ada satupun yang shohih-, bahkan tidak sedikit di antaranya yang merupakan hadits palsu. Berikut kami akan nukilkan sebagian di antaranya:
1. Dari Abu Sa’id Al-Khudry -radhiallahu Ta’ala ‘anhu- secara marfu’, “…Barangsiapa yang berpuasa di bulan Rajab karena keimanan dan mengharap pahala, maka wajib (baginya mendapatkan) keridhoan Allah yang terbesar”.
Ibnul Jauzy –rahimahullah- berkata dalam Al-Maudhu’at (2/206), “Ini adalah hadits palsu atas Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam-”.
Dan hadits ini juga dinyatakan palsu oleh As-Suyuthy dalam Al-La`alil Mashnu’ah2 (2/114), Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ajab, dan Ibnu Qoyyim dalam Al-Manar hal. 95.
2. Dari Anas -radhiallahu Ta’ala ‘anhu- secara marfu’, “Barangsiapa yang berpuasa 3 hari di bulan Rajab, Allah akan menuliskan baginya (pahala) puasa sebulan. Barangsiapa yang berpuasa 7 hari di bulan Rajab, Allah akan menutup baginya 7 pintu neraka. Barangsiapa yang berpuasa 8 hari di bulan Rajab, Allah akan membukan baginya 8 pintu surga. Barangsiapa yang berpuasa setengah bulan dari bulan Rajab, Allah akan menetapkan baginya keridhoan-Nya, dan barangsiapa yang Allah tetapkan untuknya keridhoan-Nya maka Dia tidak akan menyiksanya. Dan barangsiapa yang berpuasa Rajab sebulan penuh, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah”.
Ibnul Jauzy –rahimahullah- berkata, “Ini adalah hadits yang tidak shohih”, dan beliau menyebutkan bahwa di dalam sanadnya ada rowi yang bernama Aban –dan dia adalah rowi yang ditinggalkan haditsnya (arab: Matruk)- dan ‘Amr ibnul Azhar –sedang dia adalah seorang pembuat hadits palsu-.
Semisal dengannya dinyatakan oleh As-Suyuthy dalam Al-La`alil (2/115).
3. Dari ‘Ali –radhiallahu Ta’ala ‘anhu- secara marfu’, “Barangsiapa yang berpuasa satu hari darinya –yakni dari bulan Rajab- maka Allah akan menuliskan baginya (pahala) berpuasa 1000 tahun”.
Ibnul Jauzy –rahimahullah- berkata, “Ini adalah hadits yang tidak shohih”. Di dalam sanadnya ada rowi yang bernama Ishaq bin Ibrahim Al-Khotly, seseorang yang diangap pemalsu hadits. Oleh karena itulah hadits ini dinyatakan palsu oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dan Imam As-Suyuthy.
4. Dari Abu Dzar –radhiallahu Ta’ala ‘anhu- secara marfu’, “Barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab, maka (nilai puasanya) setara dengan puasa sebulan …”.
Di dalam sanadnya terdapat Al-Furot ibnus Sa‘ib, Ibnu Ma’in berkata tentangnya, “Tidak ada apa-apanya (arab: Laisa bisyay‘in)”, Al-Bukhary dan Ad-Daruquthny berkata, “Ditinggalkan haditsnya (arab: Matruk)”. Dan hadits ini dihukumi palsu oleh As-Suyuthy –rahimahullah- dalam Al-La`alil (2/115).
5. Dari Al-Husain bin ‘Ali radhiallahu Ta’ala ‘anhu secara marfu’, “Barangsiapa yang menghidupkan satu malam dari Rajab (dengan ibadah) dan berpuasa satu hari (darinya), maka Allah akan memberi dia makan dari buah-buahan surga dan Allah akan memakaikan dia sutra dari surga …”.
Ibnul Jauzy –rahimahullah- berkata, “Ini adalah hadits palsu, yang tertuduh memalsukannya adalah Hushoin”. Imam Ad-Daruquthny berkomentar tentang orang ini, “Dia sering membuat hadits (palsu)”.
6. Dari Anas –radhiallahu Ta’ala ‘anhu- secara marfu’, “Barangsiapa yang berpuasa pada hari Kamis, Jum’at, Sabtu di setiap bulan haram3, maka akan dituliskan baginya ibadah 700 tahun”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata, “Kami meriwayatkannya dalam Fawa`id Tammam Ar-Rozy dan di dalam sanadnya terdapat rowi-rowi yang lemah dan yang tidak dikenal”.
7. Dari Anas –radhiallahu Ta’ala ‘anhu-, secara marfu’, “Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah sungai yang bernama Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab maka Allah akan memberi minum kepadanya dari sungai tersebut”.
Hadits ini dari jalan Manshur bin Zaid dari Muhammad ibnul Mughirah, Adz-Dzahaby berkata tentang Manshur, “Tidak dikenal dan haditsnya4 batil”. Dan Ibnul Jauzy berkata –setelah membawakan hadits ini dalam Al-‘Ilalul Mutanahiyah (2/555)-, “Hadits ini tidak shohih, di dalamnya ada rowi-rowi yang majhul, kami tidak mengetahui siapa mereka”.
8. Dari Abu Hurairah –radhiallahu Ta’ala ‘anhu- beliau berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam tidak pernah berpuasa setelah Ramadhan kecuali pada bulan Rajab dan Sya’ban”.
Berkata Al-Hafizh, “Ini adalah hadits yang mungkar dikarenakan Yusuf bin ‘Athiyyah, dia adalah (rowi) yang sangat lemah”.
9. Dari Anas –radhiallahu Ta’ala ‘anhu- secara marfu’, “Aku diutus sebagai nabi pada tanggal 27 Rajab, barangsiapa yang berpuasa pada hari itu maka hal itu merupakan kaffarah (penghapus dosa) selama 60 bulan”.
Al-Hafizh –rahimahullah- berkata, “Kami meriwayatkannya dalam Juz min Fawa`id Hannad An-Nasafy dengan sanad yang mungkar”.
Dan dalam hadits ‘Ali secara marfu’, “ … Barangsiapa yang berpuasa pada hari itu dan berdo’a ketika dia berbuka maka hal itu merupakan kaffarah selamah 10 tahun”.
Al-Hafizh berkomentar tentangnya, “Kami meriwayatkannya dalam Fawa`id Abil Hasan bin Shokhr dengan sanad yang batil”.
sumber: http://al-atsariyyah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar