Para pembaca sekalian rahimakumullahu pada kesempatan
ini kami akan mencoba menyajikan satu topik yang sudah mulai dilupakan oleh
sebahagian besar ummat ini, baik dari kalangan `awam mereka bahkan dari
kalangan orang orang yang menyandarkan dirinya sebagai ahlil `ilmu yaitu :
“Dimana Allah??”.
“apabila kamu bertanya pada sa`at sekarang kepada
kebanyakan para da`i-apalagi orang `awam – yaitu soal dalam permasalahan
`aqidah, seperti perkataan kamu : Dimana Allah?, kamu akan mendengar jawaban
yang berbeda dan kontraversial, diantara mereka akan ada menjawab : Allah
disetiap tempat, atau : Allah dihati saya, atau : saya tidak tahu, atau : Allah
tidak di atas dan tidak dibawah, tidak di utara dan tidak di selatan, tidak di
timur dan tidak di barat, tidak di dalam `alam ini dan tidak juga di luar
`alam, tidak berhubungan dengan `alam dan juga tidak terpisah darinya.”[1]
Sangat sedikit sekali yang menjawab dengan jawaban
yang shohih, bahkan sebahagian mereka mengingkari pertanyaan engkau!! “Dan
tidak mengetahui simiskin (yang mengingkari) ini, bahwa dia sebenarnya telah
mengingkari Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam !! semoga Allah
melindungi kita dari yang demikian”.[2]
Bahkan ada diantara mereka yang akan berkata : “Jangan
kamu tanyakan hal itu, sebab akan memecah belah ummat, akan memecah belahkan
persatuan dan kesatuan kaum muslimin, akan pecah hati, dan lain sebagainya
dalam bentuk jawaban pengingkaran terhadap pertanyaan tersebut.
Padahal sesungguhnya Rasulullahi Shollallahu `alaihi
wa Sallam telah menanyakan pertanyaan yang sama kepada seorang budak perempuan
yang masih kecil, maka jawab budak itu adalah : “Di langit, maka an Nabiy
Shollallahu `alaihi wa Sallam menyetujui jawaban dia, bahkan berkata beliau
kepada tuannya : “merdekakanlah dia sesungguhnya dia mu`minah”.[3]
Berkata al Imam adz Dzahabiy di dalam kitabnya “al
`Uluuw” (hal. 81) : “Dalam hadist ini terdapat dua permasalahan :
Pertama : Disyari`atkan bagi seorang muslim untuk
bertanya : Dimana Allah???
Kedua : Jawaban orang yang ditanya :
Di langit.
Maka barang siapa yang mengingkari dua masalah ini
sesungguhnya dia telah mengingkari atas al Mushthofaa Shollallahu `alaihi wa
Sallam”.[4]
Para pembaca sekalian yang dirahmati Allah Subhaana wa
Ta`aala : bahkan al Imam al Albaaniy telah menjelaskan dengan panjang
lebar riwayat riwayat yang menyokong tentang keshohihan rirwayat di atas;
sebagaimana dijelaskan oleh beliau di dalam kitabnya “as Shohihah” sebagai
berikut :
أعتقها؛ فإنها مؤمنة. يعني : الجارية التي شهدت بأن الله في السماء).)
- Artinya : “Merdekakanlah dia; sesungguhnya dia mu`minah. Maksudnya budak wanita yang telah bersaksi bahwa Allah di langit”.[5]
Berkata al Imam al Albaaniy : sanad hadist ini hasan,
para perawinya terpecaya dan merupakan rawi rawi Muslim; kecuali beliau
mengeluarkan bagi Muhammad bin `Amr mutaaba`ah, dan Hammaad bin Salamah pada
riwayatnya dari selain Tsaabit al Bunaaniy sedikit dari bentuk kelemahan, tidak
ada baginya riwayat dari Muhammad bin `Amr- dia adalah `Alqomah bin Waqqaash al
Laitsiy- pada Muslim.
Sungguh telah diselisihi Hammaad pada sanad dan
matannya, maka berkata al Imam Ibnu Khuzaimah di kitab “at Tauhid” hal. 81 : telah
menghadistkan kepada kami Hammaad bin Yahya al Qutho`iiy berkata : telah
menghadistkan kepada kami Ziyaad bin ar Rabii` berkata : telah menghadistkan
kepada kami Muhammad bin `Amr bin `Alqomah dari Abi Salamah dari Abi Hurairah –
radhiallahu `anhu- :
Bahwa Muhammad bin as Syariid telah datang dengan
seorang budak hitam `Atmaa` kepada Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam
berkata : Ya Rasulullahi ! sesungguhnya ibuk saya telah mewajibkan atas dirinya
untuk membebaskan seorang budak mu`minah, apakah mencukupi kalau saya yang
membebaskannya ? maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata kepada
budak tersebut : “Siapa Rabb kamu ?”.
Lalu dia mengangkat kepalanya kelangit sambil berkata
: di langit……. Kemudian disebutkan sisa dari hadist semisalnya.
Dan sanad ini paling shohih; karena Ziyaad bin ar
Rabii` rawi yang terpecaya yang merupakan rawi al Bukhaariy, akan tetapi nampak
bahwa perkataannya : “Muhammad bin as Syariid” kesalahan dari sebahagian para
rawi; sesungguhnya dia bukan termasuk dari seorang “shohabat”, dan sungguh
telah ditampilkan dia oleh al Haafizh dibahagian yang keempat di “al Ishoobah”
dari riwayat Ibnu Mandah dan Ibnu as Sakan dan al Baaruudiy dan Ibnu Syaahin;
akan tetapi berkata beliau pada riwayatnya : “(telah datang Muhammad bin as
Syariid atau as syariid dengan seorang jariyah-budak) seperti ini disisinya
dengan bentuk syak, dan telah dikeluarkan oleh Abu Nu`eiim dari riwayat
Ibraahim bin Harb al `Askariy dari al Qutho`iiy (asalnya : al Quthai`iiy)
semisalnya ; kecuali hanya dia berkata : (sesungguhnya `Amr bin as Syariid
telah datang kepada an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam….), dan dia benarkan
dari jalan ini, sedangkan seluruh yang demikian tidak terjaga riwayatnya ! yang
terjaga adalah : apa yang telah dikeluarkan oleh al Imam Abu Daawud, an
Nasaaiiy, dan dishohihkan oleh Ibnu Hibbaan, dari jalan Hammaad bin Salamah
dari Muhammad bin `Amr…… (maka disebutkan riwayat yang pertama), kemudian
berkata : “telah berkata Ibnu as Sakan : Muhammad bin as Syariid tidak dikenal dikalangan
para shohabt, dan saya tidak melihat dia disebutkan kecuali hanya dalam riwayat
ini”.
Sesungguhnya telah datang hadist ini dari jalan yang
lain dari jalan Abi Hurairah radhiallahu `anhu, tidak disebutkan padanya nama
lelaki tersebut, hadist itu dari riwayat al Mas`uudiy dari `Aun bin `Abdillah
dari saudaranya `Ubeidillahi bin `Abdillah bin `Utbah dari Abi Hurairah :
أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم بجارية سوداء أعجمية، فقال : يا رسول الله ! إن علي عتق رقبة مؤمنة، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “أين الله ؟”، فأشارت إلى السماء بإصبعها السبابة، فقال لها : “من أنا ؟”، فأشارت بإصبعها إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم و إلى السماء ؛ أي : أنت رسول الله، فقال : “أعتقها؛ فإنها مؤمنة”.
Artinya : Bahwasanya telah datang seorang lelaki
kepada an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam membawa seorang budak hitam yang
`ajam, berkata dia : ya Rasulullahi ! sungguh telah diwajibkan bagi saya untuk
membebaskan seorang budak mu`minah, maka berkatalah Rasulullahi Shollallahu
`alaihi wa Sallam kepadanya : “Dimana Allah ?”, maka budak itu mengisyaratkan
ke atas langit dengan jari telunjuknya, lalu beliau berkata kembali kepadanya :
“Saya ini siapa?”, kemudian dia mengisyaratkan telunjuknya kembali kepada
Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam dan ke atas langit; artinya : Engkau
adalah Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam, berkata beliau :
“Merdekakanlah dia ; sesungguhnya dia seorang mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh Abu Daawud (3/588/3283),
Ibnu Khuzaimah juga, al Baihaqiy di “as Sunan” (7/388), Ahmad (2/291);
keseluruhannya dari jalan Yaziid bin Haarun darinya.
Berkata as Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala :
dan Yaziid telah mendengar dari al Mas`uudiy-dia adalah `Abdurrahmaan bin
`Abdullah bin `Utbah-setelah ikhtilathnya (tercampur baurnya hafalannya) ;
sebagaimana yang dikatakan oleh Numeir, seperti yang dinukil oleh adz Dzahabiy
di “al Kaasyif” dan selain beliau, demikian juga perkataan beliau di “al
`Uluuw” : “sanad hadist ini hasan”; sebenarnya bukan hasan sebagaimana yang
telah saya sebutkan dalam kitab saya : “Mukhtashorul `Uluuw” (81-82), akan
tetapi nampak bagi saya sekarang bahwa lebih ahsan dari hasan, demikian itu
desebabkan karena dua permasalahan :
Pertama : Saya telah mendapatkan disisi Ibnu Khuzaimah
dua mutaaba`ah bagi Yaziid, kedua duanya adalah Asad bin Muusaa (Asadus
Sunnah), dan Abu Daawud-dia at Thoyaalisiy ; shohibu “al Musnad” yang dikenal
denganya, hadist ini tidak padanya- dia Bashriy, sungguh telah disebutkan oleh
`Abdullah bin Ahmad di “al `Ilal” dari bapaknya bahwa dia berkata : pendengaran
Waqii` dari al Mas`uudiy di Koufah sudah lama, dan Abu Nue`im juga, hanyasanya
ikhtilath al Mas`uudiy di Baghdaad, dan telah mendengar darinya di al Bashrah
dan al Koufah; maka mendengarnya disini baik.”
Dan disebutkan senada ini di tempat yang lain
(2/130-131) ; dan ditambah : “Dan adapun Yaziid bin Haarun, dan Hajjaaj, dan
orang orang yang mendengar darinya di Baghdaad; dia pada situasi ikhtilath
(banyak salah)”. Maka berdasarkan ini sanadnya jaiyid (baik); karena at
Thoyaalisiy Bashriy sebagaimana yang telah lewat.
Ini permasalahan yang pertama.
Sedangkan permasalahan yang kedua : Bahwa Ibnu Ma`iin
telah menshohihkan hadist hadist al Mas`uudiy dari al Qaasim dan dari `Aun;
sebagaimana dalam “at Tahdziib”, dan ini dari riwayatnya dari `Aun sebagaimana
kamu saksikan, maka shohihlah hadist ini al Hamdulilllah.
Dan pada hadist Asadus Sunnah :
“Dengan seorang budak yang hitam yang tidak fasih”.
Sedangkan dalam hadist at Thoyaalisiy :
“Dengan seorang budak farsi yang tidak fasih” ; dan
disisi keduanya : “Siapa Rabb kamu?”.
Akan tetapi telah diselisihi `Aun pada sanad hadist
ini dari sisi az Zuhriy dari `Ubeidillahi bin `Abdullahi bin `Utbah dari
seorang lelaki dari kalangan al Anshor:
Bahwa dia datang dengan seorang budak yang hitam, maka
berkata dia : Ya Rasulullahi ! sungguh telah diwajibkan atas saya untuk
memerdekakan seorang budak mu`minah, kalau Engkau memandang dia ini mu`minah ;
saya merdekakan dia ?! berkata Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam :
“تشهدين أن لا إله الا الله ؟”.
“Bersaksikah kamu bahwa tidak ada yang berhaq untuk
di`ibadati kecuali Allah ?”
Dia menjawab : Benar, berkata Rasulullahi kembali :
“تشهدين أني رسول الله ؟”.
“Bersaksikah kamu bahwa saya Rasulullahi ?”.
Dia menjawab : Benar, berkata Rasulullahi :
“أتؤمنين بالبعث بعد الموت ؟”.
“Apakah kamu beriman dengan hari berbangkit setelah
mati?”.
Dia menjawab : Benar, berkata kembali Rasulullahi
Shollallahi `alaihi wa Sallam :
“أعتقها”.
“Merdekakanlah dia !”.
Riwayat ini dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dari jalan
`Abdurrazaaq, ini terdapat dalam “al Mushonnaf” (9/175/16814) berkata dia :
telah mengkhabarkan kepada kami Ma`mar dari az Zuhriy dengannya.
Dan dari jalan `Abdurrazaaq : dikeluarkan oleh Ahmad
(3/451), dan Ibnul Jaarud di “al Muntaqo” (311/931). Dan berkata Ibnu Katsiir
di “at Tafsiir” setelah beliau menyandarkannya kepada Ahmad :
“Sanadnya shohih, dan jahaalatus (tidak dikenalnya)
shohaabah tidak memudhoratkannya”.
Berkata as Syaikh al Albaaniy : sebagaimana yang
dikatakannya ; kalaulah bukan bahwa Ma`mar telah diselisihi oleh sekelompok
rawi yang tsiqaat (terpecaya) sudah tentu dimursalkan oleh mereka hadist ini :
Diriwayatkan oleh Maalik (2/6), Yuunus bin Yaziid dari
Ibnu Shihaab dari `Ubeidillah : bahwa seorang lelaki dari kalangan al anshor
datang kepada an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam…… dan hadist semisalnya.
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (7/388 dan 10/57),
berkata : “hadist ini mursal, dan sungguh dikatakan : dari `Aun bin
`Ubeidillahi bin `Utbah dari Abi Hurairah – radhiallahu `anhu – .
Sungguh telah dikatakan : dari `Aun dari bapaknya dari
kakeknya”.
Berkata as Syaikh al Albaaniy : telah dimaushulkan
oleh al Haakim (3/258) dan darinya al Baihaqiy di tempat yang pertama, demikian
juga at Thobbaraaniy (17/136) dari jalan Abi `Ashim : telah mengkhabarkan
kepada kami Abu Ma`daan al Minqariy-maksudnya : `Aamir bin Mas`uud- : telah
mengkhabarkan kepada kami `Aun bin `Ubeidillahi bin `Utbah : telah
menghadistkan kepada saya bapak saya dari kakek saya.
Dan `Aamir ini saya tidak mengetahuinya, dan saya juga
tidak mendapatkan baginya biografi sepanjang literatur yang ada ditangan saya,
tidak juga pada orang orang yang dinamakan dengan “`Aamir”, tidak juga pada
orang orang yang mempunyai kunyah Abu Ma`daan, tidak juga pada orang orang yang
dinisbahkan ke “al Minqariy”.
- Dan diriwayatkan darinya dengan sanad yang lain, maka berkata al Jarraah bin Makhlad : telah menghadistkan kepada kami `Utsman al Jazariy : telah menghadistkan kepada kami Sa`iid bin `Ambasah al Qothaan : telah menghadistkan kepada kami Abu Mi`daan berkata dia : saya telah mendengar `Aun bin Juheifah menyampaikan hadist dari bapaknya berkata :
أتت رسول الله صلى الله عليه وسلم امرأة ومعها جارية سوداء، فقالت المرأة : يا رسول الله ! إن علي رقبة مؤمنة ، أفتجزي عني هذه ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
“أين الله ؟”. قالت : في السماء . قال : “فمن أنا ؟”. قالت : أنت رسول الله . قال : “أتشهدين أن لا إله إلا الله ، وأني رسول الله ؟”. قالت : نعم . قال : “أتؤمنين بما جاء من الله ؟”. قالت : نعم، قال : “أعتقها ؛ فإنها مؤمنة”.
Artinya : Telah datang kepada Rasulullahi Shollallahu
`alaihi wa Sallam seorang wanita dan bersamanya seorang budak wanita yang
hitam, berkata wanita tersebut : Ya Rasulullahi ! sesungguhnya telah diwajibkan
atas saya untuk memerdekan seorang budak mu`minah, apakah mencukupi bagi saya
budak ini ? Maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam bertanya kepada
budak tersebut :
“Dimana Allah ?”. Dia menjawab :
Di atas langit, berkata Rasulullahi : “Saya ini siapa ?”. Dia
menjawab : Kamu Rasulullahi. Bertanya lagi Rasulullahi : “Apakah kamu
bersaksi bahwa tidak ada yang berhaq untuk di`ibadati kecuali Allah, dan
sesungguhnya saya Rasulullah ?”. katanya benar. Bertanya beliau kembali :
“Apakah kamu beriman dengan apa apa yang datang dari Allah ?”. dia menjawab:
benar, Rasulullah bekata : “Merdekakanlah dia ; sesungguhnya dia mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh at Thobbaraaniy di “al
Mu`jamul Kabiir” (22/116-117).
Berkata as Syaikh al Baaniy : sanad hadist ini lemah
sekali dengan kecacata yang berantai :
Pertama : Abu Mi`daan ini; sungguh tidak dikenal
sebagaimana telah lewat, dan sesungguhnya at Thobbaraaniy menamakannya pada bab
: “Abu Mi`daan : `Aamir bin Murrah dari `Aun”, lalu beliau menurunkan hadist
ini, dan saya tidak menemukannya sama sekali.
Kedua : Sa`iid bin `Ambasah al Qothaan, yang jelas dia
adalah Abu `Utsman al Khazaaz ar Raaziy yang telah disebutkan oleh Ibnu Abi
Haatim (2/1/52) dan berkata dari bapaknya : “padanya ada kritikan”.
Kemudian diriwayatkan dari `Ali bin al Husein bin al
Juneid berkata : “Sa`iid bin `Ambasah kadzaab (banya dustanya), saya telah
mendengar bapak saya berkata: “dia tidak jujur”.
Dengan inilah dicacatkan dia oleh al Haitsamiy; maka
beliau berkata (4/244) : “meriwayatkannya at Thobbaraaniy, dan padanya Sa`iid
bin `Ambasah, dia rawi yang lemah”.
Ketiga : Muhammad bin `Utsmaan al Jazariy, saya tidak
mendapatkan baginya biografi.
Kemudian saya mendapatkan bagi Sa`iid bin `Ambasah ada
mutaaba`ah tidak ada masalah dengannya, dan kita mengetahui desebabkan nama Abi
Mi`daan : telah meriwayatkannya Shuradu bin Hammaad Abu Sahl berkata : telah
menghadistkan kepada kami al Hasan bin al Hakam bin Thohmaan : telah
menghadistkan kepada kami Abu Mi`daan dengannya.
Telah dikeluarkan oleh al Khathiib di “at Taariikh” (9/343),
berkata dia : “menyendiri dengannya Abu Mi`daan, dan dia asing dari hadist Abi
Mi`daan `Abdullah bin Mi`daan, menyendiri dengannya al Hasan bin al Hakam
darinya, saya tidak mengetahui menghadistkan dengannya selain Shuradu, dan saya
tidak mengetahui keadaannya kecuali kebajikan”.
Berkata as Syaikh al Albaaniy : dan Ibnu Thohmaan ini;
berkata Ibnu Abi Haatim dari bapaknya : “hadistnya shoolih (baik) bukan
demikian, goncang”.
Dan `Abdullah bin Mi`daan meriwayatkan juga darinya
Waqii` dan Abu Nu`eim sebagaimana di “al Jarh”, dan disebutkan oleh adz
Dzahabiy di “al Muntaqo fil Kunaa” : (al Bursaaniy) menempati : (Abi Nu`eim).
Kemudian saya mendapati di “al Jarh” (9/446) : “Abu
Mi`daan…… dari Yahya bin Ma`iin berkata : Abu Mi`daan sholih (baik)”, dan dimu`allaq
kan oleh al Mu`allimiy atasnya dengan apa apa yang menunjukan bahwa keduanya
satu.
- Hadist Ibnu `Abbaas, dan baginya ada dua jalan darinya :
Pertama : Telah meriwayatkannya Ibnu Abi Lailaa dan al
Minhaal dari Sa`iid bin Jubeir dari Ibnu `Abbaas, dan dari al Hakam
dirafa`kannya :
Bahwasanya seorang lelaki telah mendatangi an Nabiy
Shollallahu `alaihi wa Sallam dia berkata : sesungguhnya ibuk saya telah
diwajibkan atasnya untuk membebaskan seorang budak wanita mu`minah, sementara
saya memiliki seorang budak wanita a`jamiyyah ? berkata Rasulullahi Shollallahu
`alaihi wa Sallam : “Datangkan dia !”, lalu Rasulullahi Shollallahu
`alaihi wa Sallam berkata kepadanya : “Apakah kamu bersaksi bahwasanya tidak
ada yang berhaq untuk di`ibadati kecuali Allah saja, dan Saya Rasulullahi ?”,
dia menjawab : benar, berkata beliau kembali : “Merdekakanlah dia”.
Hadist ini dikeluarkan oleh : Ibnu Abi Syaibah
di “al Mushonnaf” (11/20/10392), di “Kitabil Iimaan” (28/85 tahqiiq saya
(as Syaikh al Albaaniy) : telah menghadistkan kepada kami `Ali bin Haasyim dari
Ibnu Abi Lailaa……. Seperti ini terdapat pada sanadnya : “… dari Ibnu `Abbaas,
dan dari al Hakam” ! dia diikutkan atas al Minhaal- dan dia Ibnu `Amr-
menyelisihi apa yang dibayangkan, akan tetapi yang seperti banyak terjadi dalam
sanad sanad, sebagaimana mengetahuinya orang orang yang betul betul mumpuni
dalam `ilmu hadist ini.
Sesungguhnya telah meriwayatkan at Thobbaraaniy
(12/26-27) dan “al Aushot” (2/36/2/5653) dari jalan al Hasan bin Furaat al
Qozzaaz : telah menghadistkan kepada kami `Ali bin Haasyim dengannya; Cuma dia
mengatakan : “Dari al Minhaal bin `Amr, dan al Hakam dari Sa`iid bin Jubeir… “,
padahal ini sudah dalam bentuk kesungguhan, dan berkata : “Tidaklah
meriwayatkannya dari al Minhaal dan al Hakam kecuali Ibnu Abi Lailaa”.
Saya berkata (as Syaikh Al Albaaniy) : dia ini lemah
dikarenakan jeleknya hafalannya, dengan inilah dicacatkan oleh al Haitsamiy
maka berkata dia (4/244): “padanya terdapat Muhammad bin Abi Lailaa, dia ini
jelek hafalannya, dan kadang kadang di tsiqahkan”.
Saya berkata (as Syaikh al Albaaniy) : dan dari
jalannya : dikeluarkan oleh al Bazzaar (1/14/13- al Kasyaf), dan tidak
disebutkan dalam sanadnya al Hakam, dan berkata : “dan ini sungguh telah
diriwayatkan dengan lafazh lafazh yang berbeda”.
Saya berkata (as Syaikh al Albaaniy) : Dengan lafazh
yang marfuu` ini baginya ada jalan lain, diriwayatkan oleh Yaziid bin Hakiim :
telah menghadistkan kepada kami Yahya bin as Sakan dari Qeis bin ar Rabii` : telah
menghadistkan kepada kami Habiib bin Abi Tsaabit dari Muhammad bin `Ali dari
Hunein dari Ibnu `Abbaas dengannya Cuma dia mengatakan : “sesunguhnya telah
diwajibkan atas saya memerdekakan seorang budak wanita mu`minah…”; tidak
disebutkan ibuknya.
Telah mengeluarkan at Thobbaraaniy di “al Ausath”
(2/143/1/7212) : telah menghadistkan kepada kami Muhammad bin Yahya : telah
menghadistkan kepada kami Yaziid dengannya, dan berkata dia : “Tidak
meriwayatkannya dari Habiib kecuali Qeis”.
Saya (as Syaikh al Albaaniy) berkata : Dia lemah dari
sisi hafalannya, dan Yahya bin as Sakan – dan dia al Raqiiy kemudian al Bashriy
– lemah, walaupun mentsiqahkannya Ibnu Hibbaan.
Dan Yaziid bin Hakiim “majhuulul haal”, Ibnu Abi
Haatim tidak menyebutkan kritikan dan pujian padanya.
Dan adapun lafazh yang lain ; diriwayatkan oleh Sa`iid
bin al Marzubaan dari `Ikrimah dari Ibnu `Abbaas berkata :
Telah datang seorang lelaki kepada an Nabiy
Shollallahu `alaihi wa Sallam ; bersama budaknya wanita yang hitam, berkata dia
: Sesungguhnya telah diwajibkan atas saya untuk memerdekakan seorang budak –
saya kira dia mengatakan : yang mu`minah -, apakah mencukupi saya budak ini?
Maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Dimana Allah?”.
Dia menjawab dengan tangannya ke langit, berkata
Rasulullahi : “Saya siapa?”.
Berkata dia : Kamu Rasulullahi, berkata Rasulullahi
Shollallahi `alaihi wa Sallam :
“Merdekakanlah dia ; sesungguhnya dia mu`minah”.
Telah dikeluarkan oleh al Bazzaar (1/28/37) dengan
sanad yang shohih dari Ibnu al Marzubaan, akan tetapi dia ini – bersamaan
dengan lemahnya dia – juga mudallis, dia walaupun seandainya mereka menyebutkan
baginya riwayat dari `Ikrimah ; sesungguhnya dia tidak menshorihkan
pendengarannya dari Ibnu `Abbaas sebagaimana yang kamu saksikan, dia dan dengan
Ibnu Abi Lailaa telah dicacatkan oleh al Haitsamiy (4/424).
- Diantara yang menyokong lafazh ini “langit” adalah hadist Ka`ab bin Maalik berkata : Telah datang seorang budak wanita dia mengembalakan kambing saya, maka serigala telah memakan seekor kambing tersebut, lalu saya memukul wajahnya, lantas saya menyesal, kemudian saya mendatangi Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam, saya berkata : Ya Rasulallahi ! kalau saya mengetahui dia seorang mu`minah ; niscaya saya akan memerdekakannya, maka berkata Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam kepada budak tersebut : “Saya ini siapa?”. Dia menjawab : Rasulullahi. Berkata Rasulullahi : “Maka Allah Siapa?”. Dia menjawab : Yang Berada di langit, kemudian Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Merdekakanlah dia; sesungguhnya dia mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh at Thobaraaniy di “al
Mu`jamul Kabiir” (19/98/193), dan “al Ausath” (2/171/1/7712) dari jalan
`Abdullah bin Syabiib : telah menghadistkan kepada kami Daawud bin `Abdullah al
Ja`fariy : telah menghadistkan kepada kami Haatim bin Ismaa`iil dari Ibnu
`Ajlaan dari Zaid bin Aslam dari Ka`ab bin Maalik dari bapaknya dengannya, dan
berkata dia : “Tidaklah meriwayatkannya dari Ibnu `Ajlaan kecuali Haatim, dan
tidak dari Haatim kecuali Daawud al Ja`fariy, dan tidak diriwayatkan dari Ka`ab
kecuali dengan sanad ini”.
Saya berkata (al Imam al Albaaniy) : para rawinya rawi
rawi yang terpecaya; selain `Abdullah bin Syabiib; sesungguhnya dia lemah,
disebabkan inilah dicacatkan oleh al Haitsamiy.
Kesimpulannya ; Jalan jalan hadist yang telah saya
teliti ini dari empat orang shohabat, mereka ialah : as Syariid bin Suweid- dan
sanadnya hasan diatas perselisihan tentang dia shahabat dan musnadnya, diantara
para `ulama ada yang menjadikan hadist ini dari riwayat Abi Salamah darinya,
dan diatara mereka ada yang menjadikannya bagian dari musnad Abi Hurairah dari
riwayat Abi Salamah itu sendiri, dengan perselisihan pada penetapan sebahagian
lafazh lafazhnya sebagaimana akan datang penjelasannya secara ringkas-, Abu
Hurairah- dengan sanad yang shohih-, dan Abu Juheifah- dengan sanad yang
lemah-, dan Ibnu `Abbaas- dengan dua sanad darinya; dan diperselisihkan juga
pada sebahagian lafazh lafazhnya-.
Dan semoga bentuk kepentingan bagi saya untuk
menampilkan kepada para pembaca yang mulia ringkasan yang sangat terang dari
riwayat riwayat tersebut dan perselisihan pada sebahagian lafazh lafazhnya, dan
penjelasan yang lebih benar dari yang tidak benar; agar para pembaca ber`ilmu
tentang mana yang shohih dan mana lemah, diteliti jika memungkinkan untuk
digambungkan diantara riwayat riwayat itu; supaya para pembaca berhati hati
dari sebahagian orang orang yang menyesatkan :
Pertama : Sungguh telah sepakat keseluruhan riwayat atas
persaksian Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam terhadap budak wanita itu
bahwa dia mu`minah.
Kedua : Dan terjadi perselisihan pada sebahagian nash
pertanyaan Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam kepada budak tersebut dan
jawabannya dari delapan sisi.
Sisi yang pertama : “Siapa Rabb kamu ?. dian menjawab
: Allahu”. (Hadist yang pertama dari Syariid, da hadist ini hasan).
Sisi yang kedua : “Siapa Rabb kamu ? maka dia menjawab
: di langit”. (Hadist yang pertama dari Abi Hurairah; dan hadist ini hasan).
Sisi yang ketiga : “Dimana Allah ? lantas dia menunjuk
kelangit”. (Hadist yang pertama juga dari jalan lain dari Abu Hurairah, dan
hadist ini shohih).
Sisi yang keempat : “Apakah kamu bersaksi bahwasanya
tidak yang berhak untuk di `ibadati kecuali Allah ? dia menjawab : Ia”. (Hadist
yang pertama juga dari seorang lelaki dari kaum al Anshor. Dan hadist ini cacat
dengan bentuk mursal).
Sisi yang kelima : “Diman Allah ? dian menjawab : di
langit”. (Hadist kedua, da hadist ini lemah; akan tetapi sema`na dengan sisi
yang ketiga).
Sisi yang keenam : “Apakah kamu bersaksi bahwasanya
tidak ada yang berhak untuk di`ibadati kecuali Allah ? dia menjawab : Ia.
(Hadist yang ketiga dari jalan yang pertama, dan hadist ini lemah).
Sisi yang ketujuh : “Dimana Allah ?, lantas dia
menunjuk dengan tangannya kelangit”. (Hadist yang sama dari jalan lain, dan
hadist ini lemah juga).
Sisi yang kedelapan : “Siapa Allah ? dia menjawab :
yang berada dilangit”. (Hadist yang keempat, dan sanadnya lemah).
Saya berkata (as Syaikh al Albaaniy) : Dengan
ringkasan yang jeli ini nampaklah oleh para pembaca haqiqat yang akan datang
yaitu :
Sesungguhnya yang paling shohih tentang pertanyaan
Shollallahu `alaihi wa Sallam adalah “Dimana Allah ?”.
Dan jawaban budak tersebut : “Di langit”.
Yang demikian ; dikarenakan tiga riwayat sepakat atas
pertanyaan yang disebutkan, pertama darinya adalah riwayat yang shohihah dari
Abi Hurairah, yang kedua walaupun tidak bermamfa`at namun tidak memudhoratkan,
yang ketiga sangat pantas untuk dijadikan sebagai penyokong baginya ; karena
dia tidak bersangatan lemahnya.
Sebagaimana juga lima riwayat lainnya sepakat dengan
jawaban yang disebutkan, dan dia jalan yang paling shohih, hadist yang pertama
dari jalan Abi Hurairah, dan pada jalan yang lain shohih darinya, sedangkan
riwayat riwayat lainnya sebagai penyokong padanya.
Dan apabila ini yang paling rojih dari keseluruhan
sisi sisi yang delapan tersebut, karena kesepakatan kebanyakan riwayat dan
paling shohih ; sesungguhnya riwayat yang menyelisihinya ; imma ditafsirkan
kepada yang lain, atau ditolak dikarenakan penyelisihannya; dikatakan misalnya
: sesungguhnya riwayat : “Siapa Rabb kamu?” merupakan ringkasan dari riwayat :
“Apakah kamu bersaksi bahwa tidak yang berhak untuk di`ibadati kecuali Allah?”,
dan sesungguhnya ini tidaklah pengingkaran terhadap pertanyaannya dengan
“Dimana Allah?”, karena kita mengetahui pada hari ini kebanyakan dari orang
orang yang mengucapkan syahadat ini apabila ditanya dengan pertanyaan seperti
ini dengan cepat dia menjawab : (Allah berada dimana mana) ! sedangkan mereka
mengetahui sesungguhnya Allah telah ada dan tidak disuatu tempat ! sunggguh
mengambil perhatian sebahagian ahli dialog dengan kebatilan terhadap perkataan
ini maka kembali dia dengan jawaban jawaban yang membingungkan, lantas dia
berkata : sesungguhnya Dia berada disetiap tempat, dan tidak pula Dia disuatu
tempat, berkata juga yang lainnya : Allah ada tidak butuh pada tempat !, ini
merupakan bentuk hilah mereka dalam ungkapan, yang menampakan seolah olah
mereka mensucikan Allah, padahal ungkapan mereka ini menyerupai perkataan
pendahulu mereka dari kalangan al Jahmiyah dan al Mu`tazilah dan pengekor
pengekor mereka dari orang yang mengingkari nama nama dan sifat sifat Allah
Tabaaraka wa Ta`aala : “Allah tidak berada di dalam `alam dan juga di luar
`alam” ; semoga Allah merahmati orang yang mengatakan : “mereka satu qaum yang
kehilangan Rabb mereka” ! maka tidak menutup kemungkinan pertanyaan terjadi
dari dua lafazh : “Dimana” dan “Apakah kamu bersaksi”, dan ini disokong oleh
hadist yang kedua.
Sesungguhnya diantara apa apa yang memastikan dan
menguatkan tarjih kami yang disebutkan adalah hadist Mu`aawiya bin al Hakam
yang telah saya janjikan untuk disebutkan, sesungguhnya dia telah menjelaskan
kisah budak wanita tersebut dengan susunan yang sempurna dan indah, tidak ada
selain dia yang menyebutkan seperti yang dia sebutkan, dan bukan suatu
keganjilan dalam demikian; karena dialah tuannya, maka berkata dia radhiallahu
`anhu- pada satu kejadian yang terjadi padanya sementara dia sholat dibelakang
an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam, kemudian dia bertanya beberapa
pertanyaan, maka Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam menjawabnya :
- Berkata radhiallahu `anhu : “Saya memiliki seorang budak wanita mengembalakan kambing milik saya arah gunung uhud dan al jawwaanah, satu hari saya perhatikan tiba tiba ada seekor serigala melarikan seekor kambingnya, sedangkan saya seorang lelaki keturunan Adam merasa sedih sebagaimana yang lainnya merasa sedih, akan tetapi saya memukulnya dengan pukulan, lantas saya mendatangi Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam, terasa besar kejadian itu atas saya, saya berkata : Ya Rasulullahi ! tidak bolehkan saya memerdekakannya ?! beliau menjawab : “bawa dia kesini”, saya bawa kepada Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam, maka beliau bertanya kepadanya: “Dimana Allah?”. Dia berkata : “Di langit”, Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam kembali berkata : “Saya ini siapa?”, dia menjawab : “Kamu Rasulullahi”, kata beliau “Merdekakanlah ; sesungguhnya dia mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh Muslim, Abu `Awaanah, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibbaan, Ibnul Jaaruud dikitab “shohih shohih mereka” dan
selain dari mereka, dan hadist ini dikeluarkan di “shohihi Abi Daawud” (862),
dan “al Irwaa`” (390).
Ini; dan sebagai penyokong terhadap pertanyaan “Dimana
Allah?” hadist marfuu` dan atsar mauquf.
Adapun hadist ; Telah meriwayatkan Waqii` bin Hudus
dari pamannya Abu Raziin berkata : Saya berkata : Ya Rasulullahi ! Dimana Rabb
kita sebelum Dia menciptakan makhluqNya ? beliau menjawab : “Dia di awan yang
sangat tinggi, sedangkan di bawahNya udara hampa, sedangkan di atasNya juga
udara hampa, maka disanalah Dia menciptakan, `ArsyNya di atas air”.
Hadist ini dikeluarkan oleh : at Tirmidziy (2108),
Ibnu Maajah (182), Ibnu Hibbaan (39-al Mawaarid), Ibnu Abi `Aashim (1/271/612),
Ahmad (4/11,12), Ibnu `Abdil Barr di “at Tamhiid” (7/137), dan berkata at
Tirmidziy : “Hadist Hasan”. Dan berkata adz Dzahabiy di “Mukhtashor al `Uluw”
(186/193) : “telah meriwayatkan at Tirmidziy dan Ibnu Maajah, dan sanadnya
hasan”.
Dan padanya ada kritikan; karena Waqii` disini
majhuul, sebagaimana telah saya jelaskan.
Sedangkan al Atsar; apa yang telah meriwayatkan Zaid
bin Aslam berkata : Ibnu `Umar telah melewati seorang pengembala kambing berkata
dia : wahai pengembala kambing ! apakah ada seekor kambing yang bisa untuk
disembelih ? berkata pengembala : pemiliknya tidak disini, Ibnu `Umar berkata :
kamu bilang saja nanti bahwa telah dimakan oleh serigala ! lantas pengembala
tersebut mengangkat kepalanya kelangit kemudian dia berkata : Allahu dimana ?!
Lantas Ibnu `Umar membeli pengembala kambing itu dan
juga membeli seekor kambing kemudian dia memerdekakannya, dan dia berikan
kambing itu kepadanya.
Atsar ini dikeluarkan oleh at Thobaraniy di “al
Mu`jamil Kabiir” (12/263/13054) : telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Nashr ash Shooigh : telah menceritakan kepada kami Abu Mush`ab : telah
menceritakan kepada kami `Abdullahi bin al Haarits al Jumahiy : telah
menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dengannya.
Saya berkata (al Imam al Albaaniy) : Dan ini sanad
shohih, para perawinya terpecaya dijelaskan biografi mereka di “at Tahdziib” ;
selain syaikh at Thobaraaniy Muhammad bin Nashr as Shooigh, dia ini tsiqoh
biografinya di “Taarikh Baghdad” (3/318-319), meninggal tahun 297 H.
Dan atsar ini dijadikan hujjah oleh al Imam adz
Dzahabiy di “al `Uluw”, beliau sebutkan secara mu`allaq atas Abi Mush`ab az
Zuhriy, sebelumnya saya mengatakan baik sanadnya di “Mukhtashornya” (127)
dimana saya belum mendapat pada sa`at itu tentang maushul sanadnya, disini
sungguh telah saya dapatkan sekarang, al Hamdulillahi.
Berkata al Haitsamiy di “Majma`uz Zawaaid” (9/347) :
“Telah meriwayatkan at Thobaraaniy, dan para rawinya rawi rawi yang shohih,
selain dari `Abdullah bin al Haarits al Haathibiy, sedangkan dia tsiqoh”.
Kesimpulan : sesungguhnya yang paling shohih hadist
hadist yang telah lewat hanya hadist Mu`aawiyah, maka sudah tentu akan sepakat
para `ulama dari kalangan- muhadditsiin dan fuqahaa`- untuk menshohihkannya
sepanjang perjalanan masa tanpa ada khilaf diantara mereka; sungguh telah
menshohihkannya lima orang `ulama, mereka telah mengeluarkannya di dalam
“shohih” mereka sebagaimana telah lewat, demikian juga al Baihaqiy di “al
Asmaa`” (422), al Baghawiy di “Syarhus Sunnah” (3/239), ad Dzahabiy sebagaimana
yang akan datang, dan al Haafizh di “al Fath” (13/359), keseluruhan mereka
menyatakan tentang keshohihkan hadist ini dan sanadnya, dan diikutkan dengan
mereka setiap orang yang berhujjah dengan hadist ini dari imam imam hadist dan
fiqh dan tafsiir sesuai dengan ikhtilafnya madzhab mereka, dari kalangan mereka
berhujjah dengan hadist ini dalam satu bahagian dari bahagian bahagian syari`ah
ini, yang penting sekali bahwa dia tidak akan berhujjah kecuali dengan apa apa
yang shohih disisinya, seperti al Imam Maalik di “al Muwattho`” (3/5-6), as
Syaafi`iiy di “al Umm” (6/266), Ahmad di “Masaail `Abdullah” (101/363), dan
“Masaail Shoolih” (3/74/1374), at Thohaawiy di “Syarhil Ma`aaniy” (1/258), Ibnu
`Abdil Barr di “al Isti`aab”, Ibnul Jauziy di “Daf`I Syubahit Tasybiihih”, an
Nawawiy di “al Majmuu`”, Ibnul Waziir di “al `Awaashim wal Qawaashim”
(1/379-380), dan selain mereka banyak dan banyak sekali yang tidak munkin untuk
dibatasi jumlah mereka, diantaranya sebahagian ahlul bid`ah yang dikenal
permusuhan mereka terhadap ahlus Sunnah, telah ditulis berbagai maqolah sebagai
bantahan atas mereka, seperti as Shoobuniy; sungguh dia telah mengikuti al
Haafizh Ibnu Katsir dalam berhujjah dengan hadist ini, maka dia tampilkan di
dua tempat (1/421,523) dari “Mukhtashornya” yang komitmen bahwa dia tidak akan
menampilkan padanya kecuali apa apa yang shohih dari hadits!
[1] Lihat : “at Tashfiyah wat
Tarbiyah wa atsaruha fis ti`naafil Hayaatil Islamiyyah”, hal. 38, oleh as
Syaikh `Ali bin Hasan bin `Ali bin `Abdil Hamiid al Halabiy al Atsariy. Dan
bandingkan pembahasan ini dengan : “Majmuu`ul Fataawa”, (3/37) oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah.
[2] Lihat : “Irwaaul
Ghaliil” (2/113) oleh al Imam al Albaaniy rahimahullahu.
[3] Hadist ini dikeluarkan oleh :
Muslim di “shohihnya” (537), al Bukhaariy di “Juz ul Qiraa`ah” (70), as
Syaafi`iiy di “ar Risaalah” (242), al Imam Maalik di ‘al Muwathoo`” (2/77),
Ahmad di “Musnadnya” (5/447).
Berkata as Syaikh `Ali : “Sesungguhnya telah
dikeluarkan hadist ini oleh selain mereka- hanyasanya saya ringkaskan atas nama
nama mereka disisni rahimahumullahu Ta`aala- karena mereka adalah aimatud (para
Imam) Diin dan al Huda dalam permasalahan Fiqh dan al Hadist, maka celaan
pada riwayat mereka berarti celaan bagi mereka, dan celaan pada mereka
berarti celaan pada Din (Agama) !
[4] Lihat : “Mukhtashor al `Uluuw
li`Aliyyil Ghaffaar”, hal. 81 oleh al imam adz Dzahabiy, tahqiiq al Imam al
Albaaniy.
[5] Hadist ini dikeluarkan oleh :
Abu Daawud (3/588/3283), an Nasaaiiy (2/129), ad Daarimiy (2/187), Ibnu Hibbaan
di “shohihnya” (6/256/4296), al Baihaqiy di “as Sunan” (7/388), Ahmad di “al
Musnad” (4/222, 388, 389), al Bazzaar di “Musnadnya” (1/29/38/-al Kasyf), at
Thobbaraaniy (7/383/7256) dari jalan Hammaad bin Salamah dari Muhammad bin `Amr
dari Abi Salamah dari as Syariid bin Suweid ast Tsaqafiy berkata : Saya berkata
Ya Rasulullahi ! sesungguhnya ibuk saya telah mewashiyatkan kepada saya untuk
membebaskan seorang budak untuk dia, sedangkan disisi saya ada seorang budak
wanita nubiyyah? Maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata :
“datangkanlah dia”, lalu Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata :
“Siapa Rabb kamu?”, dia menjawab : Allahu, berkata Shollallahu `alaihi wa
Sallam : “siapa saya?”, jawabnya : Rasulullahi : berkata Rasulullahi
Shollallahu `alaihi wa Sallam ……… : disebutkan hadis di atas.
sumber:
http://buletinsunnah.wordpress.com/2013/09/09/dimana-allah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar