Tapi
banyak orang yang tidak tahu tentang kesalahan fatal dan kerusakkan
manhaj Ali Syubbana yang memuji salah seorang tokoh sesat nomor satu di
dunia yaitu DR. Yusuf Qardhaawi. Singkat kisahnya seperti ini, ada
seorang ikhwan (Abu Aisyah) yang menceritakan bahwa dirinya dan
keluarganya dulu pernah tinggal di Qatar dan dia ikut majelisnya Ali
Syubbana di sana. Suatu ketika, Ali Syubbana pernah ditanya tentang
Yusuf Qardhaawi, dengan pertanyaan, “Siapakah Yusuf Qardhaawi?” kata
seorang penanya yang ikut di majelisnya di Qatar. Lalu Ali Syubbana
menjawab, “Yusuf Qardhaawi termasuk ulama besar pada abad
ini, kalau ingin dengar khutbahnya di masjid sana (masjid yang
kesehariannya Yusuf Qardhaawi berada di sana -ed).” Lalu
ikhwan kita ini berkata ketika menceritakannya kepada saya, “Ana (saya)
mendengar sendiri dengan telinga ana bahwa Ali Syubbana menjawab seperti
itu.”
Atau pertanyaan salah seorang ikhwan
dari Jakarta yang baru saja mengenal ta’lim satu sampai dua tahun, yang
dia pernah bertanya kepada saya tentang radio rodja, lalu ana jelaskan
tentang pemateri di radio rodja sampai tentang Ali Syubbana yang memuji
Yusuf Qardhaawi lalu dia pun berkata: “Ia.., ana pernah
dengar di radio rodja Ali Syubbana menukilkan perkataan Yusuf Qardhaawi,
ana pun kaget, setahu ana Yusuf Qardhaawi itu sesat.”
Para pembaca budiman, siapa yang tak
kenal dengan DR. Yusuf Al Qardhaawi mungkin itu kalimat yang bisa
mewakili ketenaran tokoh sesat satu ini yang para ulama, masyaikh dan
para da’i ahlus sunnah telah memperingatkan ummat tentang kesesatannya
yang sangat fatal baik secara umum maupun secara khusus. Dan di
pertemuan singkat ini saya akan sebutkan di antara kesesatan DR. Yusuf
Al-Qardhaawi :
Kesesatan DR. Yusuf Al-Qardhaawi dalam masalah Aqidah
- Mempropagandakan penyatuan agama
- Mengingkari aqidah Ahlussunnah tentang Ru’yatullah (akan dilihatnya Allah) di akhirat kelak dan menetapkannya di atas aqidah sesat asy-sya’irah.
- Menyerukan untuk mencintai ahlu kitab (Yahudi dan Nasrani)
- Penyimpangan dalam aqidah wala’ wal bara’ (loyalitas kepada kaum muslimin dan berlepas diri dari orang-orang kafir)
- Menganggap permusuhan kita dengan Yahudi bukan karena permasalahan aqidah
- Mempropagandakan pendekatan antara sunni dan syi’ah
- Menolak sebagian hadits-hadits shahih dengan anggapan bertentangan dengan dhohir Al-Qur’an dan akal
- Membela demokrasi dan membenarkan berdirinya partai-partai
- Menghalalkan musik dan sandiwara baik bagi laki-laki atau muslimah
- Dan lain-lain
Kesesatan Yusuf Al-Qardhaawi dalam masalah ibadah
- Merayakan sebagian acara-acara bid’ah
Penyimpangan dalam masalah akhlaq
- Menonton film di televisi dan terang-terangan dia katakan tanpa rasa malu
- Mengidolakan artis dan terang-terangan dia katakan tanpa rasa malu
- Dan lain-lain
(Bagi yang ingin mengetahui
secara lebih terperinci tentang kesesatan Qardhaawi lengkap dengan
perkataannya yang menunjukkan hal yang telah saya sebutkan di atas
berserta bantahannya silakan lihat kitab “Iskaatul Kalb Al-‘Aawi Yusuf bin Abdullah al-Qardhaawi” Syaikh Muqbil dan kitab “Risalatun Akhowiyah, Limadza Taraktu da’watal Ikhwanil Muslimin wattaba’tu Al Manhaj As Salaf” Faishal Haasidy).
Inilah orang yang direkomendasi oleh Ali Syubbana sebagai ulama besar abad ini, naudzubillah.
Mengatakan atau merekomendasi DR. Yusuf
Al-Qardhaawi sebagai ulama abad ini bukan perkara yang ringan atau
sepele, bahkan hal ini perkara yang besar dikarenakan keburukkan yang
banyak yang terkadung dari rekomendasi atau pujian terhadap seorang
mub’tadi semisal DR. Yusuf Al-Qardhaawi, di antaranya saya sebutkan di
bawah ini :
1. Sebagaimana dalam penjelasan di
atas tentang kesesatan DR. Yusuf Al Qardhaawi maka mengatakan Yusuf
Qardhaawi sebagai ulama adalah bentuk menyamakan antara orang shalih
dengan orang yang tidak shalih, orang yang lurus dengan orang sesat,
ahlu haq dengan ahlu bathil, menyamakan yang bukan ulama sebagai ulama,
atau menyamakan ulama ahlus sunnah yang kita mengambil ilmu darinya
dengan ulama su’ (jahat) lagi sesat dan menyesatkan.
Dalam banyak ayat Allah Ta’aala
menjelaskan bahwasanya ahlu haq dan ahlu bathil tidaklah sama, orang
shalih dan orang fajir tidaklah sama di antaranya Allah Subhaanahu wata’ala berfirman :
أَفَنَجْعَلُ المُسْلِمِينَ كَالمُجْرِمِينَ
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?” (Qs. Al-Qalam :35)
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ
آنَاءَ الليْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُوا
رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ
لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الأَلْبَابِ
“(apakah kamu Hai orang musyrik
yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Rabbnya? Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs. Az-Zumar : 9)
أَمْ حَسِبَ
الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ
مَا يَحْكُمُونَ
“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti (sama dengan –ed) orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (Qs. Al-Jatsiyah : 21)
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالمُفْسِدِينَ فِي الأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ المُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ
“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma’siat?” (Qs. Shaad : 28)
أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لا يَسْتَوُونَ
“Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama.” (Qs. As-Sadjadah : 18)
Apa engkau wahai Ali Syubbana hendak
menyamakan Qardhaawi seorang yang jahat lagi sesat dan menyesatkan
dengan ulama ahlussunnah yang lurus aqidahnya yang membimbing ummat
kepada jalan keselamatan…?! Atau apakah engkau hendak menyamakan
seseorang yang tidak boleh ummat untuk mengambil ilmu darinya dengan
ulama ahlussunnah yang menjadi rujukan oleh ummat wahai Ali Syubbana…?!
2. Pujian dan rekomendasi Ali
Syubbana -semoga Allah memberi hidayah kepadanya- terhadap DR. Yusuf
Qardhaawi dengan mengatakan sebagai ulama, ini bentuk kesalahan yang
sangat fatal karena menjerumuskan ummat kepada kesesatan yang tidak ringan dan sekaligus bentuk pengkhianatan kepada ummat.
Ummat butuh bimbingan dan nasehat yang bermanfaat bagi agama dan
dunianya bukan malah menjerumuskan kepada apa-apa yang akan
menyengsarakan mereka di dunia dan di akhirat dengan disuruh meruju’
kepada Qardhaawi karena dianggap sebagai ulama sehingga boleh diambil
ilmunya dan dijadikan rujukan dan panutan. Padahal pada hakekatnya para
ulama dan masyaikh dari berbagai penjuru dunia telah memperingatkan akan
bahaya dan sesatnya DR. Yusuf Al Qardhaawi. Mari kita simak sedikit
penjelasan di bawah ini kenapa yang dilakukan oleh Ali Syubbana sebagai
bentuk mengkhianati ummat.
Di antara kesesatan yang sangat fatal
dari DR. Yusuf Al-Qardhaawi adalah mempropagandakan penyatuan agama
dalam perkataan-perkataannya, dalam tulisan-tulisannya seperti di dalam
kitab Al-Halaal wal-Haraam dan hadir juga di
dalam muktamar-muktamarnya. Adakah kesesatan yang lebih jelas dan besar
daripada ini (propaganda penyatuan agama). Pada kesempatan ini cukup
saya bawakan perkataan Lajnah da’imah (yang diketuai oleh syaikh Abdul
Aziz bin Baaz dan beranggotakan ulama kibar), yang pernah ditanya
tentang propaganda penyatuan agama, mereka menjawab :
إن الدعوة إلى (وحدة
الأديان) إن صدرت من مسلم فهي تعتبر ردة صريحة عن دين الإسلام؛ لأنها تصطدم
مع أصول الاعتقاد، فترضى بالكفر بالله عز وجل، وتبطل صدق القرآن ونسخه
لجميع ما قبله من الشرائع والأديان، وبناء على ذلك فهي فكرة مرفوضة شرعا،
محرمة قطعا بجميع أدلة التشريع في الإسلام من قرآن وسنة وإجماع
“…..Sesungguhnya propaganda
penyatuan agama jika dilakukan oleh seorang muslim, maka hal ini adalah
bentuk kemurtadan yang nyata dari agama Islam, karena hal ini
bertentangan dengan prinsip aqidah, propaganda tersebut bentuk meridhai
kekufuran kepada Allah Azza wa Jalla, membatalkan kebenaran Al-Qur’an
yang menghapus syari’at agama-agama sebelum Islam, dan berdasarkan
hal-hal di atas, maka pemikiran tersebut (penyatuan agama) tertolak
menurut syar’i dan pelanggaran yang pasti berdasarkan dari dalil-dalil
Al-Qur’an, As-Sunnah (hadits) dan Ijma.” (Fatawa Lajnah Da’imah : Juz 12 hal 281)
Dan di antara kesesatan Qardhaawi yang
lainnya yaitu mengucapkan selamat terhadap keberhasilan dalam pemilu di
Israel (kata Israel itu ucapan Qardhaawi-ed). Suatu ketika Yusuf Al
Qardhaawi berkata pada khutbah jum’at dengan tema masalah merokok, pada
khutbah yang kedua ia beralih berbicara tentang masalah pemilu, Yusuf
Al-Qardhaawi berkata :
أيها الإخوة قبل أن
أدع مقامي هذا أقول كلمة عن نتائج الانتخابات الإسرائيلية : العرب كانوا
معلقين كل آمالهم على نجاح (بيريز) وقد سقط (بيريز) وهذا مما نحمد
لإسرائيل, نتمني أن تكون بلادنا مثل هذه البلاد من أجل مجموعة قليلة يسقط
واحد والشعب هو الذي يحكم , ليس هناك التسعات الأربع أو التسعات الخمس
النسب التي تعرفها في بلادنا 99,99% , ما هذا؟ إنها الكذب , والغش والخداع ,
لو أن الله عرض نفسه على الناس ما أخذ هذه النسبة!! نحيي إسرائيل على ما
فعلت!
“Wahai saudara-suadaraku sekalian,
sebelum saya meninggalkan tempat ini, saya ingin menyampaikan suatu
kalimat tentang pemilu (pemilihan umum) Israel. Dulu orang-orang Arab
menaruh harapan kepada kesuksesan (Perej) dan sekarang ia telah jatuh
(lengser), inilah yang kita puji dari Israel. Kita berharap negeri kami
seperti negeri Israel, yaitu di mana sekelompok kecil bisa menjadi
sebab seorang penguasa menjadi jatuh (lengser) dan rakyatlah yang
menentukan hukum, tanpa ada di sana hitung-hitungan sebagaimana
perhitungan yang kalian ketahui di negeri kami prosentase 99,99 %, apa
ini?!. Sesungguhnya ini semua adalah kedustaan dan tipu daya. Seandainya Allah menampakkan diri kepada manusia, maka Dia tidak akan mampu memperoleh prosentase sebesar ini. Kami ucapkan selamat bagi Israel atas apa yang telah diperbuatnya.” (Dari
rekaman kaset yang berjudul tentang masalah rokok, dan telah disebarkan
perkataan ini dalam majalah harian al-wathan Al-Kuwatiyah (kuwait)
edisi 7072, dinukil dari Risalah Akhowiyah, Faishal Haasidy : 50)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin pernah ditanya tentang perkataan Yusuf Al-Qardhaawi ini, beliau menjawab :
نعوذ بالله , هذا يجب
عليه أن يتوب , وإلا فهو مرتد, لأنه جعل المخلوق أعلى من الخالق , فعليه
أن يتوب إلى الله فإن تاب فالله يقبل عنه ذلك وإلا وجب على حكام المسلمين
أن يضربوا عنقه.
“Na’uzdubillah (kami berlindung
kepada Allah), wajib baginya untuk bertaubat, jika tidak maka dia telah
murtad karena menjadikan makhluk lebih tinggi dari Khaliq (Pencipta,
yaitu Allah -ed). Wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah, jika dia
mau bertaubat maka Allah akan menerimanya jika tidak maka wajib bagi
hukam (pemerintah) kaum muslimin untuk memenggal lehernya.” (Dari
rekaman kaset suara Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, dinukil
dari kitab Risalatun Akhowiyah, Limadza Taraktu da’watal Ikhwanil
Muslimin wattaba’tu Al Manhaj As Salaf : 50)
Cukup sedikit saya nukilkan dari
penjelasan para ulama tentang kesesatan DR. Yusuf Al-Qardhaawi karena
saya khawatir akan menjadi panjang risalah ini kalau saya nukilkan lebih
banyak lagi, semoga dari yang sedikit ini kita bisa menilai siapa Yusuf
Al-Qardhaawi, belum lagi kesesatan-kesesatan yang lainnya yang telah
saya singgung di atas lalu kita tanyakan kepada Ali Syubbana, apakah
dengan kondisi Qardhaawi yang seperti ini sebuah nasehat atau arahan
yang baik kepada ummat ketika engkau merekomendasinya, mengatakan dia
termasuk ulama besar abad ini atau bentuk pengkhianatan kepada ummat
wahai Ali Syubbana..?!
Kita semua tahu Insya Allah bahwa orang
yang bertanya kepadamu, duduk di majelismu mereka semua butuh nasehat
dan wejangan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka. Apakah ummat
akan mendapatkan manfaat kalau meruju’ kepada Qardhaawi? Atau malah
sebaliknya akan mendapatkan kesengsaraan akibat mereka meruju’
kepadanya, atau akibat engkau menukilkan perkataannya ketika mengisi di
radio rodja..?! Kasihan ummat kalau sampai mengaggap kesesatan
Al-Qardhaawi adalah perkara yang ringan…!! Apakah menolak hadits shahih
perkara yang ringan…?! Atau apakah orang yang menghalalkan musik,
sandiwara baik laki-laki dan wanita perkara yang ringan…?! Atau apakah
mengajak untuk memberontak kepada pemerintah kaum muslimin perkara yang
ringan…? Atau apakah seseorang yang mengajak kepada kekufuran akbar
(besar) dengan propaganda penyatuan agama adalah perkara yang ringan…?!
Lalu bagaimana jika ada di antara mereka yang benar-benar menjadikan
Yusuf Al-Qardhaawi sebagai rujukan dan mereka menyakini seperti apa yang
diyakini oleh Yusuf Al-Qardhaawi…!! Cukup sudah saya tidak kuat
melanjutkannya, betapa fatalnya sebuah rekomendasi kepada ahlu bid’ah
apalagi sekaliber Yusuf Al-Qardhaawi. Wallahu musta’an.
Wahai Ali Syubbana -semoga Allah memberi
hidayah kepadamu- perhatikanlah saya bawakan sebuah kisah dimana ummat
terkena dampak yang jelek bahkan membinasakan bagi dunia dan akhiratnya
ketika seorang alim diam dari berbicara menjelaskan keadaan ahlu bid’ah,
apalagi sampai memuji dan merekomendasinya (ahlu bid’ah)…?! Jelas lebih
berbahaya dan fatal.
Syaikh Jamal bin Furaihan Al-Haritsi Hafidzahullah membuat sebuah pembahasan di salah satu kitabnya yang berjudul Lammur Ad-Durril Mantsuur min Aqwalil Ma’tsur : Bab yang ke 19
النتائج الوخيمة المترتبة على الثناء أهل البدع وتعظيهم
“ Pengaruh buruk akibat memuji ahlu bid’ah dan mengagungkan mereka.”
Kemudian beliau (Syaikh Jamal Furaihan) membawakan sebuah kisah tentang hal itu:
قال أبو الوليد
الباجي في كتابه (اختصار فرق الفقهاء) عند ذكر أبي بكر الباقلاني: لقد
أخبرني أبو ذر وكان يميل إلى مذهبه الأشعري- فسألته: من أين لك هذا؟ قال:
كنت ماشيًا مع أبي الحسن الدارقطني, فلقينا القاضي أبا بكر بن الطيب
القاضي, فالتزمه الدارقطني وقبَّل وجهه وعينيه, فلما افترقا قلت: من هذا؟
قال: هذا إمام المسلمين والذابّ عن الدين, القاضي أبو بكر بن الطيب. قال
أبو ذر فمن ذلك الوقت تكررت إليه مع أبي, فاقتديت بمذهبه
Berkata Abu Walid Al-Baajiy dalam
kitabnya (Ikhtishar Firaqil Fuqaha) ketika menyebutkan keadaan Abu Bakr
Al-Bakillany mengatakan : “Sungguh telah menceritakan kepadaku Abu
Dzar Al-Harawi bahwa ia condong kepada madzhab Al Asy’ari (firqah sesat
–ed).” Maka saya bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan madzhab ini?” Ia
berkata : “Saya pernah berjalan bersama Abu Al Hasan Ad-Daruquthni (Imam
Daruqutniy –ed) dan kami bertemu dengan Abu Bakr bin Ath Thayyib
Al-Qadhi, lalu Ad-Daruquthni memeluknya dan mencium wajah dan kedua
matanya, maka setelah kami berpisah dengannya, maka saya bertanya
kepadanya (Imam Daruquthni -ed) siapa laki-laki tadi..?” Ia (Imam
Daruquthi) menjawab : “Imamnya kaum muslimin, pembela Islam, yaitu
Al-Qadhi Abu Bakr bin At Thayyib.” Abu Dzar berkata : “Sejak saat itu
saya berulang-ulang mendatanginya bersama ayahku dan akhirnya kami
mengikuti madzhabnya.” (At-Tadzkirah : 3/1104-1105 dan As Syiar : 17/558-559)
Saya berkata (Syaikh Jamal bin Furaihan Al-Haritsi Hafidzahullah -ed) :
وجه الدلالة واضح جدا, إن السكوت عن أهل البدع, وعدم بيان بدعتهم, يغرّر بالآخرين الجاهلين عنها, فيقعون فيها.
“Sisi pendalilan yang sangat jelas
(dari kisah di atas –ed). Karena jika seorang ‘alim diam dalam
permasalahan ahlu bid’ah dan tidak menjelaskan kebid’ahan mereka maka ia
akan membahayakan orang lain yang jahil (bodoh -ed) hingga akhirnya
mereka dapat terjatuh dalam kebid’ahan pula.”
والأشد والأمرّ من ذلك إذا جاء الثناء على أهل البدع ممن يتسم فيه الصلاح والتقوى
“Dan yang lebih berbahaya serta lebih pahit lagi dari diamnya itu adalah apabila keluar ucapan-ucapan pujian terhadap ahlu bid’ah yang mungkin (pada dirinya) tampak keshalihan dan ketaqwaan.” (Dinukil dari kitab Lammur Ad-Durril Mantsuur min Aqwalil Ma’tsur : 61, Cet. Darus Salaf)
Lihatlah wahai Ali Subana
bagaimana seseorang yang awalnya seorang Ahlu Sunnah, seorang yang
beradab kepada Rabbnya menjadi seorang yang lancang dan jelek adabnya
kepada Allah dengan menolak sebagian sifat-sifat Allah (Asy-Sya’irah)
karena diamnya seseorang alim terhadap ahlu bid’ah atau bahkan memuji
dan merekomendasinya. Adakah yang mau mengambil pelajaran
setelah ini…?! Atau adakah setelah ini yang menganggap merekomendasi
ahlu bid’ah sebuah perkara yang ringan atau sepele…?!
3. Apa yang dilakukan oleh Ali
Syubbana dengan merekomendasi Yusuf Al-Qardhaawi dengan mengatakan
sebagai ulama abad ini mengandung konsekuensi membantah, meremehkan dan
mengecilkan kesungguhan para ulama dalam menjelaskan kesesatan ahlu
bid’ah kepada ummat, di antaranya kesesatan DR. Yusuf Al Qardhaawi. Para
ulama semisal Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin, Syaikh Al Al-Bani, Syaikh Rabi’, Syaikh Shalih Al-Fauzan,
Syaikh Muqbil, Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, Syaikh Ubaid Al Jabiri,
Syaikh Muhammad Hadi dan yang selain mereka yang telah
bersungguh-sungguh dalam menjelaskan kepada ummat tentang kesesatan ahlu
bid’ah di antaranya DR. Yusuf Al-Qardhaawi.
4. Konsekuensi dari perkataan Ali
Syubbana dengan merekomendasi Yusuf Qardhaawi sama dengan menyuruh ummat
belajar kepada ahlu bid’ah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إنّ من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر
“Sesungguhnya sebagian dari tanda-tanda hari kiamat ialah dicarinya ilmu dari para ahli bid’ah.” (HR. Ibnu Mubarak, ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di silsilah ash-Shahiihah no. 695)
Berkata Abu Qilabah Rahimahullah :
لا تجالسوا أهل الأهواء ، ولا تجادلوهم ، فإني لا آمن أن يغمسوكم في الضلالة ، أو يلبسوا عليكم في الدين بعض ما لبس عليهم
“Janganlah kalian duduk bersama ahlu
ahwa’ (ahlu bid’ah –ed) dan janganlah mendebat mereka dikarenakan
sesungguhnya aku tidak merasa aman mereka menjerumuskan kesesatan
kepada kalian atau menyamarkan (merancukan –ed) kepada kalian perkara
agama, sebagian perkara agama yang mereka samarkan.” (Asyari’ah Al-Ajuri : 56 – Al Ibnah Ibnu Bathah : 2/437)
قال إسماعيل بن خارجة يحدث قال :
دخل رجلان على محمد بن سيرين من أهل الأهواء ، فقالا : يا أبا بكر نحدثك
بحديث ؟ قال : لا قالا : فنقرأ عليك آية من كتاب الله عز وجل ؟ قال : لا ،
لتقومن عني أو لأقومن
Ismail bin Khorijah menceritakan,
beliau berkata : “Dua orang dari ahlu ahwa’ (ahlu bid’ah) masuk menemui
Muhammad bin Siriin mereka berdua berkata : “Wahai Abu Bakar, kami akan
menyampaikan satu hadits kepadamu? Berkata (Ibnu Siriin) : “Tidak.”
Berkata lagi dua orang tersebut : “Kami akan membacakan satu ayat
kepadamu dari Kitabullah (al-Qur’an) Azza wa Jalla? Berkata (Ibnu
Siriin) : “Tidak. Kalian pergi dariku atau aku yang pergi.” (Asyari’ah Al-Ajuri : 57 – Al Ibanah Ibnu Bathah : 2/446)
Berkata Al-Imam Al Barbahari :
فاحذر ثم احذر أهل زمانك خاصة وانظر من تجالس وممن تسمع ومن تصحب فإن الخلق كأنهم في ردة إلا من عصم الله منهم
“Berhati-hatilah dan berhati-hatilah
kepada orang-orang yang hidup sezaman denganmu secara khusus, dan
lihatlah siapa teman dudukmu, dan dari siapa engkau mendengar dan dengan
siap engkau berteman, dikarenakan manusia hampir saja menjadi murtad
dari agamanya karena sebab teman bergaulnya kecuali orang yang Allah
jaga.” (Syarh Sunnah Lilbarbahari, bersama Syarhnya Syaikh Shalih al-Fauzan : 345, Daarul ad-Dhiyaa’)
Berkata Asy-Syaikh Al Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi Rahimahullah tentang perkataan Imam Barbahari di atas :
في هذا تحذير لطالب العلم, وأنه لا ينبغي أن يجالس و لا يصاحب و لا يسمع إلا ممّن يثق بعلمه و عقيدته
“Pada kalimat ini terdapat
peringatan untuk penuntut ilmu, bahwasanya tidak sepantasnya untuk
duduk, dan tidak sepantasnya untuk berteman, dan tidak sepantasnya untuk
mendengar kecuali kepada orang yang terpercaya ilmu dan aqidahnya.” (Irsyaadu Saarii fi Syarhis Sunnah Lil Barbahaari, Syaikh Ahmad An-Najmi : 241, Darut Tauhid, Daarul Minhaaj)
Banyak konsekuensi buruk dan jelek dari
rekomendasi Ali Syubbana (Abu Unais) salah satu pengisi radio rodja
terhadap DR. Yusuf Al Qardhaawi, saya hanya menyebutkan sebagiannya saja
semoga menjadi peringatan bagi kita semua. Dan semoga Allah memberi
hidayah kepada kita semua kepada apa-apa yang Allah ridhai dan cintai.
Ditulis oleh Abu Ibrahim Abdullah bin Mudakir
info: http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2012/02/08/untukmu-yang-menganggap-ringan-rekomendasi-ali-syubbana-terhadap-yusuf-qardhaawi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar