Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Sabtu, 01 September 2012

Ushulus Sunnah wa I'tiqad Dien


 Aku bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah radliyallahu'anhuma tentang
madzhab Ahlus Sunnah dalam masalah ushuluddin (pokok–pokok agama) juga tentang
pemahaman para ulama di berbagai kota yang mereka ketahui, serta apa saja yang mereka
berdua yakini. Maka, keduanya berkata : Kami telah berjumpa dengan para ulama di

seluruh kota baik di Hijaz, Iraq, Mesir, Syam maupun Yaman, maka diantara madzhab yang
mereka anut adalah1:
1. Iman itu berupa perkataan dan perbuatan2, bertambah dan berkurang3.
2. Al–Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk, dalam segala aspeknya4.
3. Takdir yang baik maupun yang buruk adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala5
4. Di kalangan ummat ini, sebaik–baik orang setelah Nabi adalah Abu Bakar Ash–Shiddiq,
kemudian ‘Umar bin Al–Khattab, lalu ‘Utsman, lalu ‘Ali bin Abu Thalib radliyallahu
1 Periwayatan hadits diatas dapat dilihat pada text asli dalam bahasa arabnya
2 Perkataan (ucapan) dengan lisan, keyakinan dengan hati dan perbuatan dengan anggota badan
3 Banyak dalil mengenai hal itu, diantaranya adalah firman Allah Ta’ala : “Dan orang – orang yang
mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka
(balasan) ketaqwaannya.” (Muhammad 12). Allah Ta’ala juga berfirman : “Dan supaya orang –
orang yang beriman bertambah imannya.” (Al-Muddatstsir 31). Dia juga berfirman pula : “Dan
apabila kepada mereka dibacak ayat-ayat-Nya, maka bertambah iman mereka.” (Al-Anfal 2)
4 Ia dihafal di dalam dada, diucapkan dengan lidah dan ditulis di berbagai mushaf. Barangsiapa yang
berkeyakinan bahwa Al–Qur’an itu makhluk, maka ia adalah seorang penganut faham Jahmiyah
yang sesat. Ahlus Sunnah wal Jama’ah bersepakat bahwa Al–Qur’an adalah kalam Allah dan
bukan makhluk.
Peringatan:
Sebagian ahlul ahwa’ dan orang–orang yang di dalam hatinya ada penyakit, menyatakan bahwa Al-Imam Al-
Bukhari berkata : “Bacaan Al-Qur’anku adalah makhluk.” Pernyataan ini merupakan kebohongan dan
kedustaan yang diatasnamakan Al-Bukhari Abu ‘Abdillah ‘sang matahari agama dan dunia’ rahimahullah. Itu
tidak lain merupakan perkataan orang–orang yang memusuhi dan dengki.
Muhammad bin Nashr berkata : “Saya pernah mendengar Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari
berkata : “Barangsiapa menyatakan bahwa aku pernah mengatakan : ‘Bacaan Al-Qur’anku adalah
makhluk maka sesungguhnya ia adalah seorang pendusta. Sungguh aku tidak pernah
mengatakannya.’ Maka saya bertanya kepadanya : “Wahai Abu Abdillah, orang–orang banyak
sekali memprbicangkan hal ini ?” Ia menjawab : “Yang benar hanyalah apa yang kukatakan ini.”
Lihat ‘Hadyus Sari Muqaddimmah Fathul Bari’ 492, ‘Thabaqat Al-Hanabillah’ 1/227, ‘Siyar A’lam
An-Nubala’ XII/457, ‘Mukhtashar Ash-Shawa’iq’, Ibnul Qayyim.
5 Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya, segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir.” (Al-Qamar
49). Takdir adalah rahasia Allah. Barangsiapa yang tidak menerima ketentuan dan takdir Allah
dengan ridla, maka hidupnya tidak akan tenang.
. 2
'anhum. Mereka Khulafaur Rasyidun Al–Mahdiyun para khalifah yang berpegang teguh
kepada agama dan mengikuti kebenaran6.
5. Bahwa sepuluh sahabat yang disebut dan dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam masuk jannah, mereka itu sesuai dengan pernyataan beliau7 dan perkataan
beliau itu benar.
6. Memintakan kasih sayang8 bagi seluruh sahabat serta keluarga Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam, serta menahan untuk membicarakan perselisihan yang terjadi diantara
mereka.
7. Bahwa Allah berada di atas ‘Arsy-Nya9, terpisah dari seluruh makhluk-Nya,
sebagaimana sifat yang diberitahukan-Nya dalam kitab-Nya melalui lisan Rasul-Nya,
tanpa diketahui kaif (bagaimana)nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
8. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan dapat dilihat di akhirat10. Segenap penduduk jannah akan
melihat-Nya dengan mata kepala mereka. Allah berbicara, sebagaimana dia
berkehendak.
9. Jannah (syurga) adalah benar dan naar (neraka) adalah benar (adanya). Keduanya adalah
makhluk yang kekal abadi11. Jannah adalah balasan bagi para wali-Nya, sedangkan
6 Mengenai hal itu terdapat beberapa hadits shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang
bersabda : “Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin sesudahku.
Riwayat ini melalui jalur Al-Irbadh bin Sariyah. Adapula riwayat dari Ibnu ‘Umar yang
berkata : “Kami berkata, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup : Sebaik –
baik ummat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah beliau adalah Abu Bakar, Umar kemudian
Utsman.” Muttafaqun ‘Alaih.
7 Ada beberapa atsar (hadits) yang diriwayatkan mengenai hal itu. Dari Sa’id bin Zaid yang berkata :
Bahwa saya pernah mendengar bahwa beliau bersabda : “Sepuluh orang ada di jannah, Nabi di
jannah, Abu Bakar di jannah, Umar di jannah, Utsman di jannah, Ali di jannah, Thalhah di jannah,
Sa’ad bin Malik di jannah, Abdurrahman bin ‘Auf di jannah. Bila aku mau akan kusebutkan yang
kesepuluh.” Para sahabat bertanya : “Siapakah dia ?” Beliau bersabda : “Sa’id bin Zaid” Hadits
shahih yang diriwayatkan oleh Ashabus Sunan selain An-Nasa’i. Adapula riwayat lain yang
menyebutkan kesepuluh orang itu, dari jalur Abdurrahman bin ‘Auf pada riwayat At-Tirmidzi dan
Ibnu Majah dengan sanad shahih. Di situ, yang kesepuluh adalah Az–Zubair bin Al–‘Awwam.
8 Memintakan kasih sayang dan ridla untuk para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
merupakan salah satu sifat hamba–hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, yang di dalam hati
mereka tidak terdapat kebencian, kemunafikan dan kedengkian. Bagaimana mungkin seorang
mukmin tidak memintakan rahmat dan ridla Allah untuk para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, sedangkan mereka semua berada di jannah berdasarkan keterangan dari nash Al-Qur’an :
Dan Allah menjanjikan, untuk masing–masing al-husna (kebaikan).” Al-Husna (kebaikan) disini
artinya jannah. Allah sendiri telah menyatakan keridlaan-Nya kepada mereka : “Allah meridlai
mereka dan mereka pun ridla kepada Allah.
9 Bersemayamnya Allah di atas ‘Arsy-Nya disebutkan dalam tujuh tempat di Al-Qur’an yaitu :
1). Al-A’raf ayat 56
2). Yunus ayat 3
3). Ar – Rad ayat 2
4). Thaha ayat 5
5). Al – Furqan ayat 59
6). As – Sajadah ayat 4
7). Al – Hadid ayat 4
10 Allah Ta’ala berfirman : “Wajah–wajah mu’minin pada hari itu berseri–seri kepada Rabbnya
mereka melihat.” (Al-Qiyamah 22-23). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda : “Sungguh kalian akan
melihat Rabb kalian seperti kalian melihat bulan pada malam purnama…” Hadits ini terdapat dalam kitab–kitab
shahih.
neraka adalah hukuman bagi orang–orang yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali yang
mendapatkan rahmat-Nya.
10. Shirath adalah benar (adanya)12.
11. Mizan (timbangan) yang memiliki dua sisi timbangan untuk menimbang amalan para
hamba, yang baik maupun yang buruk adalah benar (adanya)13.
12. Haudh (telaga) yang dijadikan sebagai penghormatan bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dan segenap keluarganya, adalah benar (adanya)14.
13. Syafa’at adalah benar (adanya). Dan bahwa sebagian ahli tauhid keluar dari neraka
lantaran adanya syafa’at, adalah benar 15.
14. Adzab kubur adalah benar (adanya)16.
15. Munkar dan Nakir adalah benar (adanya)17.
16. Malaikat mulia yang mencatat amal perbuatan menusia adalah benar (adanya)18.
17. Kebangkitan setelah mati adalah benar (adanya)19.
18. Para pelaku dosa besar berada dalam masyi’ah (kehendak) Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita tidak mengkafirkan ahli kiblah disebabkan dosa mereka. Kita menyerahkan urusan
batin mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
11 Dalam Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 476-477, Imam Ath-Thahawi berkata : “Ahlus Sunnah
bersepakat bahwa jannah dan neraka adalah dua makhluk yang sekarang telah ada…” Kemudian
beliau menyebutkan banyak dalil, diantaranya Allah Ta’ala berfirman : “Telah disediakan (jannah)
itu bagi orang–orang yang bertaqwa.” (Ali ‘Imran 133). Dia Subhanahu wa Ta’ala juga
berfirman : “Yang telah disediakan (jahannam itu) bagi orang kafir.” (Ali ‘Imran 131). Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda menceritakan kisah ‘Isra’ dan Mi’raj : “Kemudian, saya
memasuki jannah, ternyata ia berupa bukit–bukit permata.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim.
Peringatan Penting :
Salah satu kesalahan yang banyak menimpa para tokoh adalah penisbatan pendapat mengenai
ketidak kekalan neraka, kepada Al-Hafizh Ibnul Qayyim rahimahullah. Hal itu telah diberitakan
kepada kita oleh Doktor Bakr Abu Zaid dalam bukunya, “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina
Yasyfa’un.
12 Shirath adalah jembatan di atas Jahannam. Kita memohon kesentosaan dan keselamatan kepada
Allah. Mengenai itu terdapat banyak hadits yang diriwayatkan dalam kitab – kitab shahih, sunan,
musnad dan mu’jam. Lihat buku kami : “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina Yasyfa’un.
13 Allah Ta’ala berfirman : “Kami memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat.
(Al-Anbiya’ 47). Ayat–ayat atau hadits – hadits mengenai hal ini telah diketahui.
14 Hadits – hadits mengenai telaga ini mencapai derajat mutawatir, diriwayatkan oleh lebih dari tiga
puluh sahabat. Lihat “Al-Bidayah wan Nihayah” Ibnu Katsir, “As-Sunnah” Ibnu Abi Syaibah
dan “Ma’arij Al-Qabul” Al-Hakamiy. Dari Anas bin Malik yang berkata : Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda : “Periuk di telagaku besarnya antara Ailah hingga Shan’a di Yaman. Di sana
terdapat gayung sebanyak jumlah bintang – bintang di langit.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim.
15 Lihat buku kami “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina Yasyfa’un kama Warada fil Qur’an was Sunnah Ash-
Shahihah.
16 Terdapat hadits–hadits yang diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengenai hal ini. Barangsiapa menyangka bahwa hadits–hadits tersebut tergolong hadits ahad,
maka ia keliru.
17 Namanya disebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan sanad hasan dari
Abu Hurairah.
18 Allah Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat–malaikat yang mengawasi.
Yang mulia dan mencatat.” (Al-Infithar 10-11)
19 Penyebutan tentang kebangkitan ini banyak sekali terdapat dalam Al-Kitab Al-‘Aziz, khususnya
dalam surat–surat Makkiyah, demikian pula dalam sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
19. Kita melaksanakan kewajiban jihad dan haji bersama imam–imam kaum muslimin,
disetiap masa.
20. Kita tidak boleh melakukan pembelotan terhadap para imam atau peperangan di masa
fitnah.
21. Kita mendengar dan menta’ati siapa saja yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kita.
Kita tidak akan melepaskan diri dari ketaatan.
22. Kita mengikuti sunnah dan jama’ah serta menghindari sikap menyimpang (nyleneh),
perselisihan dan perpecahan.
23. Jihad berlaku semenjak Allah mengutus Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam hingga
terjadinya hari kiamat, bersama imam–imam kaum muslimin, tanpa ada sesuatupun
yang menghapuskannya.
24. Demikian pula haji.
25. Begitu pula pembayaran zakat saimah20 kepada imam kaum muslimin yang menjadi
pemimpin bagi kita.
26. Pada aslinya manusia secara umum digolongkan mukmin berdasarkan hukum–hukum
dan pewarisan, adapun hakekat keimanan mereka disisi Allah tidak diketahui.
Barangsiapa yang berkata bahwa ia seorang mu’min sejati, maka ia adalah orang yang
berbuat bid’ah. Barangsiapa yang berkata bahwa ia adalah orang yang mu’min disisi
Allah, maka ia termasuk pendusta, sedangkan orang yang mengatakan, “Saya beriman
kepada Allah” maka yang dilakukannya adalah benar21.
27. Kaum Murji’ah adalah kaum yang berbuat bid’ah dan tersesat.
28. Kaum Qadariah adalah kaum yang berbuat bid’ah dan tersesat. Barangsiapa diantara
mereka yang menyatakan bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui apa yang akan terjadi
sebelum terjadinya, maka ia kafir.
29. Kaum Jahmiyah adalah kafir22.
30. Kaum Rafidhah adalah kaum yang menolak Islam.
31. Kaum Khawarij adalah kaum yang meluncur keluar dari agama23.
32. Barangsiapa menyatakan bahwa Al–Qur’an itu makhluk, maka ia orang yang kafir
kepada Allah Yang Maha Agung, dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari millah.
Barangsiapa yang faham tetapi meragukan kekafirannya, maka ia kafir.
20 Saimah ialah binatang – binatang ternak baik itu unta, sapi maupun kambing, yang digembalakan
di padang maupun tanah kosong selama satu tahun atau lebih.
21 Barangsiapa yang ingin lebih mendalami kajian masalah ini, hendaklah ia membaca
Aqidah Thahawiyah hal. 390-395.
22 Jahmiyah adalah nama yang dinisbatkan kepada Jahm bin Shofwan, dialah orang yang
menyatakan peniadaan dan penolakan sifat – sifat Allah.
23 Mereka adalah anjing penduduk neraka, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari.
. 5
33. Barangsiapa yang ragu terhadap Kalam Allah Ta’ala (Al–Qur’an), bimbang mengenainya
dan mengatakan, “Saya tidak tahu apakah makhluk atau bukan makhluk” maka ia orang
yang berfaham jahmiyah.
34. Orang yang bimbang mengenai Al–Qur’an dikarenakan kebodohan, maka harus diajari
dan dibid’ahkan, tetapi tidak dikafirkan.
35. Barangsiapa yang mengatakan “Bacaan Al–Qur’an-ku adalah makhluk” atau “Al–Qur’an
dengan bacaanku adalah makhluk” maka ia adalah orang yang berpaham jahmiyah.
Syaikh Abu Thalib berkata: Ibrahim bin ‘Umar berkata: Ali bin Abdul ‘Aziz berkata : Abu
Muhammad berkata: Saya mendengar ayahku radliyallahu 'anhu berkata :
36. Tanda–tanda ahli bid’ah adalah mengumpat ahlul ‘atsar (orang – orang yang berpegang
teguh dengan sunnah-pent).
37. Tanda–tanda orang zindiq adalah mereka menyebut ahlul ‘atsar sebagai orang hasywiyah,
karena ingin menghapuskan sunnah.
38. Tanda–tanda kaum jahmiyah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
musyabbihah.
39. Tanda–tanda kaum qadariyah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum yang
berpaham jabriyah.
40. Tanda–tanda kaum murji’ah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
mukhalifah (yang suka mempertentangkan) atau nuqshaniyah (yang suka mengurangi.
41. Tanda–tanda kaum rafidhah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
tsaniyah.
42. Dalam perkara ini telah tersesat banyak kelompok (dalam memahami ahlus sunnah),
padahal ahlus sunnah hanya menyandang satu nama dan nama – nama ini semua tidak
mungkin menyatu (ada) pada mereka.
43. Abu Muhammad bercerita kepada kami, katanya: Dan saya mendengar ayahku dan Abu
Zur’ah mengisolasi orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang dan melakukan
bid’ah, menyalahkan pendapat mereka dengan keras, menolak penulisan buku–buku
dengan pendapat tanpa berdasarkan atsar, melarang berteman dengan ahli kalam atau
membaca buku–buku kaum mutakallimin, serta berkata “Penganut ilmu kalam tidak
akan beruntung selamanya.”
Telah saya sampaikan semuanya, dan segala puji bagi Allah Rabb semua alam,
semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dan para keluarganya. Akhir kitab I’tiqaduddin.

Oleh: Ibnu Abi Hatim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar