Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Jumat, 29 Oktober 2010

Mengambil Hikmah dari Musibah Gempa

Peringatan Yang Terabaikan
Penulis: Al-Ustadz Muhammad Umar as-Sewed hafizhahullah
(Pengajar Ma'had Dhiyaus Sunnah Cirebon)

Peringatan sebagai rahmat
Di antara rahmat dan kasih sayang Allah terhadap umat ini Ia adalah tidak akan mengadzab umat secara merata sekaligus. Dengan sebab barakah do’a Rasulullah صلى الله عليه وسلم agar tidak mengadzab umat ini secara merata.

وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي ِلأُمَّتِي أَنْ لاَيُهْلِكَهَا بِسِنَةٍ عَامَةٍ... (رواه مسلم في كتاب الفتن وأشراط الساعة

…Dan aku meminta kepada Rabb-ku untuk umatku agar Allah tidak membi-nasakan umat ini dengan paceklik yang merata…(HR. Muslim dalam kitab al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah)

Umat ini mendapatkan adzab sebagian kecil dari mereka sebagai peringatan untuk yang lainnya, maka kita bersyukur pada Allah سبحانه وتعالى dengan rahmat-Nya ini dan mengambil bencana yang Allah سبحانه وتعالى timpakan pada suatu kaum sebagai pelajaran dan peringatan.

Bencana karena dosa
Bencana yang terjadi pada umat ini, apakah gempa, banjir, gunung meletus, dan lain-lain merupakan adzab bagi sebagian mereka. Itupun masih banyak dosa-dosa yang dimaafkan.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuat-an tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian). (asy-Syuraa: 30)

Allah سبحانه وتعالى juga berfirman:

فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ اْلأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Maka masing-masing (mereka itu) Kami adzab disebabkan dosanya. Di antara mereka ada yang Kami timpakan kepa-danya hujan batu, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelam-kan (dalam air), dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (al-Ankabut: 40)

Analisa yang dilakukan oleh para ilmuwan, peneliti dan profesor-profesor tidak lain hanyalah berbicara tentang sebab akibat, Untuk itu jangan melupakan Allah yang menakdirkannya. Apakah dengan ilmu yang mereka miliki bisa mencegah terjadinya gunung meletus atau gempa bumi? Manusia hanya bisa memperkirakan akan terjadi letusan gunung berapi dan mengungsikan orang-orang dari gunung yang diperhitungkan akan meletus tersebut. Mereka tidak pernah memperkirakan bahwa setelah mereka turun ke bawah, justru terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat yang tidak pernah diperhitungkan sama sekali. Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan hanyalah: “Pusat gempa berada di laut” atau “kekuatan gempa 5,9 scala righter” atau kalimat-kalimat lain yang tidak dapat menyelamatkan mereka sama sekali.

Oleh karena itu marilah kita bertaubat kepada Allah, karena bencana ini mungkin disebabkan karena dosa-dosa kita yang terlalu besar dan banyak. Bahkan telah tersebar praktek-praktek kesyirikan yang merupakan dosa yang paling besar di tengah-tengah masyarakat kita. Acara-acara syirik seperti ruwatan, sedekah bumi, sedekah laut, pesta laut, sesajen-sesajen untuk nyi loro kidul, benda-benda yang dianggap keramat, pusaka di keraton-keraton dan lain-lainnya, ajaran siapakah semua itu?! Apakah yang demikian tidak menyebabkan Allah murka?! Apakah kita belum dapat mengambil pelajaran dengan terjadinya Tsunami di daerah Sumatera sebelum ini?

Perhatikan, Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ ءَالِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ (101) وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Karena itu tidaklah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu adzab Rabb-mu datang. Dan sembahan-sembahan itu ti-daklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka. Dan begitulah adzab Rabb-mu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.

Jangan merasa aman dari adzab Allah
Sungguh praktek-praktek kesyirikan yang terjadi di kota Yogyakarta dan sekitarnya banyak pula terjadi kota-kota lain. Kemaksiatan-kemaksiatan seperti zina, khamr dan narkoba yang terjadi di kota Yogyakarta banyak pula terjadi di kota-kota lain. Kebid’ahan-kebid’ahan dan kesesatan-kesesatan yang terjadi di Yogyakarta banyak pula terjadi di kota-kota lain. Maka bencana yang kini terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya hendaklah menjadi peringatan terhadap daerah-daerah lain yang sementara ini masih aman. Kita tidak boleh merasa tenang selama praktek-praktek kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan masih mendominasi daerah kita.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari pada waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka pada waktu matahari naik sepenggalah ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidaklah ada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (al-A’raaf: 97-99)

Makna “tidak merasa aman” adalah takut kepada Allah, selalu berdoa dan berupaya untuk dijauhkan dari adzab dengan meninggalkan kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan.

Mencegah bencana dengan Taubat
Bertaubat kepada Allah سبحانه وتعالى dan merubah perilaku kita adalah satu-satunya upaya untuk mencegah terjadinya “bencana alam”. Dan sesungguhnya Allah-lah yang menakdirkan terjadinya seluruh bencana-bencana tersebut de-ngan keadilan dan hikmah-Nya yang sangat besar. Alam tidak memiliki kekuasaan apapun. Ia tidak menakdirkan, tidak dapat menentukan dan tidak pula dapat mencegahnya, karena ia memang bukan tuhan.

Syaikh Muqbil bin Hadi رحمه الله berkata: ”Barang siapa yang menyan-darkan kejadian-kejadian kepada alam dengan memaksudkan bahwa alamlah yang mengatur dan menentukan maka dia kafir”. (Majmu’atur Rasa’il, pada risalah Idlahul Maqal Fi Asbabiz Zilzal, hal. 142).

Maka aqidah yang harus diyakini oleh setiap muslim adalah tidak akan ada satu pun makhluk yang dapat menghalangi terjadinya bencana yang Allah takdir-kan kecuali dengan bertaubat dan berdoa kepada-Nya.

Perhatikanlah apa yang telah diupayakan oleh orang-orang terdahulu yang jauh lebih kuat dari kita bahkan rumah-rumah mereka diukir dari batu yang tahan gempa. Namun apa yang terjadi? Karena kekafiran mereka, Allah adzab mereka dengan cara lain, yaitu dengan suara melengking tinggi yang memutuskan jantung-jantung mereka. Atau Allah adzab mereka dengan udara dingin tujuh hari delapan malam yang membunuh mereka secara keseluruhan. Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang kaum ‘Ad dan kaum Tsamud:

كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (4) فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (5) وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (6) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (7) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ

Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum Tsamud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang luar biasa, Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus. maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah lapuk. Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tersisa di antara mereka. (al-Haaqah: 3-8)

Maka jadilah mereka bangkai-bangkai yang berserakan di rumah-rumah mereka yang masih utuh. Sebagaimana Allah kisahkan dalam ayat lain:

وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ

Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang dzalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka. (Huud: 67)

Untuk itu janganlah kita mengandalkan kekuatan fisik seperti mereka dahulu. Atau mengandalkan kecanggihan teknologi yang kita miliki untuk menghindar dari adzab Allah.Tidak ada satu pun yang dapat mencegahnya kecuali memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya.

Bencana sebagai ujian
Kita tidak mengingkari adanya orang-orang shalih, ahli tauhid, atau ahlus sunnah yang masih berada di atas jalan kebenaran di tengah-tengah mereka yang tertimpa bencana. Adzab tersebut bagi mereka merupakan ujian yang akan menambah pahala mereka dikarenakan kesabaran mereka.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". (al-Baqarah: 155-156).

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar mencegah terjadinya bencana
Namun Allah سبحانه وتعالى memperingatkan orang-orang yang shalih tersebut akan datangnya adzab yang jika turun tidak hanya mengenai orang yang dhalim saja akan tetapi adzab itu merata dan mengenai orang-orang yang shalih. Yang demikian agar orang-orang shalih tersebut mencegah kemungkaran-kemungkar-an yang ada di tengah mereka sebagai upaya menunda turunnya adzab.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah diri-diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (al-Anfaal: 25)

Diriwayatkan dari Zainab bintu Jahsy رضي الله عنها, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَيْلٌُ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجُ مِثْلُ هَذِهِ

Laa ilaha illallah, celaka negeri Arab dari kejelekan yang sudah dekat. Pada hari ini telah terbuka benteng Ya’juj wa Ma’juj seperti ini. (Sambil mengisyaratkan dengan tangannya).

Maka Zainab bintu Jahsy رضي الله عنها pun berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنَهْلِكُ وَفِيْنَا الصَّالِحُوْنَ؟ قَالَ: نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثَ

“Wahai Rasulullah, apakah kita akan dibinasakan padahal di tengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih? Rasulullah menjawab: “Ya, ketika telah merajalelanya kejelekan”. (HR. Bukhari Muslim).
Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar