Assalamu'alaikum
Warohmatullhi Wabarokaatuh.
Ana mau tanya masalah Qurban
- Ana dan Istri berniat melaksanakan Qurban, Atas nama sipakah hewan qurban itu. Atas nama Keluarga atau Nama masing-masing.
- Bagaimanakah hukum acara penyembelihan hewan qurban yang dilakukan di Masjid secara bersama-sama
dan apakah setiap akan memotong hewan qurban itu ada Ijab Qobul atau penyebutan nama orang yang berqurban.
Ana mau tanya masalah Qurban
- Ana dan Istri berniat melaksanakan Qurban, Atas nama sipakah hewan qurban itu. Atas nama Keluarga atau Nama masing-masing.
- Bagaimanakah hukum acara penyembelihan hewan qurban yang dilakukan di Masjid secara bersama-sama
dan apakah setiap akan memotong hewan qurban itu ada Ijab Qobul atau penyebutan nama orang yang berqurban.
Mohon Penjelasan serta dalil-dalilnya.
Jazakallah Khair.
Irfan.Safitra@***.com
Syaikhuna Mufti KSA Bagian Selatan Syaikh Muhaddits Ahmad bin Yahya An-Najmi hafizhahullah menjawab :
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه وبعد :
الجواب : الأضحية سنة مؤكدة على القادر عليها ماديا وهي على الرجل المكلف بالنفقة وتكون باسمه وأهل بيته. قال النبي صلى الله عليه وسلم :
((يا أيها الناس إن على كل أهل بيت في كل عام أضحية...)).
أما ذبح الأضاحي في المساجد وما حولها مثل حوشه وما أشبه ذلك. فهذه بدعة. لم نسمع بأحد فعلها إلا أهل أندونسيا. لأن الدم المسفوح نجس, ولا يجوز أن يسفح في المساجد وما حولها, لأن هذا العمل تنجيس لها. وقد قال الله عز وجل :
((قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ)) الأنعام : 145.
ذبح الأضحية إما في المجزرة أو في الفضاء وإلا فكل واحد يذبح أضحيته في بيته. اتقوا الله يا أهل أندونسيا لا تنجسوا المساجد بالدم المسفوح الذي هو نجس بصريح القرآن وبإجماع العلماء من زمن الصحابة إلى الآن.
أما كونه يوكل الجزار في ذبح أضحيته, فأنت إذا أعطيته وقلت له "اذبح لي أضحيتي" فذالك توكيل منك له. وبالله التوفيق.
أملى هذه الفتوى
فضيلة الشيخ أحمد بن يحيى النجمي
19 شوال 1428 هـ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga dan para Shahabatnya.
Wa ba’du :
Jawab : Kurban adalah sunnah muakkadah bagi yang memiliki kemampuan secara materi. Dan kurban dibebankan kepada kaum pria sebagai pemberi nafkah keluarga serta berlaku bagi dirinya dan keluarganya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wahai manusia, sesungguhnya atas setiap keluarga untuk berkurban setiap tahunnya…”.
Adapun penyembelihan hewan kurban di masjid-masjid dan lingkungan masjid seperti halamannya dan sebagainya, maka ini adalah bid’ah. Kami belum pernah mendengar seorang-pun melakukannya kecuali penduduk Indonesia. Sebab darah yang mengalir (yaitu darah yang menyembur saat proses penyembelihan) adalah najis. Dan tidak boleh mengalirkan darah tersebut di masjid-masjid dan lingkungannya. Sebab perbuatan ini membuat najis masjid. Allah Azza Wa Jalla berfirman yang artinya :
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotor- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Al An’am : 145.
Penyembelihan hewan kurban bisa dilakukan di tempat penjagalan atau di tanah lapang, jika tidak, maka masing-masing menyembelih hewan kurbannya di tempat tinggalnya. Bertakwalah kepada Allah wahai penduduk Indonesia. Janganlah kalian membuat najis masjid-masjid dengan darah (hewan kurban) yang mengalir yang najis berdasarkan ketetapan Al Qur’an dan ijma’ para Ulama’ dari sejak zaman Shahabat hingga sekarang.
Adapun seseorang mewakilkan hewan kurbannya kepada tukang jagal, maka jika menyerahkan(nya) kepadanya anda katakan : “Sembelihlah hewan kurbanku untukku”. Maka yang demikian adalah perwakilan anda kepadanya. Wabillahit-taufiq.
Yang mendikte fatwa ini
Yang mulia Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi
19 Syawal 1428 H
Alih bahasa oleh
Abu Abdillah Muhammad Yahya
19 Syawal 1428 H/31 Oktober 2007
Nijamiyah-Shamithah-Jazan
KSA
Catatan : Syaikhuna berpesan agar fatwa ini diedarkan seluas-luasnya agar diketahui kaum muslimin.
sumber: http://www.mimbarislami.or.id/?module=konsultasi&action=detail&tjid=5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar