Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Sabtu, 12 Juli 2014

Adakah Sholat hajat?

Bismillah,
โ€œBarang siapa yang mempunyai hajat kepada Allah atau kepada salah seorang dari bani adam/manusia, maka hendaklah ia berwudhu serta membaguskan wudhunya, kemudian sholat hajat dua rakaat. Setelah itu hendaknya ia menyanjung kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam. Kemudian ia mengucapkan doa (hajat) : Laa ilaa illallahul halimul kariim, subhaanallahi robbil โ€˜arsyil azhiim, alhamdulillaahi robbil โ€˜aalamiin, as-aluka muujibaati rohmatik, โ€ฆdst..dstโ€

Hadits ini SANGAT DHAโ€™IF
Dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzi (1/477), Ibnu Majah (no. 1384) & Al Hakim (1/320), semuanya dari jalan Faa-id bin Abdurrahman dari Abdullah bin Abi Aufa, secara marfuโ€™.

Imam Tirmidzi setelah meriwayatkan hadits ini, ia berkata,โ€Hadits ini gharib/asing, di isnadnya ada pembicaraan, karena Faa-id bin Abdurrahman itu telah di lemahkan di dalam haditsnya.

Sanad hadits ini sangat dhaโ€™if (Dhaโ€™ifun jiddan), Faa-id bin Abdurrahman Abdul Waruqaaโ€™ telah di lemahkan oleh sejumlah ulama hadits :

1.Berkata Imam Ahmad bin Hambal : โ€œMatrukul Haditsโ€
2.Kata Imam Ibnu Maโ€™in : โ€œDhaโ€™if, bukan orang yang tsiqohโ€.
3.Berkata Imam Abud Daud : โ€œBukan apa-apa (istilah untuk rawi lemah/dhaโ€™if)โ€
4.Berkata Imam an Nasaa-i : โ€œBukan orang/rawi yang tsiqoh, matrukul haditsโ€.
5.Berkata Ibnu Hibban : โ€œTidak boleh berhujjah dengannyaโ€
6.Berkata Imam Bukhari : โ€œMunkarul Haditsโ€
Faedah : Maksud perkataan (jarh) Imam Bukhari diatas telah beliau jelaskan sendiri dengan perkataannya yang masyhur, โ€œSetiap rawi yang telah aku katakan (jarh) sebagai munkarul hadits, maka tidak halal meriwayatkan hadits darinyaโ€. (Al Mizaan AdzDzahabi :1/6).
7.Berkata Imam Abu Hatim : โ€œHadits-haditsnya dari jalan Ibnu Abi Aufa batil-batilโ€.
8.Berkata Imam al Hakim : โ€œIa telah meriwayatkan dari Ibnu Abi Aufa hadits-hadits maudhuโ€™ (palsu)โ€.

Adapun mengapa hadits ini di takhrij dan dikatakan sebagai hadits yang sangat lemah adalah :
Pertama, Faa-id bin Abdurrahman telah di lemahkan oleh ulama-ulama dan imam-imam ahli hadits, teristimewa jarh oleh Imam Bukhari yang menunjukkan sangat lemahnya Faa-id.
Kedua, Riwayat-riwayatnya dari jalan Ibnu Abi Aufa adalah bathil, bahkan menurut Imam al Hakim adalah Maudhuโ€™ (palsu). Sedangkan hadits ini Faa-id riwayatkan dari jalannya (Ibnu Abi Aufa).

Dari dua alasan inilah, maka dapat di simpulkan bahwa hadits ini adalah โ€œSangat Lemahโ€. Wallahu aโ€™lam.

Hadits ini adalah salah satu hadits sholat sunnat hajat yang sangat masyhur sekali di kalangan kaum muslimin. Dan termasuk salah satu dari โ€œhadits-hadits dhaโ€™ifโ€ yang terdapat dalam kitab โ€œPedoman Shalatโ€ (hal :503) yang ditulis oleh Al Ustadz Hasbi Ash Shiddiqi.
Selain itu, ada lagi satu hadits yang di jadikan dasar oleh Syaikh Sayyid Sabiq dalam kitabnya โ€œFiqih Sunnahโ€ untuk menyunnatkan sholat hajat, hadits tersebut adalah :

โ€˜Dari Abi Dardaโ€™, ia berkata. โ€œWahai manusia! Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda, โ€œBarang siapa yang berwudhu lalu ia sempurnakan, niscaya Allah akan memberikan apa saja yang ia minta cepat atau lambatโ€โ€.

Hadits ini di keluarkan oleh Imam Ahmad (6/442-443) dengan sanad yang dhaโ€™if. Di sanadnya ada seorang rawi yang majhul yaitu Maimun Abi Muhammad sebagaimana telah di jelaskan oleh al Albani dalam kitabnya โ€œTamamul Minnah (hal 260), yang mengambil keterangan dari para imam seperti ibnu Maโ€™in, Ibnu โ€˜Aidy, Adz Dzahabi dan lain-lain, mereka semua mengatakan bahwa Maimun adalah Majhul atau tidak dikenal.

Adapun pernyataan Sayyid Sabiq bahwa sanad hadits diatas adalah shahih adalah merupakan โ€œtasaahulโ€ beliau di dalam kitabnya tersebut.

Maka hadits-hadits diatas tidak dapat di jadikan sandaran untuk amalan shalat hajat.
[Disalin dari kitab : โ€œHadits-hadits Dhaโ€™if dan Maudhuโ€™, jilid 1, halaman 40, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, penerbit Darul Qolam].

Namun ada hadits lain yang menjadi sandaran dalam shalat hajat :

ุนูŽู†ู’ ุนูุซู’ู…ูŽุงู†ูŽ ุจู’ู†ู ุญูู†ูŽูŠู’ูู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุฌูู„ุงู‹ ุถูŽุฑููŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ุจูŽุตูŽุฑู ุฃูŽุชูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุงูุฏู’ุนู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุนูŽุงูููŠู’ู†ููŠู’ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูู†ู’ ุดูุฆู’ุชูŽ ุฏูŽุนูŽูˆู’ุชู ูˆูŽุฅูู†ู’ ุดูุฆู’ุชูŽ ุตูŽุจูŽุฑู’ุชูŽ ููŽู‡ููˆูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู„ูŽูƒูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽุงุฏู’ุนูู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽุฃูŽู…ูŽุฑูŽู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽูˆูŽุถู‘ูŽุฃูŽ ููŽูŠูุญู’ุณูู†ูŽ ูˆูุถููˆู’ุฆูŽู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฏู’ุนููˆู’ู‡ู ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู: ุงูŽู„ู‘ูŽู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅูู†ู‘ููŠู’ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุชูŽูˆูŽุฌู‘ูŽู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุจูู†ูŽุจููŠู‘ููƒูŽ ู†ูŽุจููŠู‘ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽุฉูุŒ ุฅูู†ู‘ููŠู’ ุฃูŽุชูŽูˆูŽุฌู‘ูŽู‡ู ุจููƒูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุจู‘ููŠู’ ูููŠู’ ุญูŽุงุฌูŽุชููŠู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ู„ูุชูŽู‚ู’ุถูŽู‰ ู„ููŠู’ ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ููŽุดูŽููŽุนู’ู‡ู ูููŠู’. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽููŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ููŽุจูŽุฑูŽุฃูŽ.

Dari Utsman bin Hunaif, bahwasanya ada seorang laki-laki buta yang pernah datang kepada Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam seraya berkata, โ€œBerdoalah kepada Allah agar Dia menyembuhkanku!โ€ Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda, โ€œJika engkau menginginkan demikian, saya akan doakan, tetapi jika engkau mau bersabar, itu lebih baik bagimu.โ€ Lelaki itu menjawab, โ€œBerdoalah!โ€ Maka, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam memerintahkannya supaya berwudhu dengan sempurna dan shalat dua rakaat lalu berdoa dengan doa ini, โ€œYa Allah, aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Nabi rahmat. Sesungguhnya, saya menghadap denganmu kepada Rabbku agar terpenuhi hajatku. Ya Allah, berilah syafaat kepadanya untukku.โ€ Dia berkata, โ€œLelaki itu kemudian mengerjakan (saran Nabi) lantas dia menjadi sembuh.โ€

Takhrij hadits ini :
Shahih. Diriwayatkan Ahmad dalam Musnad-nya, 4:138, Tirmidzi:3578, Ibnu Majah:1384, Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya:1219, Ath-Thabrani dalam Al-Muโ€™jamul Kabir, 3:2, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak:1221.

Tirmidzi berkata, โ€œHadits ini hasan shahih gharib.โ€ Abu Ishaq berkata, โ€œHadits ini shahih.โ€ Al-Hakim berkata, โ€œSanadnya shahih,โ€ dan hal ini disetujui oleh Adz-Dzahabi. Syekh Al-Albani juga menilai bahwa hadits ini shahih, dalam buku beliau At-Tawassul, hlm. 75โ€“76.

Fikih Hadits :
1. Disyariatkannya shalat hajat.
Imam Ibnu Majah membuat bab hadits ini dengan perkataannya, โ€œBab penjelasan tentang shalat hajat.โ€ Demikian juga, Imam Nawawi dalam Al-Adzkar, hlm. 157, dan Imam Al-Haitsami dalam Majmaโ€™ Zawaid, 2:565. Ini juga merupakan pendapat Syekh Salim Al-Hilali dan Syekh Masyhur Hasan Salman ketika (beliau berdua) ditanya oleh Al-Akh Abu Ubaidah.

2. Shalat hajat sebanyak dua rakaat.
Tidak boleh melakukan shalat hajat untuk kepentingan yang tidak syarโ€™i, seperti: untuk belajar tenaga dalam, ilmu hitam, dan sejenisnya.

Sumber: http://abuayaz.blogspot.com/2010/05/adakah-shalat-hajat.html

 Wallahu aโ€™lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar