Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Sabtu, 23 Juli 2011

DIMANA ALLAH?

Pada edisi kali ini, kami angkat sebuah topik permasalahyang klasik dan kontemporer, yaitu mengenal Dimana Allah? Karena di sana banyak kita dapatidi antara masyarakat yang menyimpang dalam aqidah (keyakinan) yang agung,prinsip Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan para shahabat -Ridhwanullah‘alaihim ‘ajmain-, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Kita mendapati di antara kaum muslimin di zaman ini, bermacam-macamkeyakinannya atas pertanyaan “Dimana Allah?”.
Di antaranya ada yangberkeyakinan bahwa Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berada di hati, bahwa Allah ituberada dimana-mana, bahwa Allah itu lebih dekat dari urat leher, bahwa Allah-Subhanahu wa Ta’ala- bersatu dengan hamba-Nya. Lebih parah lagi, ada juga yangberkeyakinan bahwa Allah itu tidak di kanan, tidak di kiri, tidak diatas, tidakdi bawah, tidak di depan, dan tidak pula di belakang. Sungguh ini adalahpernyataan yang sangat lucu. Lantas dimana Allah?!. Padahal kalau kita maumengikuti fitrah kita yang suci, sebagaimana fitrahnya anak yang masih kecil,pemikiran mereka yang masih polos, seperti putihnya kertas yang belum ternodaidengan tinta. Kita akan dapati jawaban dari lisan-lisan kecil mereka, jikalaumereka ditanya, “Dimana Allah?” Mereka akan menjawab, “Allah -Subhanahu waTa’ala- berada di atas langit”.

Aqidah (keyakinan) tentang keberadaan Allah di langit (artinya, di atas Arsy),ini telah dijelaskan dalam Kitabullah, As-Sunnah, ijma’, dan komentar paraulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam kitab-kitab mereka. Mereka sudah patenkan(tetapkan) bahwa barangsiapa yang menyelisihinya, maka ia adalah ahli bid’ah,dan menyimpang.

Dalil-dalil masalah ini sangatlah banyak dari Al-Qur’an, dan As-Sunnah. Berikutini kami akan sebutkan -insya’ Allah- beberapa di antaranya saja, dansebenarnya tidak terbatas.

Al-Allamah Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin-rahimahullah- berkata dalamSyarh Lum’ah Al-I’tiqod (hal. 61), “Istiwa’ (bersemayam)nya Allah di atas Arsytermasuk diantara sifat-sifat yang tetap bagi-Nya berdasarkan Al-Kitab,As-Sunnah, dan kesepakatan Salaf.”


Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy”. (QS. Thoha:5)

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumidalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy”. (QS. Al A’raf: 54)

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalamenam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan”.(QS. Yunus: 3)

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَىالْعَرْشِ

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy”. (QS. Ar Ra’d: 2)

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّاسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enammasa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy”. (QS. Al-Furqon: 59)

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanyadalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `arsy”. (QS. As-Sajadah: 4)

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُالطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itusemuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang salehdinaikkan-Nya”. (QS. Fathir: 10)

Al-Hafizh Al-Baihaqy-rahimahullah- berkata dalam Al-I’tiqod (1/114), “Ayat-ayatitu merupakan dalil yang membatalkan pendapat orang Jahmiyyah yang menyatakanbahwa Dzat Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berada dimana-mana”.


Dalil-dalil dalam permasalahan ini banyak sekali, jika kita ingin memeriksaAl-Qur’an, As-Sunnah, dan atsar para salaf. Oleh karena itu, Ibnu Abil IzzAl-Hanafiy -rahimahullah- berkata dalam Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (288),“Dalil-dalil yang semisal dengannya,kalau seandainnya dihitung satu-persatu,maka akan mencapai ribuan dalil”

Adapundalil-dalil dari hadits, sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-:

لمَاَّ خَلَقَ اَللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِيْ كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِإِنَّ رَحْمَتِيْ غَلَبَتْ غَضَبِيْ

“Ketika Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menciptakan makhluk-Nya, Allah -Subhanahuwa Ta’ala- menuliskan di dalam kitab-NYa (Lauh Mahfudz) yang ada di sisi-Nyadiatas Arsy (singgasana) ‘Sesungguhnya rahmat Allah mendahului kemurkaan-Nya.”[HR. Al-Bukhary dalam Shohih-nya (3022, 6969, dan 6986), dan Muslim dalamShohih-nya (2751)]

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

أَلاَ تَأْمَنُوْنَنِيْ وَأَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِيْ السَّمَاءِ يَأْتِيْنِيْ خَبَرُالسَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً

“Tidakkah kalian percaya kepadaku? Sementara aku dalam keadaan beriman kepadaYang dilangit. Datang kepadaku berita dari langit di waktu pagi hari danpetang…”. [HR. Al-Bukhary dalam Shohih-nya (4094), Muslim dalam Shohih-nya(1064)]

Al-Qurthuby -rahimahullah- dalam Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (7/219) berkata,“Tidak ada seorang salaf pun yang mengingkari bahwa Allah bersemayam di atasArsy-Nya secara hakiki. Arsy dikhususkan karena ia merupakan makhluk Allah yangterbesar. Para salaf tidak (berusaha)mengetahui cara (kaifiyyah) Allah bersemayam, karena sifat bersemayam itu tidakbisa diketahui hakekatnya. Imam Malik -rahimahullah- berkata : [‘Sifatbersemayam itu diketahui maknanya secara bahasa, tidak boleh ditanyakan caraAllah bersemayam, dan pertanyaan tentang cara Allah bersemayam merupakan bid’ahdan ajaran baru”.

Jadi, madzhab Ahlis Sunnah menyatakan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy,namun ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Adapun aqidah yang menyatakan bahwaAllah berada dimana-mana, bukanlah merupakan aqidah Ahlis Sunnah, akan tetapimerupakan aqidah ahli bid’ah yang batil berdasarkan ayat-ayat yang menyebutkanbahwa Allah di atas Arsy beserta keterangan Ulama Ahlis Sunnah yang telah kamisebutkan, dan berikut tambahan keterangan dalam masalah ini:

Al-Hafizh Abu Umar Ibnu Abdil Barr -rahimahullah- berkata dalam At-Tamhid(7/129), “Di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Allah Azza wa Jallaberada di atas Arsy, di atas langit ketujuh sebagaimana yang ditegaskan olehAhlus Sunnah wal Jama’ah. Itu juga merupakan hujjah mereka terhadap orang-orangMu’tazilah yang berkata: “[Allah berada di mana-mana, bukan di atas Arsy]”.Dalil yang mendukung kebenaran madzhab Ahlul Haq/Ahlis Sunnah dalam hal iniadalah firman Allah Azza wa Jalla: “Ar-Rahman bersemayam di atas Arsy” danfirman-Nya Azza wa Jalla: “ Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy…”.

Imam Al-Qurthuby-rahimahullah- berkata dalam Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an(4/162): “Jahmiyyah terbagi menjadi 12 kelompok … (di antaranya) Al-Multaziqoh,mereka menganggap bahwa Allah berada di mana-mana …”.

Shodaqoh-rahimahullah- berkata, “Saya mendengar At-Taimy berkata,“Andaikan akuditanya : Dimana Allah Tabaraka wa Ta’ala?, niscaya aku akan jawab: Dia dilangit”. [ Lihat Syarah I’tiqod Ahlis Sunnah (3/401/671)]

Imam Malik bin Anas-rahimahullah- berkata, “Allah berada di langit, sedangilmu-Nya berada di mana-mana, tidak ada satu tempatpun yang kosong dariilmu-Nya”.[ Lihat Syarah I’tiqod Ahlis Sunnah (3/401/673)]

Imam Ahmad bin Hambal-rahimahullah- pernah ditanya, “Allah -Azza wa Jalla-berada di atas langit yang ketujuh, di atas Arsy terpisah dari makhluk-Nya.kemampuan dan ilmu-Nya berada di mana-mana?” Beliau Jawab : “Ya, Dia berada diatas Arsy. Sedang tidak ada satu tempat pun yang kosong dari ilmu-Nya”. [ LihatSyarah I’tiqod Ahlis Sunnah (3/401-402/674)]

Imam Ahmad -rahimahullah- juga berkata, “Jika anda ingin mengetahui bahwaseorang Jahmiyyah itu berdusta atas nama Allah, yaitu saat ia menyangka bahwaAllah berada dimana-mana”.[Lihat Ar-Rodd ala Az-Zanadiqoh wa Al-Jahmiyyah(1/40)]

Dari semua dalil-dalil, dan pernyataan ulama salaf tersebut menunjukkan bahwaAllah bersemayam di atas Arsy (singgasana), sedang Arsy Allah berada diataslangit, bukan dimana-mana. Merupakan kewajiban bagi setiap muslim untukmengimani dengan keimanan yang kokoh, tanpa ragu terhadap semua dalil-dalilyang menerangkan hal tersebut, dan menghadapinya sebagaimana ia datang, tanpatakwil, dan tanpa menanyakan cara Allah bersemayam, atau menyerupakannya denganmakhluk-Nya.

Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Adapun firman Allah Ta’ala :

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Lalu Dia bersemayam di atas Arsy”.

Orang-orang memiliki pendapat yang sangat banyak dalam masalah ini, tapisekarang bukan saatnya kita paparkan. Dalam masalah ini kita harus mengikutimadzhab Salafush Sholeh, seperti Imam Malik, Al-Auza’iy, Ats-Tsaury, Al-Laitsbin Sa’d, Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq bin Rohuyah, dan lainnya dari kalanganulama-ulama kaum muslimin baik dulu maupun sekarang. Madzhab mereka adalahmenjalankan dan memahami sifat-sifat tersebut sebagaimana ia datang, tanpaperlu dibicarakan cara/bentuknya, atau diserupakan dengan sifat makhluk dandihilangkan maknanya. Sedang yang terbayang dalam benak orang-orang Musyabbih(orang yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya) tersucikan dariAllah, karena tidak ada seorang makhlukpun yang menyerupai-Nya [‘Tidak adasesuatupun yang menyerupai-Nya. Sedang Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat’].Bahkan inti permasalahannya sebagaimana yang telah ditegaskan oleh para ulama,seperti Nu’aim bin Hammad Al-Khuza’iy. Beliau berkata : [ ‘Barangsiapa yangmenyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia telah kafir. Barangsiapa yangmenolak sesuatu yang Allah sifatkan untuk diri-Nya, maka ia telah kafir. Tidakada penyerupaan pada sesuatu yang Allah sifatkan untuk diri-Nya. Barangsiapayang menetapkan (sifat) bagi Allah sebagaimana yang terdapat dalam ayat-ayatyang gamblang, dan hadits-hadits shohih dengan bentuk yang sesuai dengankemuliaan Allah dan menyucikan segala kekurangan dari Allah, maka sungguh iatelah menempuh jalan yang lurus”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (2/221)]

Ini adalah aqidahnya para nabi, para sahabat, para tabi’in, dan para pengikuttabi’in sebagai generasi terbaik dari umat ini dalam memahami, dan mengamalkanAl-Qur’an dan As-Sunnah. Karena merekalah yang menyaksikan turunnya wahyu, dansebab sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam- diucapkan oleh beliau.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufiq dan pemahaman yang lurusserta agar kita termasuk dari golongan mereka dan dijauhkan dari pemahaman-pemahamanyang menyimpang. Washolallahu ‘Ala NabiyyinaMuhammadin wa ‘AlaAhlihi wa Ashhaabihi Ajmain.

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 03 Tahun I.Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar