Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Selasa, 02 November 2010

Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim Menilai sosok Mbah Maridjan

Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Aljakarty
Selain meletusnya gunung merapi kematian mbah maridjan juga menjadi obrolan berbagai lapisan masyarakat akhir-akhir ini, dikarenakan keterkenalan tokoh yang satu ini sebagai “kuncen” gunung merapi disamping mbah maridjan meninggal menjadi korban meletusnya gunung merapi. Apalagi konon meninggalnya dalam keadaan sujud. Tak sedikit orang yang memujinya karena mati dalam keadaan sujud, atau karena keberaniannya dan pujian-pujian
lainnya. Dan hampir tidak ada komentar yang tak senada dengan komentar – komentar diatas. Lalu bagaimanakah seorang muslim yang terbimbing dengan agama yang haq (benar) ba’da taufiqillah (setelah hidayah taufiq Allah) menilai sosok mbah maridjan. Insya Allah penjelasan sederhana dibawah ini menjadi penjelas bagi kita bagaimana kita menilai seorang mbah maridjan.
Pertama : Mbah Maridjan dan tugasnya sebagai seorang “kuncen/juru kunci” gunung merapi
Seharusnya seorang itu jeli dalam setiap permasalahan apalagi yang menyangkut permaslahan dien nya (agamanya)…!!! Cukup dengan mengetahui bahwasannya mbah maridjan sebagai seorang “kuncen” gunung merapi maka seharusnya seseorang sudah bisa menilai sosok mbah maridjan dengan benar dan menahan diri mereka untuk memuji mba maridjan dan mengagguminya. Kuncen…?? apa maksudnya ini, kalau tidak dibalik semua ini ada keyakinan-keyakinan sesat. Juru kunci gunung merapi…???!!!, ada apa dibalik semua itu…??? Kalau tidak keyakinan syirik…!!!. Itulah yang diyakini mbah maridjan, mbah maridjan menyakini bahwa gunung merapi mempunyai penunggunya, yang menguasainya, yang bisa menimpakan bahaya untuk masyarakat sekitar, sehingga berimbas dari keyakinan itu mbah maridjan melakukan taqarub (mendekatkan diri) dengan memberi sesajen dan yang lainnya supaya penunggu dan penguasa gunung merapi itu tidak marah dan menimpakan bahaya kepada masyarakat sekitar. Adakah perbuatan syirik (menyekutukkan Allah) yang lebih jelas dari ini…???!!!. Mbah maridjan melakukan ritual tolak bala dengan membuang berbagai macam barang karaton dari mulai keris dan lainya yang dikenal dengan labuhan merapi. Begitu juga melakukan ritual tapa bisu dan lain-lain.
Berkata Asy Syaikh Shalih Al –Fauzan Hafidzahullah : ” Syirik adalah menjadikan sekutu (atau tandingan) bagi Allah didalam Rububiyah Nya (penciptaan, pengaturan, memberi manfaat dan mudharat/bahaya) dan didalam Uluhiyah Nya (dalam beribadah kepada Allah)” ( Aqidah Tauhid Syaikh Shalih Al –Fauzan: 18 )
Berkata Imam Syaukani Rahimahullah : ” Bahkan syirik adalah dengan menujukan untuk selain Allah sesuatu yang merupakan kekhususan bagi Nya “ (Daurun Nadid Fi Kalimatil Ikhlas : 18 ) Termasuk kekhususan Allah adalah Rububiyah Nya, Allahlah satu satu-satunya yang mencipta, mengatur alam semesta ini, memberi rezeki, memberi manfaat dan mudharat (bahaya) dan yang lainnya. Dan mbah maridjan telah membuat tandinggan bagi Allah didalam Rububiyah Nya ketika mbah maridjan menyakini ada selain Allah yang memberi manfaat dan mudharat, yaitu penunggu gunung merapi.!!!
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: “Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam” (QS. Al-Fatihah : 2)
اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Artinya : “Allah pencipta segala sesuatu “ (QS. Az-Zumar : 62)
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ
Artinya : Katakanlah: ” Siapakah yang melimpahkan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ
Artinya : ” Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tak ada yang dapat menolak karuniaNya. “ (QS. Yunus : 107)
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya : ” Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikkan kepada mu, maka Dia Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu ( Qs. Al – An’am : 18 )
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :
أَيُشْرِكُونَ مَا لاَ يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلاَ أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ
“ Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apapun? Padahal (berhala) itu sendiri diciptakan. Dan (berhala) itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun mereka tidak dapat memberikan pertolongan “. (Qs. Al ‘Araaf : 191-192)
Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdul Aziz Bin Baaz Rahimahullah : “ Dan ini adalah sifat sesembahan yang tidak berhak disembah. Dan ini pertanyaan dalam rangka celaan (bagi orang yang beribadah kepada selain Allah –penj) mereka menyembah kepada yang tidak bisa menciptakan walaupun hanya seekor semut bahkan mereka (sesembahan) itu diciptakan, bagaimana mereka bisa memberikan manfaat terhadap selain mereka, baik sesembahan itu berupa batu yang tidak berakal atau makhluk hidup yang tidak dapat mendengar (orang yang menyerunya –penj) atau orang mati yang tidak bisa mengabulkan seruan mereka, didalam ayat ini terkandung sifat sesembahan yang disembah selain Allah, yaitu empat hal :
  1. Bahwasanya mereka tidak dapat menciptakan sesuatu
  2. Bahwasanya mereka makhluk yang diciptakan
  3. Bahwasanya mereka tidak dapat menolong orang-orang yang menyembahnya
  4. Bahwasanya mereka tidak dapat memberikan pertolongan untuk diri mereka sendiri “ ( Syarhu Kitabit Tauhid Asy Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz : 98 )
Disamping itu mbah maridjan mengaku – ngaku mendapat wangsit kapan meletus atau tidaknya gunung merapi dari penunggu gunung merapi atau dari mbah merapi ???!!!, atau pengakuan dia memastikkan gunung berapi tidak akan meletus dan yang lainnya…??!!.
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :
إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
” Sesungguhnya mereka menjadikan syaithan – syaithan sebagai wali (pelindung mereka) selain Allah, dan mereka mengira mereka mendapat petunjuk ” ( Qs. Al’Araaf : 30 )
Akhirnya tidak sedikit yang menjadi korban dari meletusnya gunung merapi, termasuk orang yang katanya mendapat wangsit itu (mbah maridjan sendiri) dan orang yang mengikutinya.
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ
“ Katakanlah wahai (Muhammad) tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah “ (Qs. An-Naml :65)
Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdurrahman As-sa’di Rahimahullah : “ Allah mengikrarkan bahwa Dia sematalah yang mengetahui perkara yang ghaib di langit dan di bumi sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : “ Pada sisi Allah lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib, tidak ada yang mengetahui perkara yang ghoib kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan dilautan dan tidak sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula dan tidak jatuh sebutir bijipun di kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata. Dan Allah Ta’ala berfirman “ Sesungguhnya hanya disisi Allah ilmu tentang hari kiamat dan Dia menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim…” sampai akhir surat. Perkara ghaib dan yang semisalnya merupakan kekhususan bagi Allah dalam pengilmuanNya, tidak ada yang mengetahuinya baik itu malaikat yang terdekat atau nabi yang diutus.” (Taisirul Karimir Rahman Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam ayat ini)
Kedua : Mbah Maridjan beribadah kepada Allah dan juga beribadah kepada selain Allah.
Jika seorang muslim mengetahui sedikit saja ilmu agama dengan pemahaman yang benar insya Allah dia tidak akan salah menilai sosok seorang mbah maridjan. Tapi jauhnya mereka dari ilmu agama yang benar sehingga mereka diselimuti kebodohan yang sangat. Pengetahuan seseorang tentang mbah maridjan, bahwasannya mbah maridjan disamping beribadah kepada Allah dengan sholat, puasa baca Al Qur’an dan yang lainnya tetapi disisi lain mbah maridjan juga beribadah kepada selain Allah, bertaqarub (mendekatkan) diri kepada selain Allah dengan berbagai macam ibadah, diantaranya menyediakan sesajen kepada para penunggu dan penguasa yang mbah maridjan yakini sebagai para penunggu dan penguasa gunung merapi. Jelas ini perbuatan syirik dan kekufuran, bermula pada kesyrikkan dalam Rububiyah Allah dan berimbas pada perbuatan syirik dalam Uluhiyyah Allah.
Islam adalah agama tauhid, yang memerintahkan kita untuk beribadah kepada Allah semata dan melarang kita beribadah kepada selain Allah, kepada gunungkah, jinkah atau selain mereka. Bahkan tauhid adalah inti agama dan dakwahnya para Rasul.
Allah Ta’ala Berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : ” Dan tidaklah aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Berkata Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhu : “Setiap apa yang terdapat didalam Al -Qur’an dari ibadah, bermakna tauhid” ( Tafsir Al Baghowi, dinukil dari Syarh Qawaidul Arba’ Syaikh Khalid Ar Radadi)
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya”. (QS. An-Nisaa : 36)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya : “Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan memohon pertolongan” (Qs. Al Fatiha : 5 )
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
” Dan sunnguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap ummat (untuk mendakwahkan) sembahlah Allah dan jauhilah thagut “ ( Qs. An Nahal : 36 )
Berkata Asy Syaikh ‘Al ‘Alaamah Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah : ” Faedah yang dapat diambil dalam ayat ini bahwasannya hikmah dari diutusnya para Rasul adalah dakwah kepada tauhid dan melarang dari perbuatan syirik “ ( Al Mulakhos Syarh Kitab Tauhid : 11 )
Ini diantara ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk beribadah kepada Allah semata dan melarang untuk beibadah kepada selain Allah. Maka jika seorang mencampur ibadahnya dengan perbuatan syirik (menyekutukan Allah) dengan kesyirikan yang besar atau dengan tanpa tauhid maka sia-sialah amalannya.
Berkata Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahhab An Najdi Rahimahullah :” Ketahuilah Ibadah tidaklah dinamakan sebagai sebuah ibadah kecuali jika disertai dengan tauhid (orangya hanya beribadah kepada Allah semata -pen) sebagaimana tidak dikatakan sholat kecuali dalam keadaan thaharah (suci). Apabila syirik masuk kedalam ibadah akan membatalkan ibadah sebagaimana hadast apabila masuk kedalam thaharah “ (Qawaidul Arba’)
Berkata Asy Syaikh Shalih Alu Syaikh hafidzahullah : “ Apabila kamu telah mengetahui ini bahwasannya ibadah tidak diterima kecuali dengan mentauhidkan Allah (beribadah hanya kepada Allah semata -pen) demikian juga sholat tidak diterima kecuali dalam keadaan thaharah (suci), dikarenakan tauhid (beribadah hanya kepada Allah semata -pen) syarat diterimanya ibadah, yaitu ikhlas dan thaharah (suci) syarat dari sahnya shalat, dimana tidak sah shalat kecuali apabila dia dalam keadaan thaharah (suci), begitu juga tidak sah ibadah seseorang kecuali apabila dia seorang yang mentauhidkan Allah. Walau seandainya jidadnya ada bekas sujud, puasa disiang hari dan shalat dimalam hari. Dikarenakan syarat diterimanya itu semua adalah dilakukan oleh seorang Muwwahid (orang yang hanya beribadah kepada Allah semata) yang ikhlas.
Allah Jalla wa’alaa berfirman :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
بَلِ اللهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“ Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi) yang sebelummu, sungguh jika engkau berbuat syirik (mempersekutukan Allah), niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi, karena itu hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur “ ( Qs. Az Zummar : 65-66 )
Allah Jalla wa’alaa berkata kepada orang kafir
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“ Dan Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan(Qs. Al Furqan : 23)
(Syarah Al Qawaidul Arba’ Syaikh Shalih Alu Syaikh: 11)
Coba kita lihat diantara salah satu perkataan mbah maridjan yang menunjukkan sosok mbah maridjan, yaitu ketika dia berkata kepada detikcom ketika ditemui dirumahnya kamis18/52006; mbah maridjan berkata : “ saya disana berdoa, minta kepada Allah dengan ‘lantaran’ merapi”
Lalu kita tengok perkataan seorang ulama yang menjelaskan tentang perbuatan-perbuaan yang dapat membatalkan kesislaman seseorang. Berkata Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahhab An Najdi Rahimahullah : “ Barangsiapa yang menjadikan adanya perantara antara dirinya dengan Allah, Mereka berdoa, meminta syafaat dan bertawakal kepada perantara tersebut maka dia telah kafir menurut kesepakatan para ulama “ (Kitab Nawaqidul Islam)
Dalil tentang hal ini adalah firman Allah Ta’ala
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“ Ingatlah! hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata) : “ Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya. Sungguh Allah akan memberi putusan diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan, sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada seorang pendusta dan orang yang kafir” (Qs. Az Zumar : 3 )
Lihatlah pada ayat yang mulia ini Allah memerintahkan kita untuk beibadah kepada Allah semata, mengikhlaskan agama dan ketaatan hanya untuk Nya, tetapi mereka malah menyembah selain Allah dengan cara menjadikan perantara antara dirinya dengan Allah didalam peribadatan kepada Nya. Yang mereka menyembah perantara itu dengan berbagai macam ibadah. Lalu Allah katakan apa pada diakhir ayat, yaitu sebagai seorang pendusta lagi kafir (هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ)
Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lain
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللهَ بِمَا لا يَعْلَمُ فِي السَّمَوَاتِ وَلا فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“ Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat , dan mereka berkata : “ Mereka itu adalah pemberi syafaat kami dihadapan Allah.” Katakanlah : “apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-NYa apa yang ada dilangit dan dibumi?. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan itu “ (Qs. Yunus : 18 )
Pada ayat ini Allah mensucikan diri Nya sendiri dari perbutan syirik mereka, yaitu mereka menjadikan perantara antara dirinya dengan Allah yang beribadah kepada perantara tersebut, baik perantara itu berhala, orang atau gunung, lalu Allah katakan apa diakhir ayat tentang orang yang melakukan perbuatan tesebut dengan perkataan “ Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan itu سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ ), Allah katakan perbuatan mereka sebagai perbuatan syirik (menyekutukan Allah).
Dan Allah Ta’ala berfirman tentang dosa syirik (menyekutukkan Allah) :
إِنَّ اللهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya ” Sesungguhnya Allah tidak mengampuni (dosa) karena mempersekutukkan Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsipa yang mempersekutukkan Allah, maka sungguh , dia telah berbuat dosa yang besar.” ( Qs. An – Nisa : 48 )
مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Artinya : ” Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukkan ( sesuatau dengan ) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang – orang dzolim itu.” ( Qs. Al Maidah : 72 )
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“ Sungguh jika engkau berbuat syirik (mempersekutukan Allah), niscaya akan hapuslah amalan mu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi “(Qs. Az Zummar : 65-66)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“ Dan Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan(Qs. Al Furqan : 23)
Insya Allah dari penjelasan diatas kita bisa menilai sosok mbah maridjan dengan penilaian yang benar, berdasarkan ilmu bukan kebodohan atau ketertipuan dari pengaruh media masa, ternyata mbah maridjan seorang yang melakukan kesyirikan didalam Rububiyah Allah dan Uluhiyah Nya, baik kesyirikan yang besar atau yang kecil, begitu juga dia mengaku mengetahui perkara yang ghaib (dukun) padahal yang mengetahui perkara yang ghaib hanyalah Alah semata dan perkara syirik lainnya, apakah masih ada yang menilai mbah maridjan seorang yang shalih dan patut dijadikan teladan…???!!! Dipuji dan dikagumi…???!!! Berkata Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin, menjelaskan pengertian orang shalih. Orang shalih adalah orang yang menunaikan hak Allah dan hamba-hamba Nya (Syarh Kasyfu Subhaat). Hak Allah yang terbesar adalah mentauhidkan Allah, beribadah hanya kepada Allah semata. Kalau hak yang terbesar Allah saja tidak dipenuhi oleh mbah maridjan apakah dia pantas dikatakan sebagai seorang shalih lalu mati dalam keadaan khusnul khatimah (kesudahan yang baik)…??!!.
Wahai kaum muslimin jagalah aqidah dan keimananmu dari segala kesyirikkan, khurofat dan perdukunan. Dan bertawakalah wahai para pengelola media massa jangan kalian jerumuskan ummat kegelapnya kebodohan dan najisnya kesyirikkan, kekufuran dan perdukunan. Dunia ini hanya sementara kelak kalian akan dimaintai pertanggung jawabannya…!!!
sumber: http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2010/11/01/bagaimana-seorang-muslim-menilai-sosok-mbah-maridjan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar