AYAT 55
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman" (QS adz-Dzaariyaat ayat 55)
Ayat ini menjelaskan bahwa peringatan dalam bentuk ayat-ayat al-Quran
maupun hadits-hadits yang shahih berupa janji-janji dan ancaman dari
Allah akan memberikan manfaat hanya kepada hati orang yang beriman.
Karena
orang yang beriman, jika diingatkan dengan ayat-ayat Allah, mereka akan
menerimanya dengan sepenuh jiwa dan ketundukan. Mereka tidak akan
berlaku bagaikan orang yang tuli dan buta ketika datang peringatan dari
Allah:
"dan
orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan
mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang yang tuli dan buta" (QS al-Furqan: 73)
Orang yang mendapatkan manfaat dari peringatan adalah orang yang
beriman. Sedangkan orang yang tidak mendapat manfaat dari peringatan
adalah orang yang tidak beriman, bisa jadi imannya sudah hilang atau
kurang imannya. Karena itu, lihatlah keadaanmu. Jika engkau mendengar
peringatan dari ayat-ayat Allah apakah engkau menjadi ingat dan takut.
Jika demikian, pujilah Allah karena itu menunjukkan bahwa engkau
beriman. Namun, jika dengan adanya peringatan hatimu tidak terpengaruh,
tetap saja keras, maka janganlah cela kecuali diri sendiri. Hendaknya
engkau segera kembali kepada Allah, hingga bisa mendapat manfaat dari
pemberian peringatan dengan ayat-ayatNya. Ayat ini juga menunjukkan
bahwa semakin kuat keimanan, semakin besar dan agung manfaat yang
diterima seseorang ketika mendapatkan peringatan dari ayat-ayat Allah
maupun hadits-hadits Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. (disarikan dari transkrip ceramah Syaikh Ibnu Utsaimin dalam menafsirkan surat adz-Dzaariyaat)
AYAT 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56)
Ibnu Abbas berkata: Semua penyebutan ibadah dalam al-Quran maknanya adalah tauhid (Tafsir al-Qurthuby (18/193). Artinya,
jika dalam al-Quran terdapat perintah untuk beribadah kepada Allah,
maksudnya adalah tauhidkan Allah atau sembahlah (beribadahlah) hanya
kepada Allah. Karena itu, makna ayat ini adalah: Tidaklah Aku ciptakan
Jin dan Manusia kecuali agar mereka beribadah hanya kepadaKu.
Ibadah
adalah penghambaan. Segala macam perbuatan atau ucapan yang dicintai
dan diridhai oleh Allah adalah ibadah. Termasuk juga amalan hati seperti
cinta kepada Allah, tunduk; menghinakan dan merendahkan diri, takut,
berharap, tawakkal, semuanya adalah ibadah.
Jika
di dalam al-Quran dan hadits terdapat perintah terhadap sesuatu, maka
sesuatu itu adalah ibadah. Jika Allah dan RasulNya melarang sesuatu,
maka meninggalkan sesuatu itu adalah ibadah.
Sebagian Ulama menjelaskan bahwa perasaan yang harus dibangun pada saat beribadah harus mengandung 3 hal:
(i) cinta dengan pengagungan,
(ii) takut, dan
(iii) berharap.
Barangsiapa
yang dalam seluruh ibadah hanya mendasari pada cinta saja, maka ia
adalah zindiq. Barangsiapa yang dalam seluruh ibadahnya hanya takut saja
maka ia adalah Haruri (khawarij). Barangsiapa yang dalam seluruh
ibadahnya hanya berharap saja, maka ia adalah Murji’ah. Barangsiapa yang
menggabungkan perasaan cinta, berharap, dan takut dalam
ibadah-ibadahnya, maka ia adalah seorang yang beriman. Sebagaimana
ungkapan ini dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim sebagai ucapan sebagian Ulama
Salaf.
AYAT 57
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُون
"ِTidaklah Aku menginginkan rezeki dari mereka dan Aku tidak mengharapkan mereka memberi makan kepada-Ku" (QS adz-Dzaariyaat ayat 57)
Ayat ini menjelaskan bahwa ibadah dari seseorang kepada Allah bukanlah
karena Allah butuh kepada orang tersebut. Allah tidak butuh dengan
ibadah kita, namun justru kita yang sangat butuh untuk beribadah kepada
Allah. Semakin baik ibadah yang kita persembahkan kepada Allah, semakin
besar manfaatnya kembali kepada kita.
AYAT 58
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
"Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pemberi rezeki yang Memiliki Kekuatan yang Teguh" (QS adz-Dzaariyaat ayat 58)
Allah adalah ar-Rozzaaq,
bukan sekedar ar-Raaziq. Kalau ar-Raaziq artinya yang memberi rezeki,
sedangkan ar-Rozzaaq adalah yang sangat banyak dan berlimpah dalam
memberi rezeki.
Para Ulama menjelaskan bahwa rezeki adalah segala pemberian dari Allah
untuk manfaat duniawi dan Dien. Semua nikmat yang kita terima adalah
rezeki dari Allah, termasuk ketenangan hati, udara yang nyaman, dan ilmu
yang bermanfaat. Sebagian orang menyempitkan makna rezeki hanya pada
harta berupa uang dan semisalnya. Padahal, rezeki dari Allah yang kita
terima lebih luas dari itu.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
"Barangsiapa
di antara kalian yang berada di waktu pagi dalam keadaan: sehat
tubuhnya, perasaan aman dalam hatinya, dan hari itu ada kecukupan
makanan, maka seakan-akan telah terkumpul (seluruh kenikmatan) dunia" (HR atTirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan atTirmidzi dan al-Albany)
Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa Dia adalah Sang Maha Pemberi
Rezeki dan Pemilik Kekuatan yang teguh (kekuatan yang tidak ada
bandingan dan tak terkalahkan). Hal ini adalah sebagai salah satu alasan
bahwa Allah tidak butuh dengan apapun dan siapapun. Karena ialah Sang
pemberi, tidak butuh pemberian. Dialah Sang Maha Kuat, tidak butuh
bantuan. Karena bantuan dan pertolongan hanyalah dibutuhkan oleh pihak
yang lemah.
Sumber : WA Group al-I'tishom bis Sunnah - Probolinggo melalui WA Salafy Lintas Negara
Dikirim oleh Al-Ustadz Kharisman Probolinggo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar