun yang didalamnya ada tambahan
(bismillahirrahmanirrahim, pent).”
2. Menggunakan tangan kanan
Makan dan minum dengan tangan kanan adalah wajib, dan bila
seseorang makan dan minum dengan tangan kiri maka berdosa karena dia telah
menyelisihi perintah Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya serta merupakan
bentuk perbuatan tasyabbuh (meniru) perilaku setan dan orang-orang kafir.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِيْنِهِ وَإِذَا شَرِبَ
فَلْيَشْرَبْ بِيَمِيْنِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah
makan dengan tangan kanan dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan.
Karena setan apabila dia makan, makan dengan tangan kiri dan apabila minum,
minum dengan tangan kiri.” {HR. Muslim}
3. Makan dari arah pinggir dan disekitarnya
Makan dari arah pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada
disekitarnya (yang terdekat) merupakan bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam, dan pada bimbingan beliau terkandung barakah serta merupakan
penampilan adab yang baik.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا وُضِعَ الطَّعَامُ فَخُذُوْا مِنْ حَافَتِهِ وَذَرُوْا وَسْطَهُ
فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ فِيْ وَسْطِهِ
“Jika makanan diletakkan, maka mulailah dari pinggirnya dan
jauhi (memulai) dari tengahnya, karena sesungguhnya barakah itu turun di
tengah-tengah makanan.” {Shahih Sunan Ibnu Majah no. 2650 oleh Asy-Syaikh
Al-Albani}
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada ‘Umar
bin Abi Salamah:
يَاغُلاَمُ,سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Wahai anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah yang ada disekitarmu (didekatmu).” {HR.Al Bukhari dan
Muslim}
4. Duduk saat makan
Islam mengajarkan bagaimana cara duduk yang baik ketika
makan yang tentunya hal itu telah dipraktekkan oleh Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam. Sifat duduk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika
makan telah diceritakan oleh Abdullah bin Busr radhiallahu ‘anhu: “Nabi
memiliki sebuah qas’ah (tempat makan/nampan) dan qas’ah itu disebut Al-Gharra’
dan dibawa oleh empat orang. Di saat mereka berada di waktu pagi, mereka Shalat
Dhuha, lalu dibawalah qas’ah tersebut ¬dan padanya ada tsarid (sejenis roti) ¬
mereka mengelilinginya. Tatkala semakin bertambah (jumlah mereka), Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam duduk di atas kedua betis beliau. Seorang A’rabi
(badui) bertanya: “Duduk apa ini, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku dijadikan oleh Allah sebagai hamba yang
dermawan dan Allah tidak menjadikan aku seorang yang angkuh dan penentang.”
{HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Shahih}
Kenapa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam duduk dengan
jatsa (di atas kedua lutut dan kaki)? Ibnu Baththal mengatakan: “Beliau
melakukan hal itu sebagai salah satu bentuk tawadhu’ beliau.” {Fathul Bari, 9/619}
Al Hafidzh Ibnu Hajar juga menerangkan: “… maka cara duduk
yang disunnahkan ketika makan adalah duduk dengan jatsa. Artinya duduk di atas
kedua lutut dan kedua punggung kaki, atau dengan mendirikan kaki yang kanan dan
duduk di atas kaki kiri.” {Fathul Bari, }
5. Tidak boleh mencerca makanan
Semua yang kita makan dan minum merupakan rizki yang datang
dari Allah subhanahu wata’ala, maka tidak boleh bagi kita untuk menghina
ataupun mencerca sedikitpun dari apa yang telah diberikan Allah subhanahu wata’ala.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita suatu adab yang
mulia ketika tidak menyukai makanan yang dihidangkan sebagaimana dalam hadits:
Dari Shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau
berkata:
مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ,
إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُُ
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah
mencerca makanan sama sekali. Bila beliau mengiginkan sesuatu beliau memakannya
dan bila tidak suka beliau meninggalkannya.” {HR. Al Bukhari dan Muslim}
6. Berdo’a sesudah makan
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala meridhai terhadap
seorang hamba yang makan dan minum, kemudian memuji-Nya. Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ اْلأَكْلَةَ
فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشُّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya Allah betul-betul ridha terhadap seorang hamba
yang memakan makanan, kemudian memuji-Nya dan yang meminum minuman lalu
memuji-Nya.” {HR. Muslim}
Adapun di antara beberapa contoh do’a sesudah makan dan
minum adalah sebagai berikut ini:
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَكَلَ طَعَامًافَقَالَ “الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي
هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلِ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ” غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa memakan makanan dan dia mengatakan “Segala puji
bagi Allah yang telah memberiku makan ini, dan memberiku rizki dengan tanpa ada
daya dan kekuatan dariku.” Maka akan diampuni dosanya.” {HR. Abu Dawud dan Ibnu
Majah. Shahih}
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبُّنَا
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan
berkah. Dia tidak membutuhkan pemberian makanan (karena Dia yang memberi
makanan), tidak ditinggalkan dan tidak membutuhkan makanan itu ya Rabb kami.”
{HR. Al Bukhari, Tirmidzi dengan lafadznya}
Apakah ada do’a yang lain yang bisa dibaca setelah makan?
Jawabnya ada do’a selain ini dan boleh dibaca selama do’a tersebut benar
datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Do’a-do’a penutup
tersebut merupakan bentuk syukur dan sebagai bentuk mengingat keutamaan Allah
subhanahu wata’ala dan rizki-Nya kepada kita.
7. Membasuh tangan sebelum tidur
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ نَامَ وَفِي يَدِهِ غُمَرٌ وَلَمْ يَغْسِلْهُ فَأَصَابَهُ
شَيْءٌ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ
“Barangsiapa tertidur dan ditangannya terdapat lemak
(kotoran bekas makan) dan dia belum mencucinya lalu dia tertimpa oleh sesuatu,
maka janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.” {HR. Abu Dawud dan Ibnu
Majah. Shahih}
Beberapa Sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang Kian
Terasing
Sesungguhnya mengikuti jejak Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam Adalah sebuah kemenangan dan ketinggian derajat, kebahagian dan
keselamatan dunia dan akhirat. Sungguh mengikuti jejak beliau adalah sebuah
kecintaan dari Allah subhanahu wata’ala, sebuah keridhaan dan sebuah hidayah
dari-Nya. Diantara Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang kian
terasing dan tidak sedikit dari kaum muslimin yang meninggalkannya adalah
sebagai berikut:
a. Makan secara bersama-sama (berjama’ah)
Sudah merupakan kepastian bahwa termasuk yang dicintai oleh
Allah subhanahu wata’ala adalah makan bersama-sama (berjama’ah) karena makan
dengan cara seperti ini akan menyebabkan turunnya barakah dari Allah subhanahu
wata’ala.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana
dalam riwayat Jabir radhiallahu ‘anhu:
أَحَبُّ الطَّعَامِ إِلَى اللهِ مَا كَثُرَتْ عَلَيْهِ اْلأَ يْدِي
“Makanan yang paling dicintai oleh Allah adalah bila banyak
tangan (berjama’ah pada makanan tersebut).” {HR. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan
selain beliau dan hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam
kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 2/562 no 895}
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَا مِكُمْ وَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ
يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ
“Berjama’ahlah kalian pada makan kalian dan bacalah nama
Allah, niscaya Allah akan menurunkan barakah.” {HR. Ibnu Majah. Shahih}
b. Menjilat tangan dan bejana (tempat makan)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ مِنَ الطَّعَامِ فَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ
حَتَّى يَلْعَقَهَاأَوْيُلْعِقَهَا, فَإِنَّهُ لاَيَدْرِ ي فِي أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka janganlah dia
mengusap tangannya sampai dia menjilatnya atau memberikan kepada orang lain
untuk menjilatnya, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui tempat terletaknya
barakah.” {HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad-Darimi. Shahih}
Diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thabrani di dalam Al-Ausath
dari Shahabat Ka’b bin ‘Ujrah radhiallahu ‘anhu: “Aku melihat Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam makan dengan tiga jari; Ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah, kemudian aku melihat beliau menjilat ketiga jari beliau sebelum
beliau mengelapnya. (Beliau memulai dengan) jari tengah kemudian jari telunjuk
dan lalu Ibu jari.”
c. Mengambil makanan yang terjatuh
Termasuk dalam tuntunan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam adalah mengambil bila makanan tersebut terjatuh dari tangan. Ini bukan
berarti bahwa Islam tidak menjaga kebersihan dan kesehatan. Oleh karena itu
ketika mengambil makanan yang jatuh tersebut harus dibersihkan bila terdapat
kotoran padanya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ
مَاكَانَ مِنَ اْلأََذَى وَلْيَأْكُلْهَاوَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ
“Apabila terjatuh makanan salah seorang dari kalian, maka
ambillah lalu bersihkan kotoran yang ada padanya kemudian makanlah dan jangan
membiarkannya bagi setan.” {HR. Muslim}
d. Tidak memakan makanan yang sangat panas
Asma’ bintu Abu Bakr radhiallahu ‘anha apabila dibawakan
tsarid kepada beliau, beliau menyuruh menutupnya sehingga hilanglah asap dan
panasnya yang sangat. Dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Hal ini akan menyebabkan barakah lebih banyak.” {HR.
Al-Baihaqi. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ahadits
Ash-Shahihah no. 392}
e. Tidak bernafas di bejana atau meniup makanan
Dari Shahabat Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَي أَنْ يَتَنَفَّسَ
فِي اْلإِنَاءِ أَوْ يَنْفُخَ فِيْهِ
“Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah melarang
bernafas di dalam bejana atau melarang untuk meniup padanya.” {Shahih Sunan
At-Tirmidzi no. 1539 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani}
Demikianlah beberapa dari sekian adab makan dan minum Islami
yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada kita.
Sebuah gambaran kesempurnaan Islam dalam mengatur urusan setiap insan dengan
pengaturan yang penuh kebijakan dan hikmah yang sangat besar. Semua maslahatnya
akan kembali kepada kita.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kekuatan dan
keistiqomahan dalam menjalankan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
dan memberikan kemudahan kepada kita untuk berjalan menuju kemuliaan hidup di
dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Hikmah Menyebut Nama Allah subhanahu wata’ala
“Apabila seseorang masuk ke dalam rumahnya, lalu dia
menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka setan berkata (kepada
teman-temannya): “Kalian tidak mendapatkan kesempatan bermalam dan makan malam
(bersamanya).” Dan apabila dia masuk rumah dan tidak menyebut nama Allah ketika
masuknya, setan berkata (kepada teman-temannya): “Kalian akan mendapatkan
kesempatan bermalam (bersamanya).” Dan bila dia tidak menyebut nama Allah
ketika makannya, maka setan berkata (kepada teman-temannya): “Kalian
mendapatkan kesempatan bermalam dan makan malam (bersamanya).” {HR.Muslim}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar