Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Minggu, 12 Februari 2012

Untukmu Yang Menganggap Ringan Rekomendasi Ali Syubbana Terhadap Yusuf Qardhaawi

Siapa yang tak kenal dengan Abu Unais Ali Syubbana, mungkin kalimat ini tidak terlalu berlebihan untuk mengungkapkan ketenaran salah satu pengisi rutin radio rodja ini. Walau terhitung pendatang baru di dunia da’i-da’i yang terlibat atau satu link dengan da’i-da’i yang terlibat dengan ihyaut  turats atau yayasan hizbi yang lainnya di Indonesia, Ali Syubbana cukup terkenal bagi orang Jakarta khususnya dan bagi yang lain pada umumnya. Salah satu penuntut ilmu dan da’i senior bagi orang-orang Indonesia yang belajar di Qatar, inilah tentang Ali Syubbana (Abu Unais) secara singkat.
Tapi banyak orang yang tidak tahu tentang kesalahan fatal dan kerusakkan manhaj Ali Syubbana yang memuji salah seorang tokoh sesat nomor satu di dunia yaitu DR. Yusuf Qardhaawi. Singkat kisahnya seperti ini, ada seorang ikhwan (Abu Aisyah) yang menceritakan bahwa dirinya dan keluarganya dulu pernah tinggal di Qatar dan dia ikut majelisnya Ali Syubbana di sana. Suatu ketika, Ali Syubbana pernah ditanya tentang  Yusuf Qardhaawi, dengan pertanyaan, “Siapakah Yusuf Qardhaawi?” kata seorang penanya yang ikut di majelisnya di Qatar. Lalu Ali Syubbana menjawab, “Yusuf Qardhaawi termasuk ulama besar pada abad ini, kalau ingin dengar khutbahnya di masjid sana (masjid yang kesehariannya Yusuf Qardhaawi berada di sana -ed). Lalu ikhwan kita ini berkata ketika menceritakannya kepada saya, “Ana (saya) mendengar sendiri dengan telinga ana bahwa Ali Syubbana menjawab seperti itu.”
Atau pertanyaan salah seorang ikhwan dari Jakarta yang baru saja mengenal ta’lim satu sampai dua tahun, yang dia pernah bertanya kepada saya tentang radio rodja, lalu ana jelaskan tentang pemateri di radio rodja sampai tentang Ali Syubbana yang memuji Yusuf Qardhaawi lalu dia pun berkata: “Ia.., ana pernah dengar di radio rodja Ali Syubbana menukilkan perkataan Yusuf Qardhaawi, ana pun kaget, setahu ana Yusuf Qardhaawi itu sesat.”  
Para pembaca budiman, siapa yang tak kenal dengan DR. Yusuf Al Qardhaawi mungkin itu kalimat yang bisa mewakili ketenaran tokoh sesat satu ini yang para ulama, masyaikh dan para da’i ahlus sunnah telah memperingatkan ummat tentang kesesatannya yang sangat fatal baik secara umum maupun secara khusus. Dan di pertemuan singkat ini saya akan sebutkan di antara kesesatan DR. Yusuf Al-Qardhaawi :
Kesesatan DR. Yusuf Al-Qardhaawi dalam masalah Aqidah
  • Mempropagandakan penyatuan agama
  • Mengingkari aqidah Ahlussunnah tentang Ru’yatullah (akan dilihatnya Allah)  di akhirat kelak dan menetapkannya  di atas aqidah sesat asy-sya’irah.
  • Menyerukan untuk mencintai ahlu kitab (Yahudi dan Nasrani)
  • Penyimpangan dalam aqidah wala’ wal bara’ (loyalitas kepada kaum muslimin dan berlepas diri dari orang-orang kafir)
  • Menganggap permusuhan kita dengan Yahudi bukan karena permasalahan aqidah
  • Mempropagandakan pendekatan antara sunni dan syi’ah
  • Menolak sebagian hadits-hadits shahih dengan anggapan bertentangan dengan dhohir Al-Qur’an dan akal
  • Membela demokrasi dan membenarkan berdirinya partai-partai
  • Menghalalkan musik dan sandiwara baik bagi laki-laki atau muslimah
  • Dan lain-lain
Kesesatan Yusuf Al-Qardhaawi dalam masalah ibadah
  • Merayakan sebagian acara-acara bid’ah
Penyimpangan dalam masalah akhlaq
  • Menonton film di televisi dan terang-terangan dia katakan tanpa rasa malu
  • Mengidolakan artis dan terang-terangan dia katakan tanpa rasa malu
  • Dan lain-lain
(Bagi yang ingin mengetahui secara lebih terperinci tentang kesesatan Qardhaawi lengkap dengan perkataannya yang menunjukkan hal yang telah saya sebutkan di atas berserta bantahannya silakan lihat kitab “Iskaatul Kalb Al-‘Aawi Yusuf bin Abdullah al-Qardhaawi” Syaikh Muqbil dan kitab “Risalatun Akhowiyah, Limadza Taraktu da’watal Ikhwanil Muslimin wattaba’tu Al Manhaj As Salaf” Faishal Haasidy).
Inilah orang yang direkomendasi oleh Ali Syubbana sebagai ulama besar abad ini, naudzubillah.
Mengatakan atau merekomendasi DR. Yusuf Al-Qardhaawi sebagai ulama abad ini bukan perkara yang ringan atau sepele, bahkan hal ini perkara yang besar dikarenakan keburukkan yang banyak yang terkadung dari rekomendasi atau pujian terhadap seorang mub’tadi semisal DR. Yusuf Al-Qardhaawi, di antaranya saya sebutkan di bawah ini :
1.      Sebagaimana dalam penjelasan di atas tentang kesesatan DR. Yusuf Al Qardhaawi maka mengatakan Yusuf Qardhaawi sebagai ulama adalah bentuk menyamakan antara orang shalih dengan orang yang tidak shalih, orang yang lurus dengan orang sesat, ahlu haq dengan ahlu bathil, menyamakan yang bukan ulama sebagai ulama, atau menyamakan ulama ahlus sunnah yang kita mengambil ilmu darinya dengan ulama su’ (jahat) lagi sesat dan menyesatkan.
Dalam banyak ayat Allah Ta’aala menjelaskan bahwasanya ahlu haq dan ahlu bathil tidaklah sama, orang shalih dan orang fajir tidaklah sama di antaranya  Allah Subhaanahu wata’ala berfirman :
أَفَنَجْعَلُ المُسْلِمِينَ كَالمُجْرِمِينَ
 “Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? (Qs. Al-Qalam :35)
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ الليْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الأَلْبَابِ
 “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya? Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Qs. Az-Zumar : 9)
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti (sama dengan –ed) orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (Qs. Al-Jatsiyah : 21)
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالمُفْسِدِينَ فِي الأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ المُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ
 “Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma’siat? (Qs. Shaad : 28)
أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لا يَسْتَوُونَ
 “Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama.(Qs. As-Sadjadah : 18)
Apa engkau wahai Ali Syubbana hendak menyamakan Qardhaawi seorang yang jahat lagi sesat dan menyesatkan dengan ulama ahlussunnah yang lurus aqidahnya yang membimbing ummat kepada jalan keselamatan…?! Atau apakah engkau hendak menyamakan seseorang yang tidak boleh ummat untuk mengambil ilmu darinya dengan ulama ahlussunnah yang menjadi rujukan oleh ummat wahai Ali Syubbana…?!
2.      Pujian dan rekomendasi Ali Syubbana -semoga Allah memberi hidayah kepadanya-  terhadap DR. Yusuf Qardhaawi dengan mengatakan sebagai ulama, ini bentuk kesalahan yang sangat fatal karena menjerumuskan ummat kepada kesesatan yang tidak ringan dan sekaligus bentuk pengkhianatan kepada ummat. Ummat butuh bimbingan dan nasehat yang bermanfaat bagi agama dan dunianya bukan malah menjerumuskan kepada apa-apa yang akan menyengsarakan mereka di dunia dan di akhirat dengan disuruh meruju’ kepada Qardhaawi karena dianggap sebagai ulama sehingga boleh diambil ilmunya dan dijadikan rujukan dan panutan. Padahal pada hakekatnya para ulama dan masyaikh dari berbagai penjuru dunia telah memperingatkan akan bahaya dan sesatnya DR. Yusuf Al Qardhaawi. Mari kita simak sedikit penjelasan di bawah ini kenapa yang dilakukan oleh Ali Syubbana sebagai bentuk mengkhianati ummat.
Di antara kesesatan yang sangat fatal dari DR. Yusuf Al-Qardhaawi adalah mempropagandakan penyatuan agama dalam perkataan-perkataannya, dalam tulisan-tulisannya seperti di dalam kitab Al-Halaal wal-Haraam dan hadir juga di dalam muktamar-muktamarnya. Adakah kesesatan yang lebih jelas dan besar daripada ini (propaganda penyatuan agama). Pada kesempatan ini cukup saya bawakan perkataan Lajnah da’imah (yang diketuai oleh syaikh Abdul Aziz bin Baaz dan beranggotakan ulama kibar), yang pernah ditanya tentang propaganda penyatuan agama, mereka menjawab :
إن الدعوة إلى (وحدة الأديان) إن صدرت من مسلم فهي تعتبر ردة صريحة عن دين الإسلام؛ لأنها تصطدم مع أصول الاعتقاد، فترضى بالكفر بالله عز وجل، وتبطل صدق القرآن ونسخه لجميع ما قبله من الشرائع والأديان، وبناء على ذلك فهي فكرة مرفوضة شرعا، محرمة قطعا بجميع أدلة التشريع في الإسلام من قرآن وسنة وإجماع
“…..Sesungguhnya propaganda penyatuan agama jika dilakukan oleh seorang muslim, maka hal ini adalah bentuk  kemurtadan yang nyata dari agama Islam, karena hal ini bertentangan dengan prinsip aqidah, propaganda tersebut bentuk meridhai kekufuran kepada Allah Azza wa Jalla, membatalkan kebenaran Al-Qur’an yang menghapus syari’at agama-agama sebelum Islam, dan berdasarkan hal-hal di atas,  maka pemikiran tersebut (penyatuan agama) tertolak menurut syar’i dan pelanggaran yang pasti berdasarkan dari dalil-dalil Al-Qur’an, As-Sunnah (hadits) dan Ijma.” (Fatawa Lajnah Da’imah : Juz 12 hal 281)
Dan di antara kesesatan Qardhaawi yang lainnya yaitu mengucapkan selamat terhadap keberhasilan dalam pemilu di Israel (kata Israel itu ucapan Qardhaawi-ed). Suatu ketika Yusuf Al Qardhaawi berkata pada khutbah jum’at dengan tema masalah merokok, pada khutbah yang kedua ia beralih berbicara tentang masalah pemilu, Yusuf Al-Qardhaawi berkata :
أيها الإخوة قبل أن أدع مقامي هذا أقول كلمة عن نتائج الانتخابات الإسرائيلية : العرب كانوا معلقين كل آمالهم على نجاح (بيريز) وقد سقط (بيريز) وهذا مما نحمد لإسرائيل, نتمني أن تكون بلادنا مثل هذه البلاد من أجل مجموعة قليلة يسقط واحد والشعب هو الذي يحكم , ليس هناك التسعات الأربع أو التسعات الخمس النسب التي تعرفها في بلادنا 99,99% , ما هذا؟ إنها الكذب , والغش والخداع , لو أن الله عرض نفسه على الناس ما أخذ هذه النسبة!! نحيي إسرائيل على ما فعلت!
“Wahai saudara-suadaraku sekalian, sebelum saya meninggalkan tempat ini, saya ingin menyampaikan suatu kalimat tentang pemilu (pemilihan umum)  Israel.  Dulu orang-orang Arab menaruh harapan kepada kesuksesan (Perej) dan sekarang ia telah jatuh (lengser), inilah yang kita puji dari Israel. Kita berharap negeri kami seperti negeri Israel, yaitu di mana sekelompok kecil bisa  menjadi sebab seorang penguasa menjadi jatuh (lengser) dan rakyatlah yang menentukan hukum, tanpa ada di sana hitung-hitungan sebagaimana perhitungan yang kalian ketahui di negeri kami prosentase 99,99 %, apa ini?!. Sesungguhnya ini semua adalah kedustaan dan tipu daya. Seandainya Allah menampakkan diri kepada manusia, maka Dia tidak akan mampu memperoleh prosentase sebesar ini. Kami ucapkan selamat bagi Israel atas apa yang telah diperbuatnya.” (Dari rekaman kaset yang berjudul tentang masalah rokok, dan telah disebarkan perkataan ini dalam majalah harian al-wathan Al-Kuwatiyah (kuwait) edisi 7072, dinukil dari Risalah Akhowiyah, Faishal Haasidy : 50)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin pernah ditanya tentang perkataan Yusuf Al-Qardhaawi ini, beliau menjawab :
نعوذ بالله , هذا يجب عليه أن يتوب , وإلا فهو مرتد, لأنه جعل المخلوق أعلى من الخالق , فعليه أن يتوب إلى الله فإن تاب فالله يقبل عنه ذلك وإلا وجب على حكام المسلمين أن يضربوا عنقه.
“Na’uzdubillah (kami berlindung kepada Allah), wajib baginya untuk bertaubat, jika tidak maka dia telah murtad karena menjadikan makhluk lebih tinggi dari Khaliq (Pencipta, yaitu Allah -ed). Wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah, jika dia mau bertaubat maka Allah akan menerimanya jika tidak maka wajib bagi hukam (pemerintah) kaum muslimin untuk memenggal lehernya.” (Dari rekaman kaset suara Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, dinukil dari kitab Risalatun Akhowiyah, Limadza Taraktu da’watal Ikhwanil Muslimin wattaba’tu Al Manhaj As Salaf : 50)
Cukup sedikit saya nukilkan dari penjelasan para ulama tentang kesesatan DR. Yusuf Al-Qardhaawi karena saya khawatir akan menjadi panjang risalah ini kalau saya nukilkan lebih banyak lagi, semoga dari yang sedikit ini kita bisa menilai siapa Yusuf Al-Qardhaawi, belum lagi kesesatan-kesesatan yang lainnya yang telah saya singgung di atas lalu kita tanyakan kepada Ali Syubbana, apakah dengan kondisi  Qardhaawi yang seperti ini sebuah nasehat atau arahan yang baik kepada ummat ketika engkau merekomendasinya, mengatakan dia termasuk ulama besar abad ini atau bentuk pengkhianatan kepada ummat wahai Ali Syubbana..?!
Kita semua tahu Insya Allah bahwa orang yang bertanya kepadamu, duduk di majelismu mereka semua butuh nasehat dan wejangan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka. Apakah ummat akan mendapatkan manfaat kalau meruju’ kepada Qardhaawi? Atau malah sebaliknya akan mendapatkan kesengsaraan akibat mereka meruju’ kepadanya, atau akibat engkau menukilkan perkataannya ketika mengisi di radio rodja..?! Kasihan ummat kalau sampai mengaggap kesesatan Al-Qardhaawi adalah perkara yang ringan…!! Apakah menolak hadits shahih perkara yang ringan…?! Atau apakah orang yang menghalalkan musik, sandiwara baik laki-laki dan wanita perkara yang ringan…?! Atau apakah mengajak untuk memberontak kepada pemerintah kaum muslimin perkara yang ringan…? Atau apakah seseorang yang mengajak kepada kekufuran akbar (besar) dengan propaganda penyatuan agama adalah perkara yang ringan…?! Lalu bagaimana jika ada di antara mereka yang benar-benar menjadikan Yusuf Al-Qardhaawi sebagai rujukan dan mereka menyakini seperti apa yang diyakini oleh Yusuf Al-Qardhaawi…!! Cukup sudah saya tidak kuat melanjutkannya, betapa fatalnya sebuah rekomendasi kepada ahlu bid’ah apalagi sekaliber Yusuf Al-Qardhaawi. Wallahu musta’an.
Wahai Ali Syubbana -semoga Allah memberi hidayah kepadamu- perhatikanlah saya bawakan sebuah kisah dimana ummat terkena dampak yang jelek bahkan membinasakan bagi dunia dan akhiratnya ketika seorang alim diam dari berbicara menjelaskan keadaan ahlu bid’ah, apalagi sampai memuji dan merekomendasinya (ahlu bid’ah)…?! Jelas lebih berbahaya dan fatal.
Syaikh Jamal bin Furaihan Al-Haritsi Hafidzahullah membuat sebuah pembahasan di salah satu kitabnya yang berjudul Lammur Ad-Durril Mantsuur min Aqwalil Ma’tsur :  Bab yang ke 19
النتائج الوخيمة المترتبة على الثناء أهل البدع وتعظيهم
“ Pengaruh buruk akibat memuji ahlu bid’ah dan mengagungkan mereka.”
Kemudian beliau (Syaikh Jamal Furaihan) membawakan sebuah kisah tentang hal itu:
قال أبو الوليد الباجي في كتابه (اختصار فرق الفقهاء) عند ذكر أبي بكر الباقلاني: لقد أخبرني أبو ذر وكان يميل إلى مذهبه الأشعري- فسألته: من أين لك هذا؟ قال: كنت ماشيًا مع أبي الحسن الدارقطني, فلقينا القاضي أبا بكر بن الطيب القاضي, فالتزمه الدارقطني وقبَّل وجهه وعينيه, فلما افترقا قلت: من هذا؟ قال: هذا إمام المسلمين والذابّ عن الدين, القاضي أبو بكر بن الطيب. قال أبو ذر فمن ذلك الوقت تكررت إليه مع أبي, فاقتديت بمذهبه
Berkata Abu Walid Al-Baajiy dalam kitabnya (Ikhtishar Firaqil Fuqaha) ketika menyebutkan keadaan Abu Bakr Al-Bakillany mengatakan : “Sungguh telah menceritakan kepadaku Abu Dzar Al-Harawi bahwa ia condong kepada madzhab Al Asy’ari (firqah sesat –ed).” Maka saya bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan madzhab ini?” Ia berkata : “Saya pernah berjalan bersama Abu Al Hasan Ad-Daruquthni (Imam Daruqutniy –ed) dan kami bertemu dengan Abu Bakr bin Ath Thayyib Al-Qadhi, lalu Ad-Daruquthni memeluknya dan mencium wajah dan kedua matanya, maka setelah kami berpisah dengannya, maka saya bertanya kepadanya (Imam Daruquthni -ed) siapa laki-laki tadi..?” Ia (Imam Daruquthi) menjawab : “Imamnya kaum muslimin, pembela Islam, yaitu Al-Qadhi Abu Bakr bin At Thayyib.” Abu Dzar berkata : “Sejak saat itu saya berulang-ulang mendatanginya bersama ayahku dan akhirnya kami mengikuti madzhabnya.” (At-Tadzkirah : 3/1104-1105 dan As Syiar : 17/558-559)
Saya berkata (Syaikh Jamal bin Furaihan Al-Haritsi Hafidzahullah -ed) :
وجه الدلالة واضح جدا, إن السكوت عن أهل البدع, وعدم بيان بدعتهم, يغرّر بالآخرين الجاهلين عنها, فيقعون فيها.
“Sisi  pendalilan yang sangat jelas (dari kisah di atas –ed). Karena jika seorang ‘alim diam dalam permasalahan ahlu bid’ah dan tidak menjelaskan kebid’ahan mereka maka ia akan membahayakan orang lain yang jahil (bodoh -ed) hingga akhirnya mereka dapat terjatuh dalam kebid’ahan pula.”
والأشد والأمرّ من ذلك إذا جاء الثناء على أهل البدع ممن يتسم فيه الصلاح والتقوى
“Dan yang lebih berbahaya serta lebih pahit lagi dari diamnya itu adalah apabila keluar ucapan-ucapan pujian terhadap ahlu bid’ah yang mungkin (pada dirinya) tampak keshalihan dan ketaqwaan.” (Dinukil dari kitab Lammur Ad-Durril Mantsuur min Aqwalil Ma’tsur :  61, Cet. Darus Salaf)
Lihatlah wahai Ali Subana bagaimana seseorang yang awalnya seorang Ahlu Sunnah, seorang yang beradab kepada Rabbnya menjadi seorang yang lancang dan jelek adabnya kepada Allah dengan menolak sebagian sifat-sifat Allah (Asy-Sya’irah) karena diamnya seseorang alim terhadap ahlu bid’ah atau bahkan memuji dan merekomendasinya. Adakah yang mau mengambil pelajaran setelah ini…?! Atau adakah setelah ini yang menganggap merekomendasi ahlu bid’ah sebuah perkara yang ringan atau sepele…?!
3.      Apa yang dilakukan oleh Ali Syubbana dengan merekomendasi Yusuf Al-Qardhaawi dengan mengatakan sebagai ulama abad ini mengandung konsekuensi membantah, meremehkan dan mengecilkan kesungguhan para ulama dalam menjelaskan kesesatan ahlu bid’ah kepada ummat, di antaranya kesesatan DR. Yusuf Al Qardhaawi. Para ulama semisal Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syaikh Al Al-Bani, Syaikh Rabi’, Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Muqbil, Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, Syaikh Ubaid Al Jabiri, Syaikh Muhammad Hadi dan yang selain mereka yang telah bersungguh-sungguh dalam menjelaskan kepada ummat tentang kesesatan ahlu bid’ah di antaranya DR. Yusuf Al-Qardhaawi.
4.      Konsekuensi dari perkataan Ali Syubbana dengan merekomendasi Yusuf Qardhaawi sama dengan menyuruh ummat belajar kepada ahlu bid’ah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إنّ من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر
“Sesungguhnya sebagian dari tanda-tanda hari kiamat ialah dicarinya ilmu dari para ahli bid’ah.” (HR. Ibnu Mubarak, ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di silsilah ash-Shahiihah no. 695)
Berkata Abu Qilabah Rahimahullah :
لا تجالسوا أهل الأهواء ، ولا تجادلوهم ، فإني لا آمن أن يغمسوكم في الضلالة ، أو يلبسوا عليكم في الدين بعض ما لبس عليهم
“Janganlah kalian duduk bersama ahlu ahwa’ (ahlu bid’ah –ed) dan janganlah mendebat mereka dikarenakan sesungguhnya aku  tidak merasa aman mereka menjerumuskan  kesesatan kepada kalian  atau menyamarkan (merancukan –ed) kepada kalian perkara agama, sebagian perkara agama yang mereka samarkan.” (Asyari’ah Al-Ajuri : 56 – Al Ibnah Ibnu Bathah : 2/437)
قال إسماعيل بن خارجة يحدث قال : دخل رجلان على محمد بن سيرين من أهل الأهواء ، فقالا : يا أبا بكر نحدثك بحديث ؟ قال : لا قالا : فنقرأ عليك آية من كتاب الله عز وجل ؟ قال : لا ، لتقومن عني أو لأقومن
Ismail bin Khorijah menceritakan, beliau berkata : “Dua orang dari ahlu ahwa’ (ahlu bid’ah) masuk menemui Muhammad bin Siriin mereka berdua berkata : “Wahai Abu Bakar, kami akan menyampaikan satu hadits kepadamu? Berkata (Ibnu Siriin) : “Tidak.” Berkata lagi dua orang tersebut : “Kami akan membacakan satu ayat kepadamu dari Kitabullah (al-Qur’an) Azza wa Jalla? Berkata (Ibnu Siriin) : “Tidak. Kalian pergi dariku atau aku yang pergi.” (Asyari’ah Al-Ajuri : 57 – Al Ibanah Ibnu Bathah : 2/446)
Berkata Al-Imam Al Barbahari :
فاحذر ثم احذر أهل زمانك خاصة وانظر من تجالس وممن تسمع ومن تصحب فإن الخلق كأنهم في ردة إلا من عصم الله منهم
“Berhati-hatilah dan berhati-hatilah kepada orang-orang yang hidup sezaman denganmu secara khusus, dan lihatlah siapa teman dudukmu, dan dari siapa engkau mendengar dan dengan siap engkau berteman, dikarenakan manusia hampir saja menjadi murtad dari agamanya karena sebab teman bergaulnya kecuali orang yang Allah jaga.” (Syarh Sunnah Lilbarbahari, bersama Syarhnya Syaikh Shalih al-Fauzan : 345, Daarul ad-Dhiyaa’)
Berkata Asy-Syaikh Al Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi Rahimahullah tentang perkataan Imam Barbahari di atas :
في هذا تحذير لطالب العلم, وأنه لا ينبغي أن يجالس و لا يصاحب و لا يسمع إلا ممّن يثق بعلمه و عقيدته
“Pada kalimat ini terdapat peringatan untuk penuntut ilmu, bahwasanya tidak sepantasnya untuk duduk, dan tidak sepantasnya untuk berteman, dan tidak sepantasnya untuk mendengar kecuali kepada orang yang terpercaya ilmu dan aqidahnya.” (Irsyaadu Saarii fi Syarhis Sunnah Lil Barbahaari, Syaikh Ahmad An-Najmi : 241, Darut Tauhid, Daarul Minhaaj)
Banyak konsekuensi buruk dan jelek dari rekomendasi Ali Syubbana (Abu Unais) salah satu pengisi radio rodja terhadap DR. Yusuf Al Qardhaawi, saya hanya menyebutkan sebagiannya saja semoga menjadi peringatan bagi kita semua. Dan semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua kepada apa-apa yang Allah ridhai dan cintai.

Ditulis oleh  Abu Ibrahim Abdullah bin Mudakir
info: http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2012/02/08/untukmu-yang-menganggap-ringan-rekomendasi-ali-syubbana-terhadap-yusuf-qardhaawi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar