وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين
(Artinya: Dan rabb-mu berkata, “Berdo’alah kalian kepada-Ku. Niscaya Aku penuhi bagi kalian. …...
Alangkah
indahnya panggilan ALLAH ini kepada kita -hamba-hamba-Nya-. Padahal
sungguh Ia tidak butuh kepada kita. Bahkan seandainya seluruh manusia
dan jin -dari awal penciptaan sampai yang terakhir- menjadi setaat-taat
atau sejahat-jahat makhluq, sungguh yang demikian itu tak ada
pengaruhnya sama sekali bagi ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa, tak akan menambah atau mengurangi sama sekali Kekuasaan-Nya.
يا عبادي! لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم. كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم. ما زاد ذلك في ملكي شيئا.
يا عبادي! لو أن أولكم وآخركم. وإنسكم وجنكم. كانوا على أفجر قلب رجل واحد. ما نقص ذلك من ملكي شيئا.
(“Wahai,
hamba-hamba-Ku. Seandainya yang pertama dan yang terakhir dari kalangan
jin dan manusia semua merupakan setaqwa-taqwa makhluq di antara kalian,
tidaklah yang demikian itu menambah sedikitpun kekuasaan-Ku. Dan
seandainya yang pertama dan yang terakhir dari kalangan jin dan manusia
merupakan seburuk-buruk makhluq di antara kalian, tidaklah yang demikian
itu mengurangi sedikitpun kekuasaan-Ku…”) (Hadits Qudsiy riwayat Muslim)
Ketika ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa
tidak membutuhkan namun tetap Ia memerintahkannya, itu artinya ALLAH
sangat menyayangi hamba-Nya. Dan seluruh perintah serta larangan-Nya
tidak lain karena kasih sayang-Nya dan demi kebaikan hamba-Nya. Itulah
sebabnya ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa cinta, suka kepada hamba yang berdo’a kepada-Nya dan murka kepada yang enggan berdo’a.
Ketika kita berdo’a, itu artinya:
- Kita meyakini akan adanya ALLAH .
Karena
sudah tentu seseorang tak akan berdo’a dan meminta manakala dia
mengetahui atau meyakini, bahwa yang diserunya itu tidak ada. Maka,
melalui berdo’a kita mewujudkan keimanan dan keyakinan kita akan adanya
ALLAH. Ya, dengan berdo’a -di antaranya- kita wujudkan keimanan kita
akan adanya ALLAH Yang Mencipta, Memiliki, dan Mengatur alam semesta
ini.
Ketika kita berdo’a, itu artinya:
- Kita meyakini, bahwa ALLAH itu Maha Mendengar.
Karena
sudah tentu seseorang tak akan berdo’a dan meminta manakala ia
mengetahui atau meyakini, bahwa yang diserunya itu tak akan atau tak
mampu mendengarkannya. Sebagaimana tak mungkinnya seseorang mengutarakan
maksudnya kepada seseorang yang tak mampu mendengar dan mengetahui isi
pembicaraannya.
Maka, melalui berdo’a itu seseorang mewujudkan keimanannya terhadap sifat ALLAH Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui (السميع البصير.).
Termasuk
di dalamnya adalah adanya pengakuan, bahwa ALLAH itu Maha Adil dan Maha
Bijaksana. Karena mustahil seseorang mengadukan permasalahannya kepada
yang tidak adil dan tidak bijak.
Ketika kita berdo’a, itu artinya:
- Kita meyakini, bahwa ALLAH itu Maha Kaya dan Memberi Kekayaan.
Karena
sudah tentu seseorang tak akan berdo’a atau meminta manakala ia
mengetahui dan meyakini bahwa yang diserunya itu miskin dan tak mampu
memberikan kekayaan. Sebagaimana tak mungkinnya seseorang meminta kepada
seseorang yang telah dikenal miskin dan tak mampu memberikan apa-apa.
Maka, melalui berdo’a kita mewujudkan pengakuan kita akan sifat-sifat ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa -yang di antaranya adalah Maha Kaya dan Maha Memberi Kekayaan (الغني المغني)-.
Ketika kita berdo’a, itu artinya:
- Kita meyakini, bahwa ALLAH itu Maha Memberi dan Mengabulkan Do’a.
Karena
sudah tentu seseorang tak akan berdo’a atau meminta manakala ia
mengetahui atau meyakini, bahwa yang diserunya itu tak akan dan tak
mampu memenuhi permintaannya. Sebagaimana tak mungkinnya seseorang
meminta kepada seseorang yang telah dikenal pelit atau bakhil.
Maka, melalui berdo’a kita mewujudkan pengakuan kita akan sifat-sifat ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa -yang di antaranya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang (الرحمن الرخيم)-.
Dan pengakuan kita terhadap sifat-sifat ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa seperti di atas menunjukkan baik sangkanya kita kepada ALLAH Subahaanahu wa ta’alaa, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa pasti mendengar dan memenuhi permintaan kita.
Ibnu Katsir -rahimahullah- menjelaskan tentang firman ALLAH ((ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ)):
“Ini
merupakan keutamaan dan kemuliaan yang datang dari ALLAH, bahwasanya Ia
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a kepada- Nya seraya
memberikan jaminan akan diijabah(dipenuhi)nya do’a mereka.”
Sebagaimana pula di dalam ayat yang lain:
(Artinya: “Jika
hamba-Ku bertanya tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Kupenuhi
permintaan orang-orang yang berdo’a, jika ia berdo’a kepada-Ku.Maka
hendaknya mereka penuhi pula (-perintah-)Ku dan berimanlah kepada-Ku.”) (Al Baqarah: 186)
Dan berbaik sangka -yang antara lain ditunjukkan melalui berdo’a dengan tidak pernah jemu- kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa merupakan kewajiban seorang hamba kepada rabb-nya. Demikianlah yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada kita:
عن جابر بن عبدالله الأنصاري، قال:سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم، قبل موته بثلاثة أيام، يقول
“لا يموتن أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله عز وجل”.
(Dari Jabir bin Abdillah Al Anshary, berkata: Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata -tiga hari
sebelum wafatnya- ,”Janganlah di antara kalian mati, kecuali di dalam
keadaan berbaik sangka kepada ALLAH Azza wa Jalla.”) (HR:Muslim)
Ketika kita berdo’a, itu artinya:
- Kita mengakui akan kelemahan kita dan butuhnya kita akan ALLAH.
Karena
sudah tentu seseorang tak akan berdo’a atau meminta, manakala ia
sendiri merasa mampu memenuhi segala kebutuhan dan mengatasi segala
masalahnya. Dan melalui berdo’a ini seseorang mengakui butuhnya ia akan
ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Juga melalui ini pula ia mengakui bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ala satu-satunya yang layak dimintai pertolongan dan satu-satunya yang layak diibadahi.
Maka mengertilah kita akan sabda Junjungan kita ini Shallallahu alaihi wa sallam :
عن النعمان بن بشير؛ قال:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :إن الدعاء هو العبادة
(Dari An-Nu’man bin Basyir: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Do’a adalah
ibadah.”) (HR;Ahmad)
Mengerti pulalah, mengapa Beliau Shallallahu alaihi wa sallam berucap -kepada Ibnu Abbas- :
إذا سألت فاسأل الله، وإذا استعنت فاستعن بالله،
(“…Jika kau berdo’a, berdo’alah kepada ALLAH. Dan jika memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada ALLAH…”) (HR: At-Ttirmidzi)
Maka
berdo’apun menjadi tolok ukur, apakah seseorang itu Muwahhidun (orang
yang mentauhidkan ALLAH) atau Musyrikun. Seorang yang mentauhidkan
ALLAH, niscaya senantiasa berdo’a dan meminta kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Sementara yang mensyarikatkan ALLAH senantiasa berdo’a dan meminta kepada selain ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa.
Marilah senantiasa kita berdo’a kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Marilah kita awali, i ringi, dan sudahi setiap amalan kita dengan berdo’a kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Marilah kita jadikan do’a sebagai tameng kehidupan dan pemelihara baik sangkanya kita kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alla.
من لم يسأل الله يغضب عليه
(“…barang siapa yang tidak meminta (berdo’a) kepada ALLAH, niscaya Ia akan murka
kepadanya.”) (HR: Al Bukhari)
Semoga kita tidak termasuk yang dimurkai ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa, semata-mata karena malas berdo’a. Apalagi jika karena sombong dan merasa tak butuh kepada-Nya.
…Sesungguhnya
mereka yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku, niscaya mereka
akan masuk ke dalam jahannam dalam keadaan hina-dina.”) (Mu’min:60)
oleh: Abu Khaulah Zainal Abidin
Sumber : rumahbelajaribnuabbas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar