Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Kamis, 07 November 2013

Dimana Allah??



Para pembaca sekalian rahimakumullahu pada kesempatan ini kami akan mencoba menyajikan satu topik yang sudah mulai dilupakan oleh sebahagian besar ummat ini, baik dari kalangan `awam mereka bahkan dari kalangan orang orang yang menyandarkan dirinya sebagai ahlil `ilmu yaitu : “Dimana Allah??”.

“apabila kamu bertanya pada sa`at sekarang kepada kebanyakan para da`i-apalagi orang `awam – yaitu soal dalam permasalahan `aqidah, seperti perkataan kamu : Dimana Allah?, kamu akan mendengar jawaban yang berbeda dan kontraversial, diantara mereka akan ada menjawab : Allah disetiap tempat, atau : Allah dihati saya, atau : saya tidak tahu, atau : Allah tidak di atas dan tidak dibawah, tidak di utara dan tidak di selatan, tidak di timur dan tidak di barat, tidak di dalam `alam ini dan tidak juga di luar `alam, tidak berhubungan dengan `alam dan juga tidak terpisah darinya.”[1]
Sangat sedikit sekali yang menjawab dengan jawaban yang shohih, bahkan sebahagian mereka mengingkari pertanyaan engkau!! “Dan tidak mengetahui simiskin (yang mengingkari) ini, bahwa dia sebenarnya telah mengingkari Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam !! semoga Allah melindungi kita dari yang demikian”.[2]
Bahkan ada diantara mereka yang akan berkata : “Jangan kamu tanyakan hal itu, sebab akan memecah belah ummat, akan memecah belahkan persatuan dan kesatuan kaum muslimin, akan pecah hati, dan lain sebagainya dalam bentuk jawaban pengingkaran terhadap pertanyaan tersebut.
Padahal sesungguhnya Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam telah menanyakan pertanyaan yang sama kepada seorang budak perempuan yang masih kecil, maka jawab budak itu adalah : “Di langit, maka an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam menyetujui jawaban dia, bahkan berkata beliau kepada tuannya : “merdekakanlah dia sesungguhnya dia mu`minah”.[3]
Berkata al Imam adz Dzahabiy di dalam kitabnya “al `Uluuw” (hal. 81) : “Dalam hadist ini terdapat dua permasalahan :
Pertama : Disyari`atkan bagi seorang muslim untuk bertanya : Dimana Allah???
Kedua    : Jawaban orang yang ditanya : Di langit.
Maka barang siapa yang mengingkari dua masalah ini sesungguhnya dia telah mengingkari atas al Mushthofaa Shollallahu `alaihi wa Sallam”.[4]
Para pembaca sekalian yang dirahmati Allah Subhaana wa Ta`aala : bahkan al Imam al Albaaniy telah menjelaskan dengan  panjang lebar riwayat riwayat yang menyokong tentang keshohihan rirwayat di atas; sebagaimana dijelaskan oleh beliau di dalam kitabnya “as Shohihah” sebagai berikut :
أعتقها؛ فإنها مؤمنة. يعني : الجارية التي شهدت بأن الله في السماء).)
  1. Artinya : “Merdekakanlah dia; sesungguhnya dia mu`minah. Maksudnya budak wanita yang telah bersaksi bahwa Allah di langit”.[5]
Berkata al Imam al Albaaniy : sanad hadist ini hasan, para perawinya terpecaya dan merupakan rawi rawi Muslim; kecuali beliau mengeluarkan bagi Muhammad bin `Amr mutaaba`ah, dan Hammaad bin Salamah pada riwayatnya dari selain Tsaabit al Bunaaniy sedikit dari bentuk kelemahan, tidak ada baginya riwayat dari Muhammad bin `Amr- dia adalah `Alqomah bin Waqqaash al Laitsiy- pada Muslim.
Sungguh telah diselisihi Hammaad pada sanad dan matannya, maka berkata al Imam Ibnu Khuzaimah di kitab “at Tauhid” hal. 81 : telah menghadistkan kepada kami Hammaad bin Yahya al Qutho`iiy berkata : telah menghadistkan kepada kami Ziyaad bin ar Rabii` berkata : telah menghadistkan kepada kami Muhammad bin `Amr bin `Alqomah dari Abi Salamah dari Abi Hurairah – radhiallahu `anhu- :
Bahwa Muhammad bin as Syariid telah datang dengan seorang budak hitam `Atmaa` kepada Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : Ya Rasulullahi ! sesungguhnya ibuk saya telah mewajibkan atas dirinya untuk membebaskan seorang budak mu`minah, apakah mencukupi kalau saya yang membebaskannya ? maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata kepada budak tersebut : “Siapa Rabb kamu ?”.
Lalu dia mengangkat kepalanya kelangit sambil berkata : di langit……. Kemudian disebutkan sisa dari hadist semisalnya.
Dan sanad ini paling shohih; karena Ziyaad bin ar Rabii` rawi yang terpecaya yang merupakan rawi al Bukhaariy, akan tetapi nampak bahwa perkataannya : “Muhammad bin as Syariid” kesalahan dari sebahagian para rawi; sesungguhnya dia bukan termasuk dari seorang “shohabat”, dan sungguh telah ditampilkan dia oleh al Haafizh dibahagian yang keempat di “al Ishoobah” dari riwayat Ibnu Mandah dan Ibnu as Sakan dan al Baaruudiy dan Ibnu Syaahin; akan tetapi berkata beliau pada riwayatnya : “(telah datang Muhammad bin as Syariid atau as syariid dengan seorang jariyah-budak) seperti ini disisinya dengan bentuk syak, dan telah dikeluarkan oleh Abu Nu`eiim dari riwayat Ibraahim bin Harb al `Askariy dari al Qutho`iiy (asalnya : al Quthai`iiy) semisalnya ; kecuali hanya dia berkata : (sesungguhnya `Amr bin as Syariid telah datang kepada an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam….), dan dia benarkan dari jalan ini, sedangkan seluruh yang demikian tidak terjaga riwayatnya ! yang terjaga adalah : apa yang telah dikeluarkan oleh al Imam Abu Daawud, an Nasaaiiy, dan dishohihkan oleh Ibnu Hibbaan, dari jalan Hammaad bin Salamah dari Muhammad bin `Amr…… (maka disebutkan riwayat yang pertama), kemudian berkata : “telah berkata Ibnu as Sakan : Muhammad bin as Syariid tidak dikenal dikalangan para shohabt, dan saya tidak melihat dia disebutkan kecuali hanya dalam riwayat ini”.
Sesungguhnya telah datang hadist ini dari jalan yang lain dari jalan Abi Hurairah radhiallahu `anhu, tidak disebutkan padanya nama lelaki tersebut, hadist itu dari riwayat al Mas`uudiy dari `Aun bin `Abdillah dari saudaranya `Ubeidillahi bin `Abdillah bin `Utbah dari Abi Hurairah :
أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم بجارية سوداء أعجمية، فقال : يا رسول الله ! إن علي عتق رقبة مؤمنة، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أين الله ؟، فأشارت إلى السماء بإصبعها السبابة، فقال لها : من أنا ؟، فأشارت بإصبعها إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم و إلى السماء ؛ أي : أنت رسول الله، فقال : أعتقها؛ فإنها مؤمنة.

Artinya : Bahwasanya telah datang seorang lelaki kepada an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam membawa seorang budak hitam yang `ajam, berkata dia : ya Rasulullahi ! sungguh telah diwajibkan bagi saya untuk membebaskan seorang budak mu`minah, maka berkatalah Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam kepadanya : “Dimana Allah ?”, maka budak itu mengisyaratkan ke atas langit dengan jari telunjuknya, lalu beliau berkata kembali kepadanya : “Saya ini siapa?”,  kemudian dia mengisyaratkan telunjuknya kembali kepada Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam dan ke atas langit; artinya : Engkau adalah Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam, berkata beliau : “Merdekakanlah dia ; sesungguhnya dia seorang mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh Abu Daawud (3/588/3283), Ibnu Khuzaimah juga, al Baihaqiy di “as Sunan” (7/388), Ahmad (2/291); keseluruhannya dari jalan Yaziid bin Haarun darinya.
Berkata as Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : dan Yaziid telah mendengar dari al Mas`uudiy-dia adalah `Abdurrahmaan bin `Abdullah bin `Utbah-setelah ikhtilathnya (tercampur baurnya hafalannya) ; sebagaimana yang dikatakan oleh Numeir, seperti yang dinukil oleh adz Dzahabiy di “al Kaasyif” dan selain beliau, demikian juga perkataan beliau di “al `Uluuw” : “sanad hadist ini hasan”; sebenarnya bukan hasan sebagaimana yang telah saya sebutkan dalam kitab saya : “Mukhtashorul `Uluuw” (81-82), akan tetapi nampak bagi saya sekarang bahwa lebih ahsan dari hasan, demikian itu desebabkan karena dua permasalahan :
Pertama : Saya telah mendapatkan disisi Ibnu Khuzaimah dua mutaaba`ah bagi Yaziid, kedua duanya adalah Asad bin Muusaa (Asadus Sunnah), dan Abu Daawud-dia at Thoyaalisiy ; shohibu “al Musnad” yang dikenal denganya, hadist ini tidak padanya- dia Bashriy, sungguh telah disebutkan oleh `Abdullah bin Ahmad di “al `Ilal” dari bapaknya bahwa dia berkata : pendengaran Waqii` dari al Mas`uudiy di Koufah sudah lama, dan Abu Nue`im juga, hanyasanya ikhtilath al Mas`uudiy di Baghdaad, dan telah mendengar darinya di al Bashrah dan al Koufah; maka mendengarnya disini baik.”
Dan disebutkan senada ini di tempat yang lain (2/130-131) ; dan ditambah : “Dan adapun Yaziid bin Haarun, dan Hajjaaj, dan orang orang yang mendengar darinya di Baghdaad; dia pada situasi ikhtilath (banyak salah)”. Maka berdasarkan ini sanadnya jaiyid (baik); karena at Thoyaalisiy Bashriy sebagaimana yang telah lewat.
Ini permasalahan yang pertama.
Sedangkan permasalahan yang kedua : Bahwa Ibnu Ma`iin telah menshohihkan hadist hadist al Mas`uudiy dari al Qaasim dan dari `Aun; sebagaimana dalam “at Tahdziib”, dan ini dari riwayatnya dari `Aun sebagaimana kamu saksikan, maka shohihlah hadist ini al Hamdulilllah.
Dan pada hadist Asadus Sunnah :
“Dengan seorang budak yang hitam yang tidak fasih”.
Sedangkan dalam hadist at Thoyaalisiy :
“Dengan seorang budak farsi yang tidak fasih” ; dan disisi keduanya : “Siapa Rabb kamu?”.
Akan tetapi telah diselisihi `Aun pada sanad hadist ini dari sisi az Zuhriy dari `Ubeidillahi bin `Abdullahi bin `Utbah dari seorang lelaki dari kalangan al Anshor:
Bahwa dia datang dengan seorang budak yang hitam, maka berkata dia : Ya Rasulullahi ! sungguh telah diwajibkan atas saya untuk memerdekakan seorang budak mu`minah, kalau Engkau memandang dia ini mu`minah ; saya merdekakan dia ?! berkata Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam :
تشهدين أن لا إله الا الله ؟.
“Bersaksikah kamu bahwa tidak ada yang berhaq untuk di`ibadati kecuali Allah ?”
Dia menjawab : Benar, berkata Rasulullahi kembali :
تشهدين أني رسول الله ؟.
“Bersaksikah kamu bahwa saya Rasulullahi ?”.
Dia menjawab : Benar, berkata Rasulullahi :
أتؤمنين بالبعث بعد الموت ؟.
“Apakah kamu beriman dengan hari berbangkit setelah mati?”.
Dia menjawab : Benar, berkata kembali Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam :
أعتقها.
“Merdekakanlah dia !”.
Riwayat ini dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dari jalan `Abdurrazaaq, ini terdapat dalam “al Mushonnaf” (9/175/16814) berkata dia : telah mengkhabarkan kepada kami Ma`mar dari az Zuhriy dengannya.
Dan dari jalan `Abdurrazaaq : dikeluarkan oleh Ahmad (3/451), dan Ibnul Jaarud di “al Muntaqo” (311/931). Dan berkata Ibnu Katsiir di “at Tafsiir” setelah beliau menyandarkannya kepada Ahmad :
“Sanadnya shohih, dan jahaalatus (tidak dikenalnya) shohaabah tidak memudhoratkannya”.
Berkata as Syaikh al Albaaniy : sebagaimana yang dikatakannya ; kalaulah bukan bahwa Ma`mar telah diselisihi oleh sekelompok rawi yang tsiqaat (terpecaya) sudah tentu dimursalkan oleh mereka hadist ini :
Diriwayatkan oleh Maalik (2/6), Yuunus bin Yaziid dari Ibnu Shihaab dari `Ubeidillah : bahwa seorang lelaki dari kalangan al anshor datang kepada an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam…… dan hadist semisalnya.
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (7/388 dan 10/57), berkata : “hadist ini mursal, dan sungguh dikatakan : dari `Aun bin `Ubeidillahi bin `Utbah dari Abi Hurairah – radhiallahu `anhu – .
Sungguh telah dikatakan : dari `Aun dari bapaknya dari kakeknya”.
Berkata as Syaikh al Albaaniy : telah dimaushulkan oleh al Haakim (3/258) dan darinya al Baihaqiy di tempat yang pertama, demikian juga at Thobbaraaniy (17/136) dari jalan Abi `Ashim : telah mengkhabarkan kepada kami Abu Ma`daan al Minqariy-maksudnya : `Aamir bin Mas`uud- : telah mengkhabarkan kepada kami `Aun bin `Ubeidillahi bin `Utbah : telah menghadistkan kepada saya bapak saya dari kakek saya.
Dan `Aamir ini saya tidak mengetahuinya, dan saya juga tidak mendapatkan baginya biografi sepanjang literatur yang ada ditangan saya, tidak juga pada orang orang yang dinamakan dengan “`Aamir”, tidak juga pada orang orang yang mempunyai kunyah Abu Ma`daan, tidak juga pada orang orang yang dinisbahkan ke “al Minqariy”.
  1. Dan diriwayatkan darinya dengan sanad yang lain, maka berkata al Jarraah bin Makhlad : telah menghadistkan kepada kami `Utsman al Jazariy : telah menghadistkan kepada kami Sa`iid bin `Ambasah al Qothaan : telah menghadistkan kepada kami Abu Mi`daan berkata dia : saya telah mendengar `Aun bin Juheifah menyampaikan hadist dari bapaknya berkata :
أتت رسول الله صلى الله عليه وسلم امرأة ومعها جارية سوداء، فقالت المرأة : يا رسول الله ! إن علي رقبة مؤمنة ، أفتجزي عني هذه ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
أين الله ؟. قالت : في السماء . قال : فمن أنا ؟. قالت : أنت رسول الله . قال :أتشهدين أن لا إله إلا الله ، وأني رسول الله ؟. قالت : نعم . قال : أتؤمنين بما جاء من الله ؟. قالت : نعم، قال : أعتقها ؛ فإنها مؤمنة.

Artinya : Telah datang kepada Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam seorang wanita dan bersamanya seorang budak wanita yang hitam, berkata wanita tersebut : Ya Rasulullahi ! sesungguhnya telah diwajibkan atas saya untuk memerdekan seorang budak mu`minah, apakah mencukupi bagi saya budak ini ? Maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam bertanya kepada budak tersebut :
“Dimana Allah ?”. Dia menjawab : Di atas langit, berkata Rasulullahi : “Saya ini siapa ?”. Dia menjawab : Kamu Rasulullahi. Bertanya lagi Rasulullahi : “Apakah kamu bersaksi bahwa tidak ada yang berhaq untuk di`ibadati kecuali Allah, dan sesungguhnya saya Rasulullah ?”. katanya benar. Bertanya beliau kembali : “Apakah kamu beriman dengan apa apa yang datang dari Allah ?”. dia menjawab: benar, Rasulullah bekata : “Merdekakanlah dia ; sesungguhnya dia mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh at Thobbaraaniy di “al Mu`jamul Kabiir” (22/116-117).
Berkata as Syaikh al Baaniy : sanad hadist ini lemah sekali dengan kecacata yang berantai :
Pertama : Abu Mi`daan ini; sungguh tidak dikenal sebagaimana telah lewat, dan sesungguhnya at Thobbaraaniy menamakannya pada bab : “Abu Mi`daan : `Aamir bin Murrah dari `Aun”, lalu beliau menurunkan hadist ini, dan saya tidak menemukannya sama sekali.
Kedua : Sa`iid bin `Ambasah al Qothaan, yang jelas dia adalah Abu `Utsman al Khazaaz ar Raaziy yang telah disebutkan oleh Ibnu Abi Haatim (2/1/52) dan berkata dari bapaknya : “padanya ada kritikan”.
Kemudian diriwayatkan dari `Ali bin al Husein bin al Juneid berkata : “Sa`iid bin `Ambasah kadzaab (banya dustanya), saya telah mendengar bapak saya berkata: “dia tidak jujur”.
Dengan inilah dicacatkan dia oleh al Haitsamiy; maka beliau berkata (4/244) : “meriwayatkannya at Thobbaraaniy, dan padanya Sa`iid bin `Ambasah, dia rawi yang lemah”.
Ketiga : Muhammad bin `Utsmaan al Jazariy, saya tidak mendapatkan baginya biografi.
Kemudian saya mendapatkan bagi Sa`iid bin `Ambasah ada mutaaba`ah tidak ada masalah dengannya, dan kita mengetahui desebabkan nama Abi Mi`daan : telah meriwayatkannya Shuradu bin Hammaad Abu Sahl berkata : telah menghadistkan kepada kami al Hasan bin al Hakam bin Thohmaan : telah menghadistkan kepada kami Abu Mi`daan dengannya.
Telah dikeluarkan oleh al Khathiib di “at Taariikh” (9/343), berkata dia : “menyendiri dengannya Abu Mi`daan, dan dia asing dari hadist Abi Mi`daan `Abdullah bin Mi`daan, menyendiri dengannya al Hasan bin al Hakam darinya, saya tidak mengetahui menghadistkan dengannya selain Shuradu, dan saya tidak mengetahui keadaannya kecuali kebajikan”.
Berkata as Syaikh al Albaaniy : dan Ibnu Thohmaan ini; berkata Ibnu Abi Haatim dari bapaknya : “hadistnya shoolih (baik) bukan demikian, goncang”.
Dan `Abdullah bin Mi`daan meriwayatkan juga darinya Waqii` dan Abu Nu`eim sebagaimana di “al Jarh”, dan disebutkan oleh adz Dzahabiy di “al Muntaqo fil Kunaa” : (al Bursaaniy) menempati : (Abi Nu`eim).
Kemudian saya mendapati di “al Jarh” (9/446) : “Abu Mi`daan…… dari Yahya bin Ma`iin berkata : Abu Mi`daan sholih (baik)”, dan dimu`allaq kan oleh al Mu`allimiy atasnya dengan apa apa yang menunjukan bahwa keduanya satu.
  1. Hadist Ibnu `Abbaas, dan baginya ada dua jalan darinya :
Pertama : Telah meriwayatkannya Ibnu Abi Lailaa dan al Minhaal dari Sa`iid bin Jubeir dari Ibnu `Abbaas, dan dari al Hakam dirafa`kannya :
Bahwasanya seorang lelaki telah mendatangi an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam dia berkata : sesungguhnya ibuk saya telah diwajibkan atasnya untuk membebaskan seorang budak wanita mu`minah, sementara saya memiliki seorang budak wanita a`jamiyyah ? berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Datangkan dia !”, lalu Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata kepadanya : “Apakah kamu bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhaq untuk di`ibadati kecuali Allah saja, dan Saya Rasulullahi ?”, dia menjawab : benar, berkata beliau kembali : “Merdekakanlah dia”.
Hadist ini dikeluarkan oleh : Ibnu Abi Syaibah di  “al Mushonnaf” (11/20/10392), di “Kitabil Iimaan” (28/85 tahqiiq saya (as Syaikh al Albaaniy) : telah menghadistkan kepada kami `Ali bin Haasyim dari Ibnu Abi Lailaa……. Seperti ini terdapat pada sanadnya : “… dari Ibnu `Abbaas, dan dari al Hakam” ! dia diikutkan atas al Minhaal- dan dia Ibnu `Amr- menyelisihi apa yang dibayangkan, akan tetapi yang seperti banyak terjadi dalam sanad sanad, sebagaimana mengetahuinya orang orang yang betul betul mumpuni dalam `ilmu hadist ini.
Sesungguhnya telah meriwayatkan at Thobbaraaniy (12/26-27) dan “al Aushot” (2/36/2/5653) dari jalan al Hasan bin Furaat al Qozzaaz : telah menghadistkan kepada kami `Ali bin Haasyim dengannya; Cuma dia mengatakan : “Dari al Minhaal bin `Amr, dan al Hakam dari Sa`iid bin Jubeir… “, padahal ini sudah dalam bentuk kesungguhan, dan berkata : “Tidaklah meriwayatkannya dari al Minhaal dan al Hakam kecuali Ibnu Abi Lailaa”.
Saya berkata (as Syaikh Al Albaaniy) : dia ini lemah dikarenakan jeleknya hafalannya, dengan inilah dicacatkan oleh al Haitsamiy maka berkata dia (4/244): “padanya terdapat Muhammad bin Abi Lailaa, dia ini jelek hafalannya, dan kadang kadang di tsiqahkan”.
Saya berkata (as Syaikh al Albaaniy) : dan dari jalannya : dikeluarkan oleh al Bazzaar (1/14/13- al Kasyaf), dan tidak disebutkan dalam sanadnya al Hakam, dan berkata : “dan ini sungguh telah diriwayatkan dengan lafazh lafazh yang berbeda”.
Saya berkata (as Syaikh al Albaaniy) : Dengan lafazh yang marfuu` ini baginya ada jalan lain, diriwayatkan oleh Yaziid bin Hakiim : telah menghadistkan kepada kami Yahya bin as Sakan dari Qeis bin ar Rabii` : telah menghadistkan kepada kami Habiib bin Abi Tsaabit dari Muhammad bin `Ali dari Hunein dari Ibnu `Abbaas dengannya Cuma dia mengatakan : “sesunguhnya telah diwajibkan atas saya memerdekakan seorang budak wanita mu`minah…”; tidak disebutkan ibuknya.
Telah mengeluarkan at Thobbaraaniy di “al Ausath” (2/143/1/7212) : telah menghadistkan kepada kami Muhammad bin Yahya : telah menghadistkan kepada kami Yaziid dengannya, dan berkata dia : “Tidak meriwayatkannya dari Habiib kecuali Qeis”.
Saya (as Syaikh al Albaaniy) berkata : Dia lemah dari sisi hafalannya, dan Yahya bin as Sakan – dan dia al Raqiiy kemudian al Bashriy – lemah, walaupun mentsiqahkannya Ibnu Hibbaan.
Dan Yaziid bin Hakiim “majhuulul haal”, Ibnu Abi Haatim tidak menyebutkan kritikan dan pujian padanya.
Dan adapun lafazh yang lain ; diriwayatkan oleh Sa`iid bin al Marzubaan dari `Ikrimah dari Ibnu `Abbaas berkata :
Telah datang seorang lelaki kepada an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam ; bersama budaknya wanita yang hitam, berkata dia : Sesungguhnya telah diwajibkan atas saya untuk memerdekakan seorang budak – saya kira dia mengatakan : yang mu`minah -, apakah mencukupi saya budak ini? Maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Dimana Allah?”.
Dia menjawab dengan tangannya ke langit, berkata Rasulullahi : “Saya siapa?”.
Berkata dia : Kamu Rasulullahi, berkata Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam :
“Merdekakanlah dia ; sesungguhnya dia mu`minah”.

Telah dikeluarkan oleh al Bazzaar (1/28/37) dengan sanad yang shohih dari Ibnu al Marzubaan, akan tetapi dia ini – bersamaan dengan lemahnya dia – juga mudallis, dia walaupun seandainya mereka menyebutkan baginya riwayat dari `Ikrimah ; sesungguhnya dia tidak menshorihkan pendengarannya dari Ibnu `Abbaas sebagaimana yang kamu saksikan, dia dan dengan Ibnu Abi Lailaa telah dicacatkan oleh al Haitsamiy (4/424).
  1. Diantara yang menyokong lafazh ini “langit”  adalah hadist Ka`ab bin Maalik berkata : Telah datang seorang budak wanita dia mengembalakan kambing saya, maka serigala telah memakan seekor kambing tersebut, lalu saya memukul wajahnya, lantas saya menyesal, kemudian saya mendatangi Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam, saya berkata : Ya Rasulallahi ! kalau saya mengetahui dia seorang mu`minah ; niscaya saya akan memerdekakannya, maka berkata Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam kepada budak tersebut : “Saya ini siapa?”. Dia menjawab : Rasulullahi. Berkata Rasulullahi : “Maka Allah Siapa?”. Dia menjawab : Yang Berada di langit, kemudian Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Merdekakanlah dia; sesungguhnya dia mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh at Thobaraaniy di “al Mu`jamul Kabiir” (19/98/193), dan “al Ausath” (2/171/1/7712) dari jalan `Abdullah bin Syabiib : telah menghadistkan kepada kami Daawud bin `Abdullah al Ja`fariy : telah menghadistkan kepada kami Haatim bin Ismaa`iil dari Ibnu `Ajlaan dari Zaid bin Aslam dari Ka`ab bin Maalik dari bapaknya dengannya, dan berkata dia : “Tidaklah meriwayatkannya dari Ibnu `Ajlaan kecuali Haatim, dan tidak dari Haatim kecuali Daawud al Ja`fariy, dan tidak diriwayatkan dari Ka`ab kecuali dengan sanad ini”.
Saya berkata (al Imam al Albaaniy) : para rawinya rawi rawi yang terpecaya; selain `Abdullah bin Syabiib; sesungguhnya dia lemah, disebabkan inilah dicacatkan oleh al Haitsamiy.
Kesimpulannya ; Jalan jalan hadist yang telah saya teliti ini dari empat orang shohabat, mereka ialah : as Syariid bin Suweid- dan sanadnya hasan diatas perselisihan tentang dia shahabat dan musnadnya, diantara para `ulama ada yang menjadikan hadist ini dari riwayat Abi Salamah darinya, dan diatara mereka ada yang menjadikannya bagian dari musnad Abi Hurairah dari riwayat Abi Salamah itu sendiri, dengan perselisihan pada penetapan sebahagian lafazh lafazhnya sebagaimana akan datang penjelasannya secara ringkas-, Abu Hurairah- dengan sanad yang shohih-, dan Abu Juheifah- dengan sanad yang lemah-, dan Ibnu `Abbaas- dengan dua sanad darinya; dan diperselisihkan juga pada sebahagian lafazh lafazhnya-.
Dan semoga bentuk kepentingan bagi saya untuk menampilkan kepada para pembaca yang mulia ringkasan yang sangat terang dari riwayat riwayat tersebut dan perselisihan pada sebahagian lafazh lafazhnya, dan penjelasan yang lebih benar dari yang tidak benar; agar para pembaca ber`ilmu tentang mana yang shohih dan mana lemah, diteliti jika memungkinkan untuk digambungkan diantara riwayat riwayat itu; supaya para pembaca berhati hati dari sebahagian orang orang yang menyesatkan :
Pertama : Sungguh telah sepakat keseluruhan riwayat atas persaksian Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam terhadap budak wanita itu bahwa dia mu`minah.
Kedua : Dan terjadi perselisihan pada sebahagian nash pertanyaan Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam kepada budak tersebut dan jawabannya dari delapan sisi.
Sisi yang pertama : “Siapa Rabb kamu ?. dian menjawab : Allahu”. (Hadist yang pertama dari Syariid, da hadist ini hasan).
Sisi yang kedua : “Siapa Rabb kamu ? maka dia menjawab : di langit”. (Hadist yang pertama dari Abi Hurairah; dan hadist ini hasan).
Sisi yang ketiga : “Dimana Allah ? lantas dia menunjuk kelangit”. (Hadist yang pertama juga dari jalan lain dari Abu Hurairah, dan hadist ini shohih).
Sisi yang keempat : “Apakah kamu bersaksi bahwasanya tidak yang berhak untuk di `ibadati kecuali Allah ? dia menjawab : Ia”. (Hadist yang pertama juga dari seorang lelaki dari kaum al Anshor. Dan hadist ini cacat dengan bentuk mursal).
Sisi yang kelima : “Diman Allah ? dian menjawab : di langit”. (Hadist kedua, da hadist ini lemah; akan tetapi sema`na dengan sisi yang ketiga).
Sisi yang keenam : “Apakah kamu bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk di`ibadati kecuali Allah ? dia menjawab : Ia. (Hadist yang ketiga dari jalan yang pertama, dan hadist ini lemah).
Sisi yang ketujuh : “Dimana Allah ?, lantas dia menunjuk dengan tangannya kelangit”. (Hadist yang sama dari jalan lain, dan hadist ini lemah juga).
Sisi yang kedelapan : “Siapa Allah ? dia menjawab : yang berada dilangit”. (Hadist yang keempat, dan sanadnya lemah).
Saya berkata (as Syaikh al Albaaniy) : Dengan ringkasan yang jeli ini nampaklah oleh para pembaca haqiqat yang akan datang yaitu :
Sesungguhnya yang paling shohih tentang pertanyaan Shollallahu `alaihi wa Sallam adalah “Dimana Allah ?”.
Dan jawaban budak tersebut : “Di langit”.
Yang demikian ; dikarenakan tiga riwayat sepakat atas pertanyaan yang disebutkan, pertama darinya adalah riwayat yang shohihah dari Abi Hurairah, yang kedua walaupun tidak bermamfa`at namun tidak memudhoratkan, yang ketiga sangat pantas untuk dijadikan sebagai penyokong baginya ; karena dia tidak bersangatan lemahnya.
Sebagaimana juga lima riwayat lainnya sepakat dengan jawaban yang disebutkan, dan dia jalan yang paling shohih, hadist yang pertama dari jalan Abi Hurairah, dan pada jalan yang lain shohih darinya, sedangkan riwayat riwayat lainnya sebagai penyokong padanya.
Dan apabila ini yang paling rojih dari keseluruhan sisi sisi yang delapan tersebut, karena kesepakatan kebanyakan riwayat dan paling shohih ; sesungguhnya riwayat yang menyelisihinya ; imma ditafsirkan kepada yang lain, atau ditolak dikarenakan penyelisihannya; dikatakan misalnya : sesungguhnya riwayat : “Siapa Rabb kamu?” merupakan ringkasan dari riwayat : “Apakah kamu bersaksi bahwa tidak yang berhak untuk di`ibadati kecuali Allah?”, dan sesungguhnya ini tidaklah pengingkaran terhadap pertanyaannya dengan “Dimana Allah?”, karena kita mengetahui pada hari ini kebanyakan dari orang orang yang mengucapkan syahadat ini apabila ditanya dengan pertanyaan seperti ini dengan cepat dia menjawab : (Allah berada dimana mana) ! sedangkan mereka mengetahui sesungguhnya Allah telah ada dan tidak disuatu tempat ! sunggguh mengambil perhatian sebahagian ahli dialog dengan kebatilan terhadap perkataan ini maka kembali dia dengan jawaban jawaban yang membingungkan, lantas dia berkata : sesungguhnya Dia berada disetiap tempat, dan tidak pula Dia disuatu tempat, berkata juga yang lainnya : Allah ada tidak butuh pada tempat !, ini merupakan bentuk hilah mereka dalam ungkapan, yang menampakan seolah olah mereka mensucikan Allah, padahal ungkapan mereka ini menyerupai perkataan pendahulu mereka dari kalangan al Jahmiyah dan al Mu`tazilah dan pengekor pengekor mereka dari orang yang mengingkari nama nama dan sifat sifat Allah Tabaaraka wa Ta`aala : “Allah tidak berada di dalam `alam dan juga di luar `alam” ; semoga Allah merahmati orang yang mengatakan : “mereka satu qaum yang kehilangan Rabb mereka” ! maka tidak menutup kemungkinan pertanyaan terjadi dari dua lafazh : “Dimana” dan “Apakah kamu bersaksi”, dan ini disokong oleh hadist yang kedua.
Sesungguhnya diantara apa apa yang memastikan dan menguatkan tarjih kami yang disebutkan adalah hadist Mu`aawiya bin al Hakam yang telah saya janjikan untuk disebutkan, sesungguhnya dia telah menjelaskan kisah budak wanita tersebut dengan susunan yang sempurna dan indah, tidak ada selain dia yang menyebutkan seperti yang dia sebutkan, dan bukan suatu keganjilan dalam demikian; karena dialah tuannya, maka berkata dia radhiallahu `anhu- pada satu kejadian yang terjadi padanya sementara dia sholat dibelakang an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam, kemudian dia bertanya beberapa pertanyaan, maka Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam menjawabnya :
  1. Berkata radhiallahu `anhu : “Saya memiliki seorang budak wanita mengembalakan kambing milik saya arah gunung uhud dan al jawwaanah, satu hari saya perhatikan tiba tiba ada seekor serigala melarikan seekor kambingnya, sedangkan saya seorang lelaki keturunan Adam merasa sedih sebagaimana yang lainnya merasa sedih, akan tetapi saya memukulnya dengan pukulan, lantas saya mendatangi Rasulullahi Shollallahi `alaihi wa Sallam, terasa besar kejadian itu atas saya, saya berkata : Ya Rasulullahi ! tidak bolehkan saya memerdekakannya ?! beliau menjawab : “bawa dia kesini”, saya bawa kepada Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam, maka beliau bertanya kepadanya: “Dimana Allah?”. Dia berkata : “Di langit”, Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam kembali berkata : “Saya ini siapa?”, dia menjawab : “Kamu Rasulullahi”, kata beliau “Merdekakanlah ; sesungguhnya dia mu`minah”.
Hadist ini dikeluarkan oleh Muslim, Abu `Awaanah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibbaan, Ibnul Jaaruud dikitab “shohih shohih mereka” dan selain dari mereka, dan hadist ini dikeluarkan di “shohihi Abi Daawud” (862), dan “al Irwaa`” (390).
Ini; dan sebagai penyokong terhadap pertanyaan “Dimana Allah?” hadist marfuu` dan atsar mauquf.
Adapun hadist ; Telah meriwayatkan Waqii` bin Hudus dari pamannya Abu Raziin berkata : Saya berkata : Ya Rasulullahi ! Dimana Rabb kita sebelum Dia menciptakan makhluqNya ? beliau menjawab : “Dia di awan yang sangat tinggi, sedangkan di bawahNya udara hampa, sedangkan di atasNya juga udara hampa, maka disanalah Dia menciptakan, `ArsyNya di atas air”.
Hadist ini dikeluarkan oleh : at Tirmidziy (2108), Ibnu Maajah (182), Ibnu Hibbaan (39-al Mawaarid), Ibnu Abi `Aashim (1/271/612), Ahmad (4/11,12), Ibnu `Abdil Barr di “at Tamhiid” (7/137), dan berkata at Tirmidziy : “Hadist Hasan”. Dan berkata adz Dzahabiy di “Mukhtashor al `Uluw” (186/193) : “telah meriwayatkan at Tirmidziy dan Ibnu Maajah, dan sanadnya hasan”.
Dan padanya ada kritikan; karena Waqii` disini majhuul, sebagaimana telah saya jelaskan.
Sedangkan al Atsar; apa yang telah meriwayatkan Zaid bin Aslam berkata : Ibnu `Umar telah melewati seorang pengembala kambing berkata dia : wahai pengembala kambing ! apakah ada seekor kambing yang bisa untuk disembelih ? berkata pengembala : pemiliknya tidak disini, Ibnu `Umar berkata : kamu bilang saja nanti bahwa telah dimakan oleh serigala ! lantas pengembala tersebut mengangkat kepalanya kelangit kemudian dia berkata : Allahu dimana ?!
Lantas Ibnu `Umar membeli pengembala kambing itu dan juga membeli seekor kambing kemudian dia memerdekakannya, dan dia berikan kambing itu kepadanya.
Atsar ini dikeluarkan oleh at Thobaraniy di “al Mu`jamil Kabiir” (12/263/13054) : telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Nashr ash Shooigh : telah menceritakan kepada kami Abu Mush`ab : telah menceritakan kepada kami `Abdullahi bin al Haarits al Jumahiy : telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dengannya.
Saya berkata (al Imam al Albaaniy) : Dan ini sanad shohih, para perawinya terpecaya dijelaskan biografi mereka di “at Tahdziib” ; selain syaikh at Thobaraaniy Muhammad bin Nashr as Shooigh, dia ini tsiqoh biografinya di “Taarikh Baghdad” (3/318-319), meninggal tahun 297 H.
Dan atsar ini dijadikan hujjah oleh al Imam adz Dzahabiy di “al `Uluw”, beliau sebutkan secara mu`allaq atas Abi Mush`ab az Zuhriy, sebelumnya saya mengatakan baik sanadnya di “Mukhtashornya” (127) dimana saya belum mendapat pada sa`at itu tentang maushul sanadnya, disini sungguh telah saya dapatkan sekarang, al Hamdulillahi.
Berkata al Haitsamiy di “Majma`uz Zawaaid” (9/347) : “Telah meriwayatkan at Thobaraaniy, dan para rawinya rawi rawi yang shohih, selain dari `Abdullah bin al Haarits al Haathibiy, sedangkan dia tsiqoh”.
Kesimpulan : sesungguhnya yang paling shohih hadist hadist yang telah lewat hanya hadist Mu`aawiyah, maka sudah tentu akan sepakat para `ulama dari kalangan- muhadditsiin dan fuqahaa`- untuk menshohihkannya sepanjang perjalanan masa tanpa ada khilaf diantara mereka; sungguh telah menshohihkannya lima orang `ulama,  mereka telah mengeluarkannya di dalam “shohih” mereka  sebagaimana telah lewat, demikian juga al Baihaqiy di “al Asmaa`” (422), al Baghawiy di “Syarhus Sunnah” (3/239), ad Dzahabiy sebagaimana yang akan datang, dan al Haafizh di “al Fath” (13/359), keseluruhan mereka menyatakan tentang keshohihkan hadist ini dan sanadnya, dan diikutkan dengan mereka setiap orang yang berhujjah dengan hadist ini dari imam imam hadist dan fiqh dan tafsiir sesuai dengan ikhtilafnya madzhab mereka, dari kalangan mereka berhujjah dengan hadist ini dalam satu bahagian dari bahagian bahagian syari`ah ini, yang penting sekali bahwa dia tidak akan berhujjah kecuali dengan apa apa yang shohih disisinya, seperti al Imam Maalik di “al Muwattho`” (3/5-6), as Syaafi`iiy di “al Umm” (6/266), Ahmad di “Masaail `Abdullah” (101/363), dan “Masaail Shoolih” (3/74/1374), at Thohaawiy di “Syarhil Ma`aaniy” (1/258), Ibnu `Abdil Barr di “al Isti`aab”, Ibnul Jauziy di “Daf`I Syubahit Tasybiihih”, an Nawawiy di “al Majmuu`”, Ibnul Waziir di “al `Awaashim wal Qawaashim” (1/379-380), dan selain mereka banyak dan banyak sekali yang tidak munkin untuk dibatasi jumlah mereka, diantaranya sebahagian ahlul bid`ah yang dikenal permusuhan mereka terhadap ahlus Sunnah, telah ditulis berbagai maqolah sebagai bantahan atas mereka, seperti as Shoobuniy; sungguh dia telah mengikuti al Haafizh Ibnu Katsir dalam berhujjah dengan hadist ini, maka dia tampilkan di dua tempat (1/421,523) dari “Mukhtashornya” yang komitmen bahwa dia tidak akan menampilkan padanya kecuali apa apa yang shohih dari hadits!

[1] Lihat : “at Tashfiyah wat Tarbiyah wa atsaruha fis ti`naafil Hayaatil Islamiyyah”, hal. 38, oleh as Syaikh `Ali bin Hasan bin `Ali bin `Abdil Hamiid al Halabiy al Atsariy. Dan bandingkan pembahasan ini dengan : “Majmuu`ul Fataawa”, (3/37) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[2] Lihat :  “Irwaaul Ghaliil” (2/113) oleh al Imam al Albaaniy rahimahullahu.
[3] Hadist ini dikeluarkan oleh : Muslim di “shohihnya” (537), al Bukhaariy di “Juz ul Qiraa`ah” (70), as Syaafi`iiy di “ar Risaalah” (242), al Imam Maalik di ‘al Muwathoo`” (2/77), Ahmad di “Musnadnya” (5/447).
Berkata as Syaikh `Ali : “Sesungguhnya telah dikeluarkan hadist ini oleh selain mereka- hanyasanya saya ringkaskan atas nama nama mereka disisni rahimahumullahu Ta`aala- karena mereka adalah aimatud (para Imam) Diin dan al Huda dalam permasalahan Fiqh dan al Hadist, maka celaan  pada riwayat mereka berarti celaan  bagi mereka, dan celaan pada mereka berarti celaan pada Din (Agama) !
[4] Lihat : “Mukhtashor al `Uluuw li`Aliyyil Ghaffaar”, hal. 81 oleh al imam adz Dzahabiy, tahqiiq al Imam al Albaaniy.
[5] Hadist ini dikeluarkan oleh : Abu Daawud (3/588/3283), an Nasaaiiy (2/129), ad Daarimiy (2/187), Ibnu Hibbaan di “shohihnya” (6/256/4296), al Baihaqiy di “as Sunan” (7/388), Ahmad di “al Musnad” (4/222, 388, 389), al Bazzaar di “Musnadnya” (1/29/38/-al Kasyf), at Thobbaraaniy (7/383/7256) dari jalan Hammaad bin Salamah dari Muhammad bin `Amr dari Abi Salamah dari as Syariid bin Suweid ast Tsaqafiy berkata : Saya berkata Ya Rasulullahi ! sesungguhnya ibuk saya telah mewashiyatkan kepada saya untuk membebaskan seorang budak untuk dia, sedangkan disisi saya ada seorang budak wanita nubiyyah? Maka Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “datangkanlah dia”, lalu Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Siapa Rabb kamu?”, dia menjawab : Allahu, berkata Shollallahu `alaihi wa Sallam : “siapa saya?”, jawabnya : Rasulullahi : berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam ……… : disebutkan hadis di atas.
sumber:
http://buletinsunnah.wordpress.com/2013/09/09/dimana-allah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar