2. Bantahan terhadap Syubuhat: Pemutlakan Pernyataan ‘Teman senegeri
seseorang lebih mengenal orang tersebut’ – yang Pernyataan ini dimaksudkan untuk Menolak Perkataan Ulama, Baik dalam Bentuk Celaan/Kritikan maupun Pujian/Rekomendasi.
seseorang lebih mengenal orang tersebut’ – yang Pernyataan ini dimaksudkan untuk Menolak Perkataan Ulama, Baik dalam Bentuk Celaan/Kritikan maupun Pujian/Rekomendasi.
Soal Kedua: Ketika sebagian ulama memberikan tazkiyah
(rekomendasi) kepada seseorang, sebagian orang mengatakan, “Kami adalah
teman senegeri dari orang ini. Kami lebih mengenalnya daripada para
ulama yang memberikan tazkiyah kepadanya.” Mereka menolak perkataan
ulama dengan syubuhat ini. Apa makna ucapan mereka ‘Teman senegeri
seseorang lebih mengenalnya daripada selainnya’?
Asy-Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah menjawab; Para ulama
–semoga Allah l merahmati mereka- mereka meletakkan kaidah dan asas di
dalam ilmu al-Jarh wat-Ta’dil (celaan dan pujian terhadap seseorang)
yang berjalan dan terbangun di atas dasar-dasar hukum dari al-Kitab,
as-Sunnah, dan manhaj salaf (pendahulu) dari umat ini –semoga Allah
meridhai mereka.
Di antara kaidah al-Jarh wat-Ta’dil yang mereka tetapkan yang dibangun
di atas dalil-dalil yang ada di dalam bab ini adalah; Ketika terjadi pertentangan antara pujian dan celaan, celaan yang terperinci didahulukan di atas pujian, kecuali bila yang memberikan pujian lebih mengetahui celaan tersebut dan yang dicela telah rujuk
dari kesalahannya, atau celaan tersebut tidak benar ada padanya.
di atas dalil-dalil yang ada di dalam bab ini adalah; Ketika terjadi pertentangan antara pujian dan celaan, celaan yang terperinci didahulukan di atas pujian, kecuali bila yang memberikan pujian lebih mengetahui celaan tersebut dan yang dicela telah rujuk
dari kesalahannya, atau celaan tersebut tidak benar ada padanya.
Di antara kaidah al-Jarh wat-Ta’dil yang diletakkan para
ulama’ adalah, orang yang memberikan celaan dan pujian merupakan orang
yang ahli yang mencapai tingkatan ‘ucapannya diterima di dalam al-Jarh
wat-Ta’dil’. Jadi tidak setiap orang yang berbicara di dalam bab al-Jarh
wat-Ta’dil bisa diterima ucapannya. Ini adalah permasalahan yang sangat
penting, meskipun dia itu seorang penuntut ilmu yang
salafi, meskipun dia itu seorang doktor yang salafi, meskipun dia itu memberikan berbagai pelajaran (banyak majelisnya), karena al-Jarh wat-Ta’dil adalah bab yang detail (dalam) yang tidak setiap orang bisa menguasainya. Oleh karena itu kami dapati dari sebagian saudara kami salafiyyun –semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan, dan semoga Allah menunjuki kami dan mereka kepada kebenaran- Engkau melihat mereka memberikan pujian kepada orang-orang yang mereka ini sebenarnya
adalah orang-orang yang mendapatkan celaan dari para ulama. Mereka terjatuh (ke dalam kesalahan) di dalam bab ini karena karena mereka tidak menguasainya dengan baik. Ini adalah hakikat yang (kita) harus berhenti untuk memperhatikannya, dan hakikat yang harus dijelaskan sehingga perkataan-perkataan yang muncul tidak saling bertentangan.
salafi, meskipun dia itu seorang doktor yang salafi, meskipun dia itu memberikan berbagai pelajaran (banyak majelisnya), karena al-Jarh wat-Ta’dil adalah bab yang detail (dalam) yang tidak setiap orang bisa menguasainya. Oleh karena itu kami dapati dari sebagian saudara kami salafiyyun –semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan, dan semoga Allah menunjuki kami dan mereka kepada kebenaran- Engkau melihat mereka memberikan pujian kepada orang-orang yang mereka ini sebenarnya
adalah orang-orang yang mendapatkan celaan dari para ulama. Mereka terjatuh (ke dalam kesalahan) di dalam bab ini karena karena mereka tidak menguasainya dengan baik. Ini adalah hakikat yang (kita) harus berhenti untuk memperhatikannya, dan hakikat yang harus dijelaskan sehingga perkataan-perkataan yang muncul tidak saling bertentangan.
Maksudku dengan ‘perkataan-perkataan yang muncul tidak
saling bertentangan’ adalah; ucapan antara orang yang memberikan celaan
dan memberikan pujian tidak saling bertentangan. Kecuali bila
masing-masing pihak merupakan ahli di dalam al-Jarh wat-Ta’dil. Adapun
bila yang berbicara, -sebagai contoh- pihak yang memberikan
rekomendasi adalah ahli jarh dan ta’dil, sedangkan yang mencela bukan termasuk ahlinya, maka perkataan pihak yang ahli di disiplin ilmu ini lebih didahulukan.
rekomendasi adalah ahli jarh dan ta’dil, sedangkan yang mencela bukan termasuk ahlinya, maka perkataan pihak yang ahli di disiplin ilmu ini lebih didahulukan.
Termasuk kaidah para ulama di dalam bab ini adalah; Ketika
terjadi pertentangan antara al-Jarh dan at-Ta’dil, para ulama melakukan
proses tarjih (menetapkan mana pendapat yang lebih kuat) dengan melihat
qarinah-qarinah (perkara penyerta) yang ada.
Mereka akan menguatkan ucapan ‘Teman senegeri seseorang lebih mengenalnya’ dengan terpenuhinya dua syarat;
Mereka akan menguatkan ucapan ‘Teman senegeri seseorang lebih mengenalnya’ dengan terpenuhinya dua syarat;
Syarat Pertama: Teman senegeri orang ini
termasuk orang yang ahli di dalam pembahasan al-Jarh wat-Ta’dil sehingga
ia mengetahui sebab-sebab jarh dan sebab-sebab ta’dil.
Syarat Kedua: Jarh(kritikan) yang muncul bukan dalam bentuk yang jelas, terperinci, dan tidak terbantahkan.
Bila kedua syarat ini tidak terpenuhi, ucapan mereka ‘teman
senegeri’ tidak bisa diterima; ucapan mereka ‘Teman senegeri seseorang
lebih tahu tentangnya’ tidak benar dilontarkan.
Ucapan ini tempatnya adalah bila si teman setanah air itu
orang yang ahli dalam al-Jarh wat-Ta’dil dan yang kedua, bentuk jarh
yang muncul bukan jarh yang terperinci, jelas, dan tidak terbantahkan.
Kemudian aku peringatkan kalian
dari satu perkara; sebagian mereka menjadikan qarinah ini (‘teman
senegeri seseorang lebih mengenalnya’) sebagai (hukum) asal, namun (di
sisi lain) mereka menjadikan kaidah yang fundamental – yang menyatakan
bahwa jarh yang sifatnya terperinci harus lebih didahulukan daripada
rekomendasi - sebagai qarinah atau perkara cabang atau perkara
kedua/sekunder. Ini adalah kesalahan. Ini adalah pengacauan terhadap
kaidah-kaidah yang ada.
Jadi teman senegeri seseorang
benar dikatakan lebih mengetahui keadaannya, pada kondisi proses tarjih
antara pujian dan kritikan ketika terjadi perbedaan pendapat di antara
ulama tatkala dalil-dalil yang ada saling bertentangan manakala seluruh
pihak adalah ahli di bidang al-Jarh wat-Ta’dil, sehingga tidak ada
penguat di antara dua pendapat tadi, yaitu dua pendapat (kritikan dan
celaan) tadi; dalam kondisi demikian para ulama baru kembali kepada
aturan ‘teman senegeri seseorang lebih mengenalnya’. Adapun bersamaan
dengan kondisi nampak/jelasnya kritikan dan jelasnya kebatilan,
seandainya setiap penduduk negeri tersebut menyatakan
tsiqah (terpercaya) nya seseorang, ucapan satu orang ulama yang adil adalah hujjah yang lebih didahulukan daripada mereka.
tsiqah (terpercaya) nya seseorang, ucapan satu orang ulama yang adil adalah hujjah yang lebih didahulukan daripada mereka.
السؤال الثاني : إذا زكى بعض أهل العلم شخصا قال بعض الناس نحن بلدي الرجل
ونحن أعلم به من العلماء الذين يزكوه ويردون كلام العلماء بهذه الشبهة ؟
وما معني قولهم بلدي الرجل أعلم به من غيره ؟
الشيخ أحمد بازمول حفظه الله :العلماء رحمهم الله تعالى وضعوا قواعد وأسس في باب الجرح والتعديل منطلقة ومتمشية ومبنية على أصولها في الكتاب والسنة و منهج سلف الأمة رضوان الله عليهم ومن ذلكم تلك القواعد التي قرروها وقعدوها بناءا على الأدلة الواردة في الباب
أن الجرح والتعديل إذا تعارضا قدم الجرح المفسر على التعديل إلا إن قال المعدل أعلم ذاك الجرح وأن هذا المجروح تراجع عنه أو لم يثبت عنه .
وأيضا من القواعد التي وضعوها أن يكون الجارح والمعدل ممن تأهلوا وممن بلغوا درجة يقبل قولهم في باب الجرح والتعديل فليس كل من تكلم في باب الجرح والتعديل قبل قوله هذه قضية مهمة حتى ولو كان طالب علم سلفي حتى وإن كان دكتورا سلفيا حتى ولو كان له دروس فإن الجرح والتعديل باب دقيق لا يحسنه كل أحد ولذلك نجد من بعض إخواننا السلفيين جزاهم الله خيرا وهدانا الله وإياهم للصواب تراهم يعدلون أشخاصا هم في حقيقة أمرهم هم مجرحون عند العلماء وإنما وقعوا في هذا الباب لأنهم لا يحسنون هذا الباب وهذه حقيقة لابد من الوقوف عندها ولابد من التصريح بها حتى لا تتعارض الأقوال وأعني بقولي لا تتعارض الأقوال هو أن القول بين المجرح و المعدل لا يتعارضان إلا إذا كان كلا الطرفين من أهل الجرح والتعديل أما إذا كان المتكلم مثلاً المعدل من أهل الجرح والتعديل والمجرح بخلاف ذلك فكلام أهل الفن مقدم .
ومن ذلك أيضا من قواعدهم في هذا الباب عندما يتعارض الجرح والتعديل يقولون في الترجيح بالقرائن فيرجحون بأن بلدي الرجل أعلم به وذلك مشروط بشرطين :
الشرط الأول : أن يكون بلدي الرجل هذا ممن تأهل في باب الجرح والتعديل فيعرف أسباب الجرح وأسباب التعديل .
والشرط الثاني : وهو أن لا يكون الجرح واضحا مفسرا ألا يكون الجرح واضحا مفسرا غير مدفوع فإذا لم يتوفر هذان الشرطان لم يقبل قولهم بلدي الرجل أو لم يتحصل قولهم بلدي الرجل أعلم به فهذا هو محله أن يكون البلدي هذا من أهل الجرح والتعديل والثاني أن لا يكون الجرح مفسرا واضحا ولا مدفع له.
وبالتالي أنبه على قضية وهو أن بعضهم جعل هذه القرينة أصلا وجعل القاعدة الأساسية أن الجرح المفسر مقدم على التعديل قرينة أو فرع أو أمر ثانوي وهذا خطأ وهذا خلط للقواعد فبلدي الرجل أعلم به عند الترجيح بين الجرح والتعديل عند إختلاف العلماء عند تعارض الأدلة وعندما يكون الجميع من أهل الجرح والتعديل فلا مرجح بين القولين من حيث القولان هذان , فيلجأ العلماء إلى قاعدة بلدي الرجل أعلم به أما مع ظهور الجرح وظهور البطلان فلو كل أهل البلد وثقوه فقول عالم عدل واحد بحجة مقدم عليهم .
Ditulis oleh Abu Muhammad as-Sunni al-Libi
Dialihbahasakan oleh Ummu Maryam al-Atsariyyah
Dialihbahasakan oleh Ummu Maryam al-Atsariyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar