Dakwah
ahlus sunah di masa dahulu dan yang akan datang adalah dakwah tauhid,
dakwah sunah, dakwah yang menyeru untuk berpegang teguh dengannya.
Dakwah yang menghilangkan syirik, bidah, dan hawa nafsu. Dakwah yang
mengajak masyarakat ke negeri yang aman dengan menanamkan kecintaan pada
tauhid dan sunah dalam hati-hati mereka, dan memperingatkan mereka dari
bidah dan hawa nafsu.
Termasuk
dari keistimewaan dakwah ahlus sunah adalah tidak hanya memperingatkan
dari bidah, hawa nafsu, dan kebatilan secara umum, tapi juga
memperingatkan dari para pelaku bidah dan hawa nafsu. Akan tetapi,
penanganan perkara ini dipegang oleh para ulama cendekia yang
mengumpulkan antara ilmu dan takwa. Dengan peran mereka, alhamdulillah,
pendirian kita kokoh tatkala banyak fitnah, ujian dan musibah. Tauhid
dan sunah diajarkan, bidah dan hawa nafsu diperingatkan darinya.
Termasuk
perkara yang paling dikhawatirkan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi
wasalam kepada kita adalah bidah dan hawa nafsu, sebagaimana sabda
beliau,
(( إن ممّا أخاف عليكم بعدي بطونكم وفروجكم ومضلات الأهواء ))
"Sesungguhnya
perkara yang aku khawatirkan pada kalian setelah wafatku adalah
perut-perut kalian, kemaluan-kemaluan kalian dan kesesatan hawa nafsu." (HR Ahmad)
Demikian juga dari doa Nabi shalallahu 'alaihi wasalam,
(( اللهم جنبنا منكرات الأخلاق والأعمال والأهواء والأدواء ))
"Ya Allah jauhkanlah kami dari kerusakan akhlak, amalan, hawa nafsu dan penyakit." (HR At Tirmidzi)
Sejak
dahulu Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam memerangi bidah dan
pelakunya sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits. Oleh karena
itulah, mari kita peluk manhaj ini, manhaj nabawi, manhaj salafi.
Para
pelaku tauhid dan sunah direkomendasi, sedangkan para pelaku bidah dan
penyimpangan dikritik, dicela, dan diwaspadai, hal ini adalah bagian
dari dakwah ahlu sunah. Sejak dahulu hal ini digunakan sebagai benteng
yang menjaga kaum muslimin dari bidah dan hawa nafsu. Tatkala muncul
sikap bermudah-mudahan dalam hal ini, maka tanpa Anda sadari seorang
penuntut ilmu yang mengerti tauhid dan sunah terjatuh dan tergelincir
dalam perjalanannya, disebabkan tidak ada sikap pembeda disisi
kebanyakannya mereka.
Wahai
saudaraku, hendaknya kita mengambil pelajaran, Al Imam Baihaqi
terpengaruh dengan Ibnu Fauroh dan mengambil darinya paham as'ariyah.
Ibnu 'Aqil disebabkan karena teman duduknya, menjadi berpaham
mu'tazilah. Ya'qub bin Syubah disebabkan teman duduknya menjadi
berpandangan netral dalam Al Quran. Al Imam Abdurazaq As Shon'ani
disebabkan Jafar bin Abi Sulaiman Ad Dubai, menjadi mengambil paham
syiah darinya. Demikianlah, hendaknya seorang pelaku sunah berhati-hati
dari bermajelis dengan pelaku bidah dan hawa nafsu.
Termasuk
dari manhaj ahlus sunah adalah memperingatkan dari pelaku bidah dan
hawa nafsu. Dan jika ada tuntutan kemaslahatan, maka perlu untuk
menyebutkan nama tokoh-tokoh bidah dan hawa nafsu ketika memperingatkan
dari mereka. Agar diwaspadai kejahatan mereka dan ditampik fitnah
mereka. Yang demikian ini juga dari manhaj ahlus sunah wal jamaah.
Penuntut
ilmu hendaknya berhati-hati untuk masuk pada perkara yang dia tidak
membutuhkannya. Alhamdulillah, para ulama dan para penasihat yang jujur
telah mencukupi kita. Wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya perkara ini
pelakunya berada di antara sikap berlebih-lebihan dan bermudah-mudahan.
Dan yang diinginkan adalah sikap pertengahan, sebagaimana firman Allah:
{( وَكَذَلِكَ جَعَلنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا )}
"Demikianlah Kami jadikan kalian umat pertengahan" (QS. Al Baqorah :143 )
Tidak
semua orang yang menyeru dengan Jarh Wa Ta'dil beruntung. Bagi kita
pelajaran dari perjalanan Mahmud Al Hadad, bagi kita pelajaran dari
perjalanan Falih Al Harbi, dan bagi kita pelajaran dari kelanjutan Al
Hajuri. Bagi kita juga pelajaran dari perihal Ahmad Syaibani dan Shaleh
Bakri di Yaman dan yang lainnya. Bab perkara ini berbahaya, hendaknya
kita melazimi takwa kepada Allah.
Dan
wajib bagi kita untuk mengikuti langkah-langkah para ulama kita, dan
mengambil faedah dari manhaj dan metode mereka. Alhamdulilah, pondok ini
dengan izin Allah, seperti pondok-pondok ahlu sunah yang lainnya
berjalan diatas jalan yang terang dan jelas. Mementingkan ilmu syar'i,
tauhid, dan sunah, dan memperingatkan dari bidah dan hawa nafsu. Dan
tidak mengapa untuk saling menasihati, bahkan merupakan kewajiban untuk
memperingatkan dari pelaku bidah dan hawa nafsu.
Tidaklah
bidah itu terbatasi dengan bidah jahmiyah, mu'tazilah, murjiah,
as'ariyah, syiah rafidhah dan sufiyah saja. Tidak, bahkan sekarang ini
bidah banyak, sangat benar yang disabdakan Nabi shalallahu 'alaihi
wasalam,
((
افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة، وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين
فرقة، وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة، كلها في النار إلا واحدة ))
"Yahudi
terpecah menjadi 71 golongan, dan Nasrani terpecah menjadi 72 golongan,
dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya di neraka
kecuali satu golongan" (HR Ahmad, Abu Daud Tirmidzi dan lainnya)
Siapakah
golongan yang selamat ini? Mereka adalah orang-orang yang berjalan di
atas jalan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam dan para Sahabatnya
radhiyallah'anhum. Maka selalu saja bidah dan hawa nafsu ada sampai
zaman kita ini. Demikianlah, dengan rasa persaudaraan, dan saling
menasihati kita bekerja sama seluruhnya untuk tetap kokoh diatas
kebaikan ini.
Janganlah
masuk ke bab Jarh Wa Ta'dil kecuali jika Anda punya keahlian yang
mencukupi padanya, dan bertakwalah kepada Allah. Bukanlah
permasalahannya berbasa-basi dengan seseorang, mencari keridaan
seseorang atau menghindar dari kemarahan seseorang. Karena Anda nantinya
akan berdiri dihadapan Allah yang akan menanyakan kepada Anda perkara
yang kecil dan besar, dan menperhitungkan amalan walaupun sekulit ari.
Sangat benar Allah dalam firman-Nya,
{(
وَوُضِعَ الكِتَابُ فَتَرَى المُجْرِمِين مُشْفِقِين مِمَّا فِيْه
وَيَقُولُونَ يَوَيلَتَنَا مَالِ هَذَا الكِتابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرةً
وَلاَ كَبِيْرَةً إِلَّا أَحْصَهَا )}
"Dan
diletakkanlah kitab, maka engkau melihat orang-orang yang berbuat dosa
ketakutan dengan isinya dan berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah
ini yang tidak meninggalkan hal kecil dan besar, melainkan mencatat
semuanya." (QS. Al Kahfi :49)
Berhati-hatilah
dari sikap zalim dan berlebih-lebihan, dan berhati-hatilah dari sikap
lembek dan bermudah-mudahan. Mari kita bekerja sama semuanya di pondok
ini, demikian juga di seluruh pondok-pondok ahlus sunah, untuk tetap
kokoh di atas dakwah yang murni dan bersih. Yang berada padanya para
ulama zaman sekarang dan terdahulu, para salafus shalih. Manhaj yang
dipetik dari kitab Allah dan sunah Nabi-Nya shalallahu 'alaihi wasalam.
Kita memohon kepada Allah untuk melapangkan dada-dada agar
menerima kebenaran, dan menganugerahkan kekokohan sampai ketika meninggalkan dunia, sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa-doa.
oleh : Asy Syaikh Abdurrahman Al-Adeny hafizhahullah
Alih bahasa: Abu Abdillah Zaki Ibnu Salman
Sumber : WA Salafy Lintas Negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar