Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Selasa, 08 November 2011

Adab-Adab Memberikan Salam


Allah berfirman : 
 “  Wahai  orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kalian  masuk  kedalam  selain  rumah
kalian,  hingga  kalian  meminta  izin  dan  mengucapkan  salam  kepada  penghuninya  “  (
An-Nur : 27 ).
Allah berfirman : 
 “ Dan apabila kalian masuk kedalam rumah, maka ucapkanlah salam kepada diri kalian,
salam dari Allah yang penuh berkah dan baik “ ( An-Nur 61 ).
Allah berfirman : 
 “ Dan apabila kalian disalami, maka jawablah dengan ucapan slaam yang lebih baik atau
balasnya dengan salam  yang semisalnya. Sesungguhnya Allah akan menghitung segala
sesuatu “ (An-Nisaa’ :26 ).

Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda  :  ”Allah  telah
menciptakan  Adam  dengan  tinggi  60  hasta,  kemudian  berfirman  :”Pergilah
kamu, berikan salam kepada para malaikat dan dengarkan jawaban mereka atas
salam  engkau.  Salammu  dan  salam  seluruh  anak  keturunanmu.  Maka  Adam
berkata  :”Asalamu’alaikum!”  Para  malaikat  menjawab  :”Assalamu’alaika  wa
rahmatullah!”. Para Malaikat menambahkan kalimat rahmatullah… al-hadits.1
Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda  :”Kalian  tidak  akan
masuk  kedalam  Surga  hingga  kalian  beriman,  dan  tidaklah  kalian  dikatakan
beriman  hingga  kalian  saling  mencintai.  Ketahuilah,  aku  akan  memberitahukan
kepada  kalilan  sesuatu  yang  apabila  kalian  melakukannya  niscaya  kalian  akan
saling mencintai. Yaitu tebarkanlah salam diantara kalian.”2
 Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda  :”Hak  muslim  atas  muslim
lainnya ada enam.” Ditanyakan kepada beliau :”Apa itu ya Rasulullah ?” Beliau
                                                
1 HR. Al-Bukhari no.3326 dan Muslim no 2841.
2 HR. Muslim dalam bab Penjelasan tentang tidak akan masuk surga kecuai orang yang beriman. No 54.
menjawab  :”Apabila  kalian  bertemu  dengan  muslim  yang  lain,  maka  ucapkan
salam kepadanya …” al-hadits. 3
Di antara adab-adab mengucapkan salam :
1. Diantara perkara yang disunnahkan adalah membiasakan diri untuk saling
memberi dan menyampaikan salam serta kewajiban untuk menjawabnya.
Dalil  yang  menunjukkan  hal  ini  sangat  banyak,  sebagaiman  sabda  Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas. Demikian pula berdasarkan perbuatan Nabi
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  dan  para  sahabatnya  radhiallahu  ‘anhuma,  dan
dalil  itu  yang  telah  populer  sudah  mencukupi  dari  nash-nash  lainnya.  Adapun
menjawab  salam,  maka  hukumnya  adalah  wajib.  Seorang  muslim  diharuskan
untuk  menjawab  salam  jika  tidak  maka  dia  akan  berdosa.  Dalil-dalil  yang
menunjukkan  tentang  wajibnya  menjawab  salam  sangat  banyak.  Diantaranya
firman Allah :
 “  Dan  apabila  kalian  disalami,  maka  jawablah  dengan  ucapan  slaam  yang  lebih
baik  atau  balasnya  dengan  salam  yang  semisalnya.  Sesungguhnya  Allah  akan
menghitung sgala sesuatu “ (An-Nisaa’ :26 )
Ibnu  Hazm  dan  Ibnu  Abdil  Barr  serta  Asy-Syaikh  Taqiyudin  telah
mengutip ijma’ wajibnya menjawab salam.4
Pertanyaan  :  Apabila  seseorang  memberikan  kepada  jama’ah,  apakah  setiap
orang  dari  jama’ah  tersebut  diwajibkan  untuk  menjawab  salamnya  atau
cukup salah seorang dari mereka saja ?
Jawab  :  Apabila  seseorang  mengucapkan  salam  kepada  jama’ah,  maka  apabila
setiap  orang  dari  jama’ah  itu  menjawab,  itulah  yang  lebih  utama.  Akan  tetapi
jika satu orang saja dari mereka yang menjawab salam sedangkan yang lainnya
diam,  maka  yang  lainnya  sudah  tidak  dituntut  lagi.5  Diriwayatkan  dari  Ali  bin
Abi  Thalib,  beliau  berkata  :”Salam  seseorang  dari  jama’ah  sudah  mewakili
                                                
3 HR. Muslim no.2162.
4 Lihat Al-Adab Asy-Syar’iyah (1/356) cetakan Muasasah Ar-Risalah.
5 Lihat Syarh Shahih Muslim An-Nawawi cetakan Daar Al-Fikr, Fathul Baari, hadits no.6231, cetakan Daar
Ar-Rayyan, dan Al-Adab Asy-Syar’iyah.
jama’ah  jikalau  mereka  melewati  lainnya  dan  salam  salah  seorang  diantara
semua yang duduk sudah mewakili  ”6
2.Sifat salam.
  a. Paling utama : Assalamua’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.
  b. Kemudian berikutnya : Assalamua’alaikum wa rahmatullah.
  c. Dan yang selanjutnya : Assalamua’alaykum.
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu bahwasannya seseorang melewati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedangkan  beliau  sedang  duduk  dalam  majelis,  maka  laki-laki  itu  berkata
:”Assalamu  ’alaikum!”  Maka  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda
:”Dia  telah  mendapatkan  sepuluh  kebaikan.”  Kemudian  seorang  laki-laki  lain
berlalu  sambil  berkata  :”Assalamu  ‘alaikum  warahmatullah”  Rasulullah
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda  :”Dia  telah  mendapatkan  dua  puluh
kebaikan.”  Kemudian  berlalu  laki-laki  yang  lain  dan  berkata  :”Assalamua
’alaikum  wa  rahmatullahi  wa  barakatuh”  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa
sallam bersabda :Dia telah mendapatkan tiga puluh kebaikan”7
Adapun  sifat  dari  menjawab  salam  sama  seperti  ucapan  orang  yang
memberikan  salam  atau  dengan  yang  lebih  baik  berdasarkan  firman  Allah  I
dalam
                                                
6 HR. Abu Daud no.5210. Syaikh Al-Albani berkata :”Hadits ini shahih.” Dan diriwayatkan juga oleh Ibnu
Abdil Bar dengan menyandarkannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau menyifatkannya
bahwa hadits ini hasan. Karena di dalamnya terdapat Sa’id bin Khalid Al-Khuza’i. Beliau berkata
:"(Sanadnya) tidak mengapa.” Dan sungguh jamaah mendhaifkan hadits ini. (At-Tamhid : juz 5 hal 290
cetakan Daar Ath-Thayyibah.) Dan didalam Irwa’ Al-Ghalil, Asy-Syaikh Al-Albani menganggap hadits ini
hasan, dan beliau membawakan pendapat An-Naisabury (hadits ini hasan). Kemudian beliau
menggabungkan beberapa jalan sebagai penguat hadits ini. Beliau berkata pada pembahasan lain :
Dikarenakan hadits ini memiliki penguat, maka dia terangkat derajatnya menjadi hasan. Akan tetapi ini
secara dhahir. 
Wallahu a’lam.” (Al-Irwa’, hadits no.778). Peringatan : Bab ini sangat panjang, dikarenakan diamnya jamaah
atas  penshahihan  hadits  ini.  Jika  salah  seorang  diantara  mereka  menolakknya,  maka  yang  lain  pun  akan
mengetahuinya. Wallahu taufiq.
7 HR. At-Tirmidzi no.2689 dan beliau berkata :”Hadits hasan shahih gharib”, dan diriwayatkan Al-Bukhari
dalam adabul mufrad no 986, dan albani berkata :”Hadits ini shahih.” Dan diriwayatkan juga oleh Ahmad
no.19446, dan Ad-Darimi no.2640.
 “  Dan  apabila  kalian  disalami,  maka  jawablah  dengan  ucapan  salam  yang  lebih
baik  atau  balasnya  dengan  salam  yang  semisalnya.  Sesungguhnya  Allah  akan
menghitung sgala sesuatu “ (An-Nisaa’ :26 ). 
Dan  hendaklah  menjawab  salam  dengan  bentuk  yang  plural  atau  yang
lebih  sempurna  walaupun  hanya  kepada  satu  orang  saja,  dengan  ucapan
“wa’alaikum salam wa rahmatullahi wabarakatuh “.
Pertanyaan  :  Apabila  seorang  yang  memberikan  salam  telah  mengucapkan
salam  dengan  sempurna  yakni  sampai  pada  kalimat  wabarakatuh,  apakah
disyariatkan  untuk  memberikan  tambahan  setelahnya  ketika  menjawab  salam
untuk  memenuhi  zhahir  ayat  “Biahsani  minha”  –  yang  lebih  baik  dari  salam
tersebut  -  seperti  dengan  menambahkan  kalimat  “wamagfiratuhu  wa  ihsaanuhu  “
serta lain sebaginya?
Jawab  :  Setelah  kalimat  wabarakatuh  tidak  ditmabahkan  sesuatupun  ketika
menjawab  salam  walaupun  orang  yang  memberikan  salam  mengucapkannya
sampai  kalimat  wabarakatuh.  Ibnu  Abdil  Barr  berkata,  “Ibnu  Abbas  dan  Ibnu
Umar berkata, “Hentikan ucapan salam itu pada kalimat al-barakah, sebagaimana
penjelasan Allah ta’ala tentang hamba-Nya yang shaleh. Allah berfirman:
 “ Rahmat Allah dan barakah-Nya kepada kalian wahai penghuni rumah “ ( Hud : 73).
Keduanya tidak menyukai seseorang yang menambahkan ucapan salam setelah
kalimat wabarakatuh.8

3.  Makruh  hukumnya  mengucapkan  salam  hanya  dengan  kalimat  ‘Alaikas
salam”
Beberapa  hadits-hadist  shahih  yang  menjelaskan  tentang  perkara  ini.
Diantaranya  hadits  yang  telah  diriwayatkan  oleh  Jabir  bin  Salim  Al-Hujaimiy
radhiallahu ‘anhu. Bahwasannya ia berkata: “Saya mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi  wa  sallam  dan  mengucapkan  ‘Alaika  as-salam”.  Rasulullah  Shallallahu
‘alaihi  wa  sallam  bersabda:  “Janganlah  kamu  mengatakan  ‘Alaika  As-Salam,
                                                
8 At-Tamhid (5/293)
akan  tetapi  katakanlah  As-salaamu  ‘Alaika”.9  Dan  Abu  Daud  meriwayatkan
dengan  lafazh,    “Aku  mendatangi  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  dan
berkata,  ‘Alaika  As-Salam  Wahai  Rasulullah:  “  Beliau  bersabda:  “Janganlah
kamu mengatakan ‘Alaika As-Salam, karena sesungguhnya ‘Alaika As-Salam itu
untuk orang yang telah mati”.10 
Hadist-hadits  diatas  menunjukan  kepada  makruhnya  mengucapkan
salam  dengan  kalimat  ‘Alaika  As-Salam”.  Dan  sebagian  ulama  merinci
pembagian  dalam  penjelasan  ini  dan  kami  telah  merasa  cukup  dengan
keterangan hadits yang sudah terang dan jelas.

4.  Disunahkan  mengulangi  salam  sampai  tiga  kali  apabila  salam  itu
disampaikan  kepada  jama’ah  yang  banyak,  atau  ketika  ragu  apakah  mereka
mendengar salamnya.
Diriwayatkan  dari  Anas  radhiallahu  ‘anhu  bahwasanya  Apabila  Nabi
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  berbicara,  maka  beliau  mengulangnya  sampai  tiga
kali,  dan  jika  beliau  mendatangi  sekelompok  kaum,  maka  beliau  mengucapkan
salam sampai tiga kali”.11 An-Nawawi berkata: - (setelah hadits ini) - “Perkara ini
berlaku  ketika  jama’ahnya  sangat  banyak”.12  Dan  Ibnu  Hajar  menambahkan:
“Yaitu  apabila  disangka  bahwa  salam  itu  belum  didengar,  maka  boleh  untuk
mengulangi  salam  dua  atau  tiga  kali  dan  tidak  diperbolehkan  lebih  dari  tiga
kali”13.

5. Disunnahkan untuk mengeraskan suara ketika memberi salam, begitu pula
sebaliknya.
                                                
9 HR.At-Tirmidzi no. 2722 beliau berkata hadits hasan shahih
10 Sunan Abu Daud hadits no.5209 Al-Albaniy berkata hadits ini shahih.
11 HR. Al-Bukhari no.6244
12 Maksudnya adalah sebagian mereka ada yang belum mendengar dan maksud………(Ibnu Hajar berkata
dalam Fathul Baari (11/29) dan perkataan An-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin (Bab Kaifa Salam hal.291)
Penerbit Daarul Ilmi Al-Kutub, cetakan ke duabelas th.1409 H.
13 Fathul Baari hadits no.6244 (11/29) Lihat juga tentang perkara ini pada kita Zaadul Maad (2/418)
Penertbit Muasasah Ar-Risalah.
Dan  sungguh  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  telah  memberikan
petunjuk tentang mengucapkan salam dengan suara yang keras, begitu juga bagi
orang  yang  menjawabnya.  Bagi  yang  mengucapkan  salam  dengan  suara  pelan
tidak  akan  mendapatkan  pahala,  kecuali  pada  keadaan  yang  dikcualikan
sebagaimana  akan  disebutkan  nantinya.  Al-Bukhari  telah  meriwayatkan  dalam
kitab Al-Adab karya beliau, atsar Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu. Dari jalan Tsabit
bin  Ubaid,  dia  berkata:  “Saya  mendataagi  sebuah  majlis  dan  didalamnya
terdapat  Ibnu  Umar  dan  ia  berkata,  “Jika  kamu  mengucapkan  salam,  maka
perdengarkanlah,  karena  sesungguhnya  salam  engkau  akan  mendatangkan
keberkahan dan kebaikan”.14 
Ibnul Qayyim menjelaskan:  “ Bahwa diantara petunjuk Nabi Shallallahu
‘alaihi  wa  sallam  bahwa  beliau  senantiasa  memperdengarkan  jawaban  salam
kepada yang mengucapkan slaam kepada beliau”.15  
Ibnu  Hajar  berkata:  “Perintah  untuk  menyebarkan  salam  merupakan  argumen
bahwa  salam  dengan  suara  lirih  tidaklah  cukup,  melainkan  disyaratkan  untuk
dikeraskan,  sedikitnya  mesti  memperdengarkan  awal  salam  dan  jawabannya
dan tidak cukup hanya sebatas isyarat dengan tangan atau selainnya.
An-Nawawi  berkata:  “  Minimal  ucapan  salam  hingga  dikatakan  telah
menunaikan  Sunnah  pengucapan  salam  adalah  dengan  mengeraskan  suara,
sehingga  yang  diberi  salam  mendengarkan  ucapan  salam  tersebut.  Apabila  dia
tidak  mendengar  salam  tadi,  maka  tidaklah  dikatakan  telah  mengucapkan
salam,  dan  tidak  diwajibkan  menjawab  salam  baginya.  Dan  sedikitnya  jawaban
salam  yang  wajib  adalah  dengan  mengeraskan  suara  hingga  terdengar  oleh
                                                
14 Al-Adab Al-Mufrad hadits no.1005. Al-Albani mengatakan:  shahih sanadnya, demikian pula yang
dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam shahih Adab Al-Mufrad hal.385.
15 Zaad Al-Maad (2/419)
orang  yang  mengucapkan  salam.  Apabila  dia  tidak  mendengarnya,  maka
kewajiban menjawab salam belum terpenuhi. 16  

6.  Diantara  sunnah  adalah  menyamaratakan  salam,  maksudnya  adalah
mengucapkan  salam  kepada  orang  yang  kita  kenal  maupun  kepada  orang
yang tidak kita kenal.
Berdasarkan  hadits  yang  diriwayatkan  didalam  Ash-Shahihain  dan
selainnya,  dari  Abdullah  bin  Amr  radhiallahu  ‘anhu,  bahwasannya  seseorang
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah amalan yang
paling baik didalam Islam?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Memberi  makan,  mengucapkan  salam  kepada  orang  yang  dikenal  maupun
yang  tidak  dikenal”.17    Hadist  ini  berisi  anjuran  untuk  menyampaikan  dan
menyebarkan salam diantara manusia, karena padanya terdapat kemashlahatan
yang  sangat  besar  diantaranya  adanya  untuk  menyatukan  sesama  kaum
muslimin  dan  menentramkan  hati  bagi  yang  lainnya.  Sebaliknya  jika
memberikan salam hanya kepada orang orang yang tertentu saja, artinya hanya
kepada orang –orang yang dikenal. Maka perbuatan seperti ini bukan perbuatan
yang terpuji bahkan memberikan salam hanya kepada orang-orang tertentu saja
merupakan tanda-tanda hari kiamat. 
Dalam  musnad  Imam  Ahmad  terdapat  hadits  yang  diriwayatkan  dari
Ibnu  Mas’ud  bahwasannya  beliau  berkata:  “Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa
sallam  bersabda:  “  Sesungguhnya  diantara  tanda-tanda  hari  kiamat  adalah  jika
ucapan  salam  disampaikan  hanya  terhadap  orang  yang  dikenalnya  saja”.  Dan
dalam  riwayat  yang  lain  disebutkan:  “Seseorang  mengucapkan  salam  kepada
                                                
16 Al-Adzkar hal.304 dan 355 dan beliau telah banyak mengutip, disebabkan banyaknya orang-orang yang
menggampangkan dalam menjawab salam, maka jika seorang muslim tidak memperhatikannya ia akan
mendapat dosa karenanya. 
17 Perkataan ini di kaitkan kepada kaum muslimin dan bukan yang lainnya, maka tidak masuk padanya
orang kafir karena tidak akan diterima do’a untuk mereka. 
seseorang lainnya, dan tidaklah ia mengucapkan salam itu kecuali hanya kepada
orang yang dikenalnya saja”.18

7. Di sunahkan  bagi yang datang mendahului mengucapkan salam.
Ini  adalah  perkara  yang  sangat  populer  dan  tersebar  ditengah-tengah
manusia,  dan  sekian  banyak  nash  syara’  mendukung  amalan  terseut.  Dimana
sunnahnya  mengucapkan  salam  adalah  bagi  seseorang  yang
datang/mengunjungi  mendahului  dalam  memberikan  salam  tanpa  saling
menunggu.  Dan  telah  lalu  pembahasan  tentang  tiga  orang  yang  datang  kepada
Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  dan  berkata  yang  pertama:  “Assalamu
’alaikum  warahmatullahi  wa  barakatuh,  dan  yang  kedua  berkata:  “Assalaamu
’alaikum  warahmatullah,  kemudian  yang  ketiga  mengatakan:  “Assalaamu
’alaikum”. 
An-Nawawi  berkata:  “Adapun  apabila  mendatangi  beberapa  orang  yang
sedang  duduk-duduk  atau  yang  duduk  sendiri,  maka  hendaklah  yang
mendatangi  memulai  salam  kepada  terlebih  dahulu  kepada  setiap  orang  yang
didatanginya  baik  seorang  anak  yang  masih    kecil  atau  orang  yang  sudah
dewasa, sedikit maupun banyak19.   

8. Disunnahkan orang yang berkendara memberikan salam kepada orang yang
berjalan  kaki,  orang  yang  berjalan  kepada  yang  duduk,  yang  sedikit  kepada
yang banyak dan yang kecil kepada yang besar.
Berkaitan  dengan  masalah  itu,  ada  beberapa  hadits  yang  shahih  sebagai
dalil  diantaranya  hadits  yang  diriwayatkan  oleh  Abu  Hurairah  radhiallahu
‘anhu,  beliau  berkata:  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersdabda:
“Hendaklah  orang  yang  berkendara  memberi  salam  kepada  yang  berjalan  dan
                                                
18 HR.Al-Bukhari no.12 dan Muslim no.39
19 Al-Adzkar hal.370
yang  berjalan  kepada  yang  duduk  dan  yang  kecil  kepada  yang  besar”.20  Pada
riwayat  Al-Bukhari:   “Hendaklah  memberi  salam  yang  kecil  kepada  yang  besar
dan yang berjalan kepada yang duduk dan yang sedikit kepada yang banyak”.21 
Sebagian  ulama  telah  menjelaskan  tentang  hikmah  mereka  didahulukan
untuk mengucapkan, ulama tersebut mengatakan, “Salamnya anak kecil kepada
orang  dewasa  merupakan  hak  orang  dewasa  untuk  dihormati  dan  dimuliakan
dan  ini  merupakan  adab  yang  sepantasnya  untuk  dijalankan.  Demikian  pula
salamnya orang yang berada diatas kendaraan kepada orang yang berjalan akan
mengantarkan  sikap  tawadhu’  pada  diri  seseorang  yang  berada  diatas
kendaraan  dan  menjauhkannya  dari  kesombongan.  Dan  salamnya  orang  yang
berjalan kepada orang yang sedang duduk hukumnya disamakan  dengan tuan
rumah.  Serta  salamnya  orang  yang  sedikit  kepada  orang  yang  banyak  adalah
merupakan hak bagi mereka karena mereka memiliki hak yang besar”22.  
Masalah  :  Apakah  seseorang  yang  menyalahi  hukum  tersebut  mendapatkan
akibat  dari  perbuatannya,  semisal  jika  yang  besar  mengucapkan  salam  kepada
anak  kecil,  yang  duduk  kepada  yang  berjalan,  yang  berjalan  kepada  yang
berkendara, dan yang banyak kepada yang sedikit?
Jawab  :  Tidak  ada  dosa  bagi  orang  yang  menyalahi  tuntunan  Sunnah  tersebut
akan  tetapi  dia  telah  meninggalkan  yang  utama.  Al  –  Maaziri  berkata:  “Tidak
mengharuskan  seseorang  yang  meninggalkan  perkara  yang  Sunnah  terjerumus
pada suatu yang makruh, melainkan hanya sebatas meninggalkan perkara yang
lebih  utama.  Maka  apabila  seseorang  yang  dianjurkan  untuk  memulai  salam,
namun  yang  lainnya  mendahului,  maka  yang  ornag  yang  dianjurkan  memulai
slaam  tersebut  telah  meninggalkan  amalan  yang  Sunnah  sementara  orang  lain
yang  melakukannya  telah  melakukan  amalan  yang  sunnah.  Kecuali  apabila  ia
mendahuluinya  maka diapun meninggalkan perkara yang disunahkan juga”23. 
                                                 
20 HR.Al-Bukhari 6232 dan Muslim 2160
21 HR.Al-Bukhari no.6231
22 Lihat Fathul Baari (19/11)
23 Fathul Baari (19/11)
Masalah  lainnya  :  Apabila  bertemu  orang  yang  sama-sama  berjalan  atau  yang
sama-sama berkendara, siapakah yang lebih dahulu untuk memberikan salam?
Jawab  :  Jika  demikian  keadaanya,  maka  hendaklah  yang  lebih  muda
memberikan  salam  kepada  yang  lebih  dewasa  berdasarkan  hadits  yang  telah
lalu.  Seandainya  umur  mereka  sama,  dan  juga  dari  sisi  manapun  mereka  sama,
maka  yang  lebih  baik  diantara  mereka  berdua  adalah  yang  paling  pertama
memulai  salam,  berdasarkan  sabda  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  :  “Yang
lebih  baik  dari  keduanya  adalah  yang  pertama  memberikan  salam”.24
Diriwayatkan  dari  hadist  dua  orang  yang  saling  memboikot  satu  dengan
lainnya.
Dan  berdasarkan  hadits  Jabir,  beliau  berkata:  “Jika  bergabung  (bertemu)  dua
orang  yang  sedang  berjalan,  maka  yang  pertama  memulai  salam  adalah  yang
paling uatama”.25 
Masalah  ketiga  :  Apabila  bertemu  dua  orang  yang  sedang  berjalan  kemudian
ada  yang  menghalanginya  seperti  pohon  atau  pagar  dan  yang  lainnya,  apakah
disyariatkan bagi mereka untuk mengucapkan salam jika bertemu lagi?
Jawab  :  Ya,  disyariatkan  bagi  mereka  untuk  saling  mengucapkan  salam
walaupun  mereka  bertemu  berulang  kali,  setelah  tidak  ada  yang  menghalangi.
Hal  ini  berdasarkan  hadits  Abu  Hurairah  radhia;;ahu  ‘anhu,  bahwasannya  dia
berkata:  “Apabila  seorang  dari  kalian  bertemu  saudaranya  maka  ucapkanlah
salam  kepadanya,  apabila  ada  penghalang  diantara  mereka  seperti,  pohon  atau
pagar atau batu, kemudian mereka bertemu lagi maka hendaklah mereka saling
memberikan salam.”26 

9. Mengucapkan salam kepada wanita yang bukan mahram atau wanita asing.
                                                
24 HR. Al-Bukhari (6077)
25 HR. Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad (994) dan Ibnu Hajar menshahihkan sanadnya dalam
Fathul Baari (11/18) Dan Asy-Syaikh Al-Albaniy menshahihkannya dalam shahih Adabul Mufrad (1146)
26 HR.Abu Daud (5200) dengan dua sanad yang salah satunnya marfu’ (sampai kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam) sedangkan yang satu lagi mauquf (sampai kepada sahabat) dan Al-Albaniy
berkata, “Shahih secara mauquf dan secara marfu’)
Sebagian  ulama  melarang  seorang  laki-laki  memberikan  salam  kepada
wanita  asing  dan  sebagian  membolehkannya  jika  dipercaya  aman  dari  fitnah.
Sebagian ulama memberikan penjelasan lebih rinci berkaitan dengan perkara ini:
Apabila wanita asing tersebut adalah seorang wanita muda dan cantik maka ini
tidak  diperbolehkan,  akan  tetapi  jika  kepada  wanita  yang  sudah  tua  maka  itu
diperbolehkan. 
Inilah  pendapat  yang  dikemukakan  oleh  Imam  Ahmad.  Shaleh  berkata,
“Saya  bertanya  kepada  ayahku:  “Bolehkan  memberikan  salam  kepada
perempuan?”, maka beliau menjawab: “Adapun jika ia seorang wanita yang tua,
maka itu dibolehkan dan jika ia seorang pemudi maka janganlah kamu berbicara
dengannya”.27 
Ibnul  Qayyim  memberi  klarifikasi  seputar  permasalahan  ini,  yaitu
memberi salam kepada wanita yang telah tua, wanita-wanita mahram dan selain
mereka  dan  inilah  pendapat  yang  terpilih.  Sementara  alasan  larangan  sudah
jelas,  yaitu  untuk  menutupi  jalan-jalan  yang  akan  mengarahkan  kepada
perbuatan  maksiat  dan  dikhawatirkan  terjadinya  fitnah”.28    Sedangkan  yang
diriwayatkan dari sahabat semuanya terindikasi aman dari fitnah. 
Misalnya  pada  hadits  yang  diriwayatkan  oleh  Ibnu  Abi  Hazm  dari
bapaknya  dari  Sahl  dia  berkata,  “  …  adalah  seorang  wanita  yang  mengirimkan 
barang dagangannya – korma di Madinah -, maka dia  membawa umbi-umbian
dan  menaruhnya  disebuah  bejana  dan  mengumpulkan  biji-bijian  dari  gandum.
Apabila  kami  telah  selesai  mengerjakan  shalat  jum’at  maka  kami  berpaling
pulang dan mengucapkan salam kepadanya. Dan wanita tersebut menyodorkan
kepada kami – diantara barang dagangannya - dan kamipun senang dengan hal
itu lalu kami tidaklah tidur siang dan makan siang kecuali shalat Jum’at”.29

10. Disunnahkan memberi salam kepada anak-anak kecil.
                                                
27 Al-Adab Asy-Syar’iyah (1/352) 
28 Zaad Al-Maad (2 / 411 - 412)
29 HR. Al-Bukhari (6248)
Hal  ini  dalam  rangka  mengajari  dan  melatih  mereka  sejak  dini  tentang
adab-adab  syar’I,  dan  yang  melakukannya  telah  meneladani    Nabi  Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu telah mengabarkan kepada
kami,  beliau  mengatakan:  “Aku  berjalan  bersama  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi
wa sallam dan kami melewati  anak-anak yang sedang bermain kemudian beliau
mengucapkan salam kepada mereka”.30 
Ucapan  salam  kepada  anak  kecil  akan  menuntun  jiwa  seseorang  kepada
sifat tawadhu’ dan kelembutan dalam menghadapi anak-anak.
Masalah  :  Apabila  seorang  yang  telah  baligh  (dewasa)  mengucapkan  salam
kepada  anak  kecil  atau  sebaliknya  apakah  hukumnya  wajib  untuk  menjawab
salam?
Jawab : Apabila seorang laki-laki dewasa memberikan salam kepada anak-anak,
maka  bukan  suatu  kewajiban  bagi  anak-anak  untuk  menjawab  salamnya
dikarenakan  anak  kecil  bukan  orang  yang  terkena  kewajiban.  Berbeda  jika
seorang anak kecil memberi salam kepada seorang yang baligh, maka wajib bagi
orang yang telah dewasa untuk menjawab salam dari anak yang masih kecil dan
ini adalah pendapat mayoritas ulama.31

11. Memberikan salam kepada orang yang terjaga dan disekitarnya ada orang
yang sedang tidur.
Hendaknya  orang    yang  memberikan  salam  untuk  merendahkan
suaranya  sebatas  untuk  didengar  oleh  yang  terjaga  dan  tidak  sampai
membengunkan  orang  yang  sedang  tidur.  Hal  ini  berdasarkan  hadits  Miqdad
bin  Al-Aswad  radhiallahu  ‘anhu  dan  pada  hadits  tersebut,  beliau  berkata:  “  …
Setelah  kami  memerah  susu  dan  setiap  orang  dari  kami  meminum  bagian
mereka  masing-masing  dan  kami  memberikan  bagian  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi
wa sallam . Beliau –  Miqdad –berkata: “Lalu beliau datang diwaktu malam dan
                                                
30 HR. Al-Bukhari (6147) dan Muslim (2168) dan lafazh hadits diatas adalah lafazh beliau.
31 Syarh Shahih Muslim oleh An-Nawawi Jilid 7 bab 13 hal.123 dan Fathul Baari (11/35)
mengucapkan  salam  tanpa  membangunkan  yang  sedang  tidur  dan  hendaklah
memperdengarkan salamnya kepada yang tidak tidur …”32 
Pada  hadits  ini  terdapat  adab  Nabawiyah  yang  sangat  tinggi  dimana
beliau  memperhatikan    keadaan  orang  yang  sedang  tidur  agar  tidak  terganggu
tidurnya  dan  pada  saat  yang  bersamaan  beliau  juga  tidak  melewatkan
keutamaan salam !.

12. Dilarang mengucapakan salam kepada ahli Kitab.
Kita  telah  dilarang  melalui  lisan  Nabi  kita  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam
telah  untuk  memulai  mengucapkan  salam  kepada  kepada  ahli  kitab,  beliau
bersabda:  “Janganlah  kalian  memulai  mengucapkan  salam  kepada  Yahudi  dan
Nashrani  apabila  kalian  bertemu  dengan  salah  seorang  diantara  mereka
dijalanan  maka  desaklah  dia  kebagian  jalan  yang  lebih  sempit”.33    Setelah
larangan yang jelas ini tidak seorangpun diperkenankan memberi komentar.
Masalah  :  Apabila  kita  membutuhkan  mereka  apakah  diperbolehkan
memberikan salam kepada Ahli Kitab ?
Jawab  :  Hadis  diatas  telah  jelas  menunjukkan  larangan  mengucapkan  salam
kepada  mereka,  akan  tetapi  jika  hal  itu  sangat  dibutuhkan  maka  hendaklah
menyapa  mereka  selain  dengan  ucapan  salam,  mungkin  dengan  mengucapkan
selamat pagi, selamat sore dan lainnya. 
Ibnu  Muflih  mengatakan  Asy-Syaikh  Taqiyuddin  mengatakan  :  “  Apabila  dia
menyapanya  dengan  selain  ucapan  salam  yang  membuat  mereka  senang,  maka
ini tidaklah mengapa.34
An-Nawawi berkata, “Abu Said – Yakni Al-Mutawalli – berkata: “Apabila
seseorang  berkeinginan  untuk  mengucapkan  salam  kepada  seorang  kafir
dzimmi,  dia  boleh  melakukannya  selain  ucapansalam,  dapat  dilakukannya
dengan  mengatakan  :  Hadaakallah  –  semoga  Allah  memberimu  petunjuk  –  atau
                                                
32 HR. Muslim (2055) dan ini bagian dari hadits yang sangat panjang.
33 HR. Muslim no.2167
34  Al-Adab Asy-Syar’iyah 1 / 391 )
An’amallahu  shabaahaka  -  semoga  Allah  memberikan  kenikmatan  kepadamu
dipagi  hari  ini  -.  Saya  berkata  (  An-Nawawi  ):  “  Pendapat  yangdiutarakan  oleh
Abu  Said  tidak  mengapa  baginya  jika  diperlukan,  dengan  mengatakan:  -
shubihta bil-khair -semoga pagi anda  baik, atau – as-sa’adah - pagi yang tenang
atau  –  al-‘afiyah  -  dengan  kesehatan  atau  –  as-surur-  semoga  Allah
menggembirakan  kamu  pada  pagi  ini  atau  mengatakan  semoga  Allah
memberikan  kesenangan  dan  nikmat  padamu  pada  pagi  hari  ini  atau  dengan
mengatakan yang lainnya yang semisal dengan ini. 
Adapun  jika  tidak  diperlukan,  pendapat  yang  terpilih  untuk  tidak
mengucapkan  sesuatu  kepadanya.  Karena  hal  itu  akan  membuat  ia  senang  dan
menampakkan  sikap  persahabatan,  sedangkan  kita  diperintahkan  untuk
bersikap  dan  berbicara  tegas  kepada  mereka  dan  melarang  kita  untuk  bergaul
dan menampakkannya. Wallahu a’lam.35

13. Menjawab salam kepada ahli Kitab dengan mengucapkan Wa’alaikum
Diterangkan  pada  hadits  Anas  bin  Malik  radhiallahu  ‘anhu  bahwa
Rasululllah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda:  “Apabila  seorang  ahli  kitab
memberikan  salam  kepadamu  maka  jawablah  dengan  mengatakan
wa’alaikum”.36 
Hadits ini memberikan penjelasan kepada kita tentang tata cara menjawab
salam  yang  disampaikan  oleh  Ahli  kitab  yakni  dengan  mengatakan
Wa’alaikum”. 
Masalah  :  Apabila  kita  mendengar  ahlil  kitab  mengucapkan  salam  kepada  kita
dengan  mengatakan  “Assalamu  ’alaikum,  dengan  lafazh  yang  jelas  apakah  kita
harus  menjawab  dengan  ucapan,  “Wa  ’alaikum,  untuk  mengamalkan  hadits  ini
atau dengan mengatakan Wa ’alaikum salam?
                                                 
35 Al-Adzkar hal.362-367
36 HR. Bukhari (6258) dan Muslim (2163)
Jawab  :    Sebagian  ulama  berpendapat  apabila  kita  telah  memastikan  lafazh
salam  tersebut  dan  tidak  diragukan  lagi,  maka  sepatutnya  bagi  kita  untuk
memjawab  salam  tersebut.  Mereka  berpendapat:  Inilah  makna  sebenarnya  dari
keadilan,  sedangkan  Allah  memerintahkan  kita  untuk  berbuat  adil  dan
melakukan  perbuatan  terpuji.37  Sedangkan  menurut  pendapat  ulama  yang  lain,
dan  ini    pendapat  yang  terpilih,  bahwasannya,  hendaklah  kita  menjawab  salam
ahlu Kitab dengan mengamalkan hadits shahih dan yang jelas dengan jawaban:
wa’alaikum.38

14.  Bolehnya  memberi  salam  kepada  sebuah  majlis  yang  bercampur  antara
kaum muslimin dan kaum kafir.
Pembolehan  ini  dapat  disadur  dari  perbuantan  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi
wa sallam  . Al-Bukhari dan Muslim dan selainnya meriwayatkan: “ bahwa Nabi
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam    suatu  saat  menungangi  seekor  keledai  dengan
pelana  yang  terbuat  dari  beludru.  Dan  beliau  membonceng  dibelakang  beliau
Usamah bin Zaid. Saat itu beliau hendak menjenguk Sa’d bin ‘Ubadah di Bani al-Haarits  bin  Al-Khazraj  –  dan  kejadian  tersebut  sebelum  perang  Badar-.  Hingga
beliau melintasi sebuah majlis yang bercampur antara kaum muslimin dan kaum
musyrikin  para  penyembah  berhala  dan  juga  kaum  Yahudi.  Dan  diantara
mereka  terdapat  Abdullah  bin  Ubay  bin  Salul.  Dan  pada  majlis  tersebut  juga
terdapat  Abdullah  bin  Rawahah.  Dan  ketika  majlis  tersebut  terkena  semburan
debu,  Abdullah  bin  Ubay  menutup  hidungnya  dengan  pakaian  jubahnya,
kemudian dia berkata : Janganlah kalian menyebabkan kami berdebu. Lalu Nabi
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam    turun  kehadapan  mereka    dan  mengjaak  mereka
untuk  beribadah  hanya  kepada  Allah  dan  membacakan  Al-Qur`an  kepada
mereka ... al-hadits “39
                                                
37 Ahkam Ahli Dzimmah (1/345-346) Ramadi lin-Nasyri, cetakan pertama tahun 1418H, dan lihat fatawa al
aqidah oleh ibnu ‘Utsaimin hal.235-236. Dan As-Silsilah  Ash-Shahihah oleh Al- Albani (2/327-330).
38 Lihat Fatawa Al-Lajnah ad-Daa`imah (3/312) fatwa no.11123.
39  HR. Al-Bukhari (6254 ) dan Muslim ( 1798 )
Memulai  salam  kepada  sekumpulan  kaum  yang  terdapat  didalamnya
kaum  muslimin  dan  kaum  kafir,  disepakati  pemboleannya.  Demikian  yang
dikatakan  oleh  An-Nawawi40.  Hadits  ini  tidaklah  bertentangan  dengan  hadits
yang  melarang  memulai  salam  kepada  Ahli  Kitab  .  Karena  hadits  itu  berkaitan
apabila  yang  diberi  salam  adalah  kafir  dzimmi  atau  kepada  sekumpula  Ahli
Kitab.  Adapun  disini,  majlis  tersebut  terdapat  kaum  msulimin,  olehnya  itu
diperbolehkan  pengucapan  salam  kepada  suatu  majlis  yang  bercampur  antara
kaum muslimin dan kaum musyrikin dengan niat salam tersebut hanya kepada
kaum muslimin.
  Ditanyakan  kepada  Imam  Ahmad  rahimahullah  :  Kami  bermualah
dengan  kaum  Yahudi  dan  Nashrani  dan  kami  juga  mendatangi  kediaman
mereka  dan  disekeliling  mereka  terdapat  kaum  muslimin,  bolehkah  kami
mengucapkan  salam  kepada  fmereka  ?  Beliau  menjawab:  Boleh,  dan  anda
meniatkan  salam  tersebut  hanya  kepada  kaum  muslimin41.  An-nawawi
mengatakan:  “Apabila  seseorang  melewati  skeumpulan  orang  yang  berbaur
antara  kaum  muslimin  datau  seorang  muslim  dan  kafir  ,  maka  sunnahnya
adalah  mengucapkan  salam  kepada  mereka  dan  meniatkan  salam  tersebut
kepada kaum muslimin atau muslim tersebut.”42
Masalah  :  Apakah  ketika  memberi  salam  kepada  sekelompok  orang  yang
bercampur  padanya  muslim  dan  kafir  dengan  mengucapkan:  ‘Assalamu’ala  man
ittaba’al huda” - keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk -?
Jawab  :  “Tidak  boleh  mengatakans  demikian  kepada  sekumpulan  orang  yang
didalamnya terdapat kaum muslimin dan kafir , akan tertapi ucapkanlah salam
kepada  mereka  dengan  meniatkan  salam  tersebut  untuk  kaum  muslimin
sebagaimana  penjelasan  di  atas.  Semakna    dengan  penjelasan  ini,  sebagaimana
yang  dikatakan  Ibnu  Utsaimin  :”Apabila  kaum  Muslimin  dan  Nashrani
                                                
40  Syarh Shahih Muslim jild 6 ( 12 / 125 )
41  Al-Adab Asy-Syar’iyah ( 1 / 390 )
42  Al-Adzkar karya An-Nawawi hal. 367 
berkumpul,  hendaklah  mengucapkan  salam  “Assalamu  ’alaikum”  dengan
maksud untuk kaum musliminnya43

15. Boleh memberikan salam dengan isyarat karena udzur.
Pada  asalnya  memberikan  salam  dengan  isyarat  adalah  terlarang,
dikarenakan  hal  itu  termasuk  kebiasaan  dari  ahlul  kitab.  Sedangkan  kita  telah
diperintahkan  untuk  menyelisihi  mereka  dan  tidak  bertasyabuh  –  menyerupai-
dengan mereka. 
At-Tirmidzi  telah  mengeluarkan  sebuah  riwayat  hadits  tentang  larangan
memberi  salam  hanya  dengan  isyarat,  karena  itu  merupakan  syiar  dari  ahlul
Kitab. At-Tirmidzi menghukumi hadits ini sebagai hadits yang gharib. 
Al-Hafidz  Ibnu  Hajar  berkata  pula  tentang  hadits  ini,  pada  sanadnya
terdapat  kelemahan,  akan  tetapi  an-Nasaa`i  meriwayat  sebuah  hadits  dengan
sanad  yang  jayyid  dari  Jabir  secara  marfu’  :  “  Janganlah  kalian  memberikan
salam dengan caranya orang Yahudi, dikarenakan salam mereka dengan isyarat
kepala dan telapak tangan serta dengan isyarat”.44 
Namun  hadits  ini  terbantahkan  dengan  sebuah  hadits  yang  diriwayatkan  oleh
Asma’  binti  Yaziid,  beliau  berkata:  “Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam
melambaikan tangannya kepada wanita sambil menyampaikan salam”.45
Akan  tetapi  hadits  ini  dipahami  bahwa  lambaian  tangan  beliau  sambil
pengucapan  salam.  An-Nawawi  mengatakan,  setelah  menyebutkan  hadits  At-Tirmidzi:  “  Hadits  ini  kemungkinannya,  bahwa  Nbai  Shallallahu  ‘alaihi  wa
sallam    menyatukan  antara  lafazh  salam  dengan  isyarat  beliau  dengan  tangan.
Dan  yang  menguatkan  hal  ini  ,  riwayat  Abu  Ad-Darda`  pada  hadits  ini,  dan
                                                 
43 Fatawa Al-Aqidah hal 237. cetakan Daar Al-Jiil.
44 Fathul Baari ( 11/16 )
45 HR. At-Tirmidzi (2697) dan lafazh  ini adalah lafazh riwayat beliau, Ahmad (27014) dan Ibnu Majah
(3701), Ad-Darimi (2637), dan Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad (1003, 1047) dan Al-Albaniy
berkata: hadits shahih.
beliau mengatakan pada riwayatnya: “ Dan  beliau  Shallallahu ‘alaihi wa  sallam 
mengucapkan salam kepada kami “46 47
Al-Hafidz  mengatakan  :  “  Larangan  mengucapkan  salam  dengan
memakai  isyarat  berlaku  kusus  bagi  yang  mampu  untuk  melafazhkan  salam
secara  indera  dan  syara’.  Jika  tidak  maka  mengucapkan  salam  dengan  isyarat
disyariatkan  bagi  seseorang  yang  sibuk    dengan  suatu  kesibukan  yang
menghalanginya  dari  pengucapan  lafazh  jawaban  salam,  seperti  seorang  yang
tengah  shalat,  seorang  yang  jauh  ataukah  seseorang  yang  busi  demikian  pula
bagi seseorang yang tuli “48
16.  Bolehnya  mengucapkan  salam  kepada  seseorang  yang  sedang  shalat  dan
bolehnya menjawab – bagi yang shalat – dengan isyarat.
  Suatu  yang  diperbolehkan  diantaranya  mengucapkan  salam  kepada
seseorang yang sedang shalat. Hal ini shahih dari pembenaran Nabi Shallallahu
‘alaihi  wa  sallam    bagi  para  sahabat  beliau.  Dimana  mereka  –  para  sahabat  –
emngucapkan  salam  kepada  beliau  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam    sementara
beliau  sedang  mengerjakan  shalat,  dan  beliau  tidak  mengingkari  hal  itu.
Pembenaran beliau ini menunjukkan bolehnya amalan tersebut.
Diantaranya  pada  hadits  Habi  radhiallahu  ‘anhu,  beliau  berkata:  “  Rasulullah
sekali  waktu  menyuruhku  untuk  suatu  keperluan,  lalau  ketika  saya  kembali,
saya  menjumpai  beliau    tengah  beribadah  –  Qutaibah  –yaitu  Ibnu  Sa’id,  pent  –
mengatakan: Sedang shalat -, lalu saya mengucapkan salam kepada beliau. Dan
beliau  memberi  isyaratkan  kepadaku.  Setelah  beliau  menyelesaikan  shalatnya
beliau  memanggilku  dna  mengatakan:  “  Sesungguhnya  engkau  memberi  salam
kepadaku  namun  saya  tengah  dalam  keadaan  shalat  “.  Dan  beliau  waktu  itu
menghadap kearah timur49.
                                                
46 HR. Abu Daud ( 5204 )
47  Al-Adzkar hal. 356 
48  Fathul Baari ( 11 / 16 )
49  HR. Muslim ( 540 )
Hadits lainnya: Hadits Shuhaib, beliau emngatakan: “ Saya melewati Rasulullah
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam,  disaat  beliau  sedang  mengerjakan  shalat,  maka
saya mengucapkan salam kepada beliau, dan beliau membalas salamku dengan
isyarat.  Beliau  berkata:  Saya  tidak  mengetahui  kecuali  beliau  mengisyaratkan
hanya dengan jari beliau50. 
Hadits-hadits  ini  dan  juga  hadits  lainnya  menunjukkan  bolehnya
mengucapkan salam kepada seseorang yang tengah mengerjakan shalat, dan dia
membalasnya hanya dengan isyarat.
Pertanyaan : Bagaimana sifat/cara menjawab salam ketika dalam shalat?
Jawab : Tidak ada pembatasan cara dan sifat ketika kita menjawab salam dengan
isyarat  ketika  dalam  shalat.  Apabila  kita  kembalikan  kepada  perbuatan
Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam,  maka  caranya  bermacam-macam,
terkadang  beliau  berisyarat  dengan  jari  berdasarkan  hadits  dari  Suhaib  yang
telah lalu. 
Terkadang  juga  beliau  berisyarat  dengan  tangannya  sebagaimana  hadist
Jabir.51 
Terkadang  juga  beliau  berisyarat  dengan  telapak  tangan  sebagaimana
hadist  dari  Abdullah  bin  Umar,  dimana  beliau  berkata,  “Rasulullah  Shallallahu
‘alaihi  wa  sallam  keluar  untuk  pergi  ke  Masjid  Quba’  kemudian  beliau  shalat
didalamnya,  lalu  datanglah  beberapa  orang  dari  kalangan  Anshar  dan
mengucapkan  salam  kepada  beliau,  lalu  aku  berkata  kepada  Bilal,  “Bagaimana
cara  Rasulullah  menjawab  salam  mereka  sedangkan  beliau  sedang  shalat?  Bilal
menjawab:  “Beliau  mengatakan  begini,  dan  beliau  meluruskan  telapak
tangannya.  Kemudian  Ja’far  bin  Aun  meluruskan  telapak  tangannya  dan
menjadikan  telapak  tangan  berada  dibawah  dan  punggung  tangan  berada
diatas”.52 
                                                
50  HR. Abu Daud ( 925 ). Al-Albani mengatakan: Shahih. Shahih Abu Daud ( 818 )
51 HR. Abu Daud (926) ini adalah hadits Muslim yang telah lalu (540)  dan telah dijelaskan riwayat Abu
Daud yakni padanya terdapat penjelasan bahwa menjawab salam ketika sedang shalat itu dengan tangan.
52 HR. Abu Daud (927) Al-Albaniy mengatakan:  hadist Hasan Shahih, Shahih Abi Daud no.820.
Didalam  ‘Aun  Al-Ma’bud  disebutkan:  “Ketahuilah  bahwa  menjawab
salam  dengan  isyarat  pada  hadits  ini  adalah  dengan  cara  telapak  tangan,
sedangkan  dari  hadits  Jabir  dengan  tangan,  dari  pada  hadits  Ibnu  Umar  dari
Suhaib  dengan  jari  telunjuk.  Dan  didalam  hadits  Ibnu  Mas’ud  yang
diriwayatkan  oleh  Al-Baihaqi,  dengan  lafazh  bahwa  beliau  menganggukkan
kepalanya, dan dalam riwayat lain dengan menolak mempergunakan kepalanya.
Riwayat-riwayat  ini  jika  diselarskan,  menunjukkan  bahwa  Rasulullah
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  sesekali  mengamalkan  yang  ini  dan  sekali  waktu
dengan  yang  lainnya,  sehingga  semua  amalan  itu  diperbolehkan.  Wallahu
a’lam.53 

17. Boleh memberi salam kepada orang yang sedang membeca Al-Qur`an dan
wajib untuk menjawabnya.  
Memberi  salam  kepada  orang  yang  sedang  disibukan  dengan  membeca
Al-Qur`an  sebagian  ulama  melarangnya  dan  sebagian  yang  lain
membolehkannya. Yang benar adalah pendapat yang membolehkannya. Karena
tidak  ada  dalil  yang  dapat  mengeluarkan  seseorang  yang  sedang  membaca  Al-Qur`an  dari  keumuman  nash-nash  syara’  yang  menganjurkan  untuk  menyebar
salam dan yang menunjukkan wajibnya membalas salam. 
Seseorang  yang  sedang  menyibukkan  dirinya  dengan  dzikir  yang  paling
tinggi  nilainya  yakni  membaca  Al-Qur`an,  buka    penghalang  baginya  untuk
tidak  diberi  salam  dan  wjaibnya  membalas  salam  tersebut  juga  tetap  wajib
waginya
Al-Lajnah  Ad-Daimah  menyatakan  dalam  slaah  satu  fatwa  pada  sebuah
pertanyaan :  Bolehnya seorang yangmembaca Al-Qur`an untuk memulai salam
dan wajib baginya untuk menjawab salam. Dikarenakan  tidak ada satupun dalil
syar’I  yang  shahih  yang  melarang  hal  itu.  Dan  hukum  asalhnya  adalah
                                                
53  ‘Aun al-Ma’bud , syarah sunan Abu Daud (jilid 12 juz 3 hal.128) terbitan Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah

berpegang  dengan  keumuman  dalil  yang  mensyariatkan  memulai  salam  dan
wajibnya  membalas  salam  kepada  seseorang  yang  mengucapkan  salam  hingga
ada dalil yangmengkhususkan hal itu 54

18. Makruh mengucapkan salam kepada orang yang sedang berada dalam WC.
Dalil  yang  menunjukkan  larangan  ini  adalah  hadits  yang  telah
diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, bahwasannya seorang melalui
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan beliau sedang  kencing, lalu
orang  tersebut  mengucapkan  salam  kepada  beliau  dan  beliau  tidak
menjawabnya”.55 
Berdasarkan dalil ini ulama telah bersepakat56 atas makruhnya menjawab
salam  bagi  orang  yang  sedang  berada  dalam  wc,  baik  sedang  kencing  atau
sedang  menunaikan  hajat  (buang  air).  Dan  disukai  bagi  orang  yang  diberikan
salam  sementara  dia  masih  berada  di  wc  untuk  terus  menyelesaikan  hajatnya
dan  menjawab  salam  tersebut  setelah  berwudhu`sebagai  bentuk  keteladanan
terhadap  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam.  Al-Muhajir  bin  Qunfudz
radhiallahu  ‘anhu  meriwayatkan  bahwa  beliau  mendatangi  Rasulullah
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam,  sedangkan  beliau  sedang  kencing,  kemudian  dia
mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi
Rasulullah  tidak  menjawab  salamnya  sampai  beliau  berwudhu`,  lalu  beliau
meminta  udzur  kepadanya,  dan  mengatakan  :  “Sesungguhnya  aku  tidak  suka
untuk  berzikir  kepada  Allah  ‘azza  wajalla  kecuali  dalam  keadaan  suci”.  Atau
beliau mengatakan, “kecuali dengan bersuci”.57

19. Disunnahkan mengucapkan salam ketika masuk kedalam rumah.
                                                 
54 Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah Lil-Buhuts Al-‘Ilmiyath wal Iftaa (4/83)
55 HR.Muslim no.370
56  Lihat Syarah Muslim karya An-Nawawi ( jilid 2  4 / 55 ) 
57 HR. Abu Daud dan lafazh ini lafazh riwayat  beliau (17) Asy-Syaikh Al-Albaniy berkata hadist ini shahih,
dan berkata Ibnu Muflih pada salah satu jalan, “Isnadnya jayyid”, Al-Adab Asy-Syar’iyah (1/355), Ahmad
(18555), An-An-Nasaa`i (38), Ibnu Majah (351) dan Ad-Darimi (2641)
Apabila  rumah  dalam  keadaan  kosong,  sebagian  ulama  dari  generasi
sahabat  dan  selainnya  berpendapat  sunnahnya  seseorang  mengucapkan  salam
kepada  dirinya  sendiri  jikalau  rumah  tersebut  da;am  keadaan  kosong.
Diriwayatkan  dari  Abdullah  bin  Umar  radhiallahu  ‘anhuma,  beliau  berkata:
“Apabila  seseorang  masuk  kerumah  yang  tidak  ditinggali,  hendaklah  ia
mengucapkan: “Assalaamu’alaina wa ‘ala ibaadillahi shaalihin”.58 
Diriwayatkan  dalil  yang  serupa  dengan  hadits  diatas  dari  Mujahid  dan
selain keduanya.59 
Ibnu  Hajar  berkata:  “  Termasuk  kedalam  keumuman  hadits  yang
mengajurkan  untuk  menyebarkan  salam  adalah  mengucapkan  salam  kepada
dirinya  sendiri  ketika  ia  masuk  kedalam  rumahnya  yang  tidak  ada  seorangpun
didalamnya. Berdasarkan firman Allah ta’ala : 
 “ Dan apabila kalian masuk kedalam rumah, maka ucapkanlah salam kepada diri kalian “
( An-Nuur :61) 60 
Begitu  juga  jika  ia  masuk  kedalam  rumahnya  yang  tidak  ada  orang  lain
didalam  rumah  kecuali  keluarganya,  maka  disunnahkan  bagi  anda  untuk
mengucapkan  salam  kepada  mereka  juga.  Diriwayatkan  dari  Abi  Az-Zubair
bahwa  ia  mendengar  Jabir  berkata,  “Jika  seseorang  masuk  kedalam  rumahnya,
hendalklah  ia  mengucapkan  salam  kepada  keluarganya  untuk  mengaharap
keberkahan dan kebaikan dari sisiAllah ta’ala”.61 
Mengucapkan  salam  ketika  masuk  kerumah  ini  bukanlah  merupakan
kewajiban.  Ibnu  Juraij  berkata,  “Aku  berkata  kepada  Atha’,  “Apakah  wajib
mengucapkan  salam  ketika  masuk  atau  keluar  rumah?”  Beliau  menjawab,
“Tidak,  karena  tidak  satupun  atsar  yang  menyebutkan  tentang  wajib  ucapan
                                                
58 Al-Adab Al-Mufrad oleh Al-Bukhari (1055) dan dikeluarkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah. Berkata Al-Hafidz
Ibnu Hajar  “sanadnya hasan” (Fathul Baari 11/22) demikian juga Asy-Syaikh Al-Albaniy mengatakan
sanadnya hasan pada Shahih Al-Adab Al-Mufrad.
59 Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/305) Cetakan Daar Ad-Da’wah
60 Fathul Baari (11/22)
61 Al-Adab Al-Mufrad (1095) Al-Albani mengatakan:  hadits ini shahih.
salam  tersebut,  akan  tetapi  disukai  jika  dilakukan  dan  hendaklah  tidak
melupakannya”.62 
Demikianlah  bahwa  tidak  ada  dalil  tentang  hal  itu,  akan  tetapi  untuk
mencari  keutamaan,  sepantasnyalah  bagi  seorang  muslim  yang  telah
mengetahui  keutamaanya  untuk  melakukannya.  Dan  diantara  keutamaannya
adalah tercantum pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah radhiallahu
‘anhu, beliau berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tiga orang
yang seluruhnya dijamin oleh Allah hidupnnya dan jika mati dijamin oleh Allah
masuk  surga,  yaitu  orang  yang  jika  masuk  kedalam  rumah  dengan
mengucapkan  salam,  maka  Allah  ta’ala  menjamin  orang  tersebut.  Dan  barang
siapa  yang  keluar  untuk  pergi  ke  masjid  maka  Allah  t’aala  menjamin  orang
tersebut. Dan seseorang yang keluar dijalan Allah, maka Allah menjamin orang
tersebut”.63 

20.  Menjawab  salam  kepada  orang  yang  mengirimkan  salan  kepadanya  dan
dan kepada yang dititipi salam.
Perkara  ini  telah  diterangkan  didalam  As-Sunnah.  Seorang  laki-laki
datang  kepada  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  dan  berkata:  “Sesungguhnya
Ayahku  menitipkan  salam  kepada  anda  “,  maka  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi
wa sallam bersabda: “ ’Alaika dan ‘ala Abiika as-salam”.64 
Dan  pada  hadits  ‘Aisyah  Ummul  Mukminin  radhiallahu  ‘anhu,  beliau
berkata:  “Sesungguhnya  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  berkata  kepadaku:
“Jibril  menitipkan  salam  kepadamu”  Aku  berkata,  “Wa’alaihis-salam
warahmatullah”.65 
Dan pada hadits yang lain juga dikatakan bahwa Jibril menitipkan salam kepada
Khadijah.  Al-Hafidz  berkata:  “Sesungguhnya  ketika  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa
                                                
62 Tafsir Ibnu Katsir (305/3)
63 Adabul Mufrad (1094) Asy-Syaikh Al-Albani berkata hadits ini Shahih.
64 HR. Abu Daud (5231) dan Albaniy menghasankannya , Ahmad (22594)
65 HR. Al-Bukhari (6253)
sallam  menyampaikan  salam  Allah  kepada  nya  melalui  Jibril  maka  Khadijah
berkata : “ Innallaha Huwa As-Salam wa Minhu As-Salam wa ‘Alaika as-salam wa ‘ala
Jibril as-salam”.66 
Walhasil dari kesemua hadits-hadits ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
menjawab  salam  kepada  orang  yang  menitipkannya  bukanlah  merupakan
sebuah kewajiban akan tetapi hanya sebuah perkara yang disukai. 
Ibnu  Hajar  berkata:  “Saya  tidakf  melihat  pada  hadits  ‘Aisyah,  bahwasannya
beliau membalas salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hal itu
bukan merupakan perkara yang wajib”.67 
Faedah  :  Ibnu  Abdil  Barr  berkata:  “Berkata  seseorang  kepada  Abi  Dzar:  “Fulan
menyampaikan/menitipkan  salam  kepadamu”  Maka  Abu  Dzar  menjawab:
“Salam itu adalah sebuah hadiah yang baik dan yang ringan untuk dipikul”.68

21.  Mendahulukan  shalat  tahiyyat  al-masjid  sebelum  mengucapkan  salam
ketika seseorang masuk kedalam masjid.
Seseorang  yang  masuk  kemasjid,  disunnahkan  untuk  melakukan  shalat
sunnah  tahiyyat  al-masjid  terlebih  dahulu  sebelum  mengucapkan  salam  kepada
orang  yang  berada  didalam  masjid.  Pada  hadits  sahabat  yang  keliru  dalam
pengerjaan shalatnya, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
bahwa  Nabi  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  masuk  ke  dalam  masjid  kemudian
seseorang  masuk  kedalam  masjid  lalu  mengerjakan  shalat,  kemudian  dia
mendatangi  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  dan  mengucapkan  salam
kepadanya,  maka  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  menjawab  salamnya
dan  bersabda:  “Kembalilah,  dan  shalatlah  !  sesungguhnya  kamu  belum
melaksanakan shalat (sampai tiga kali)…al-hadits “.69 
                                                 
66 Al-Hafidz didalam Fathul Baari menyandarkan hadits ini, kepada riwayat An-Nasaa`i dari hadits Anas.
Lihat Fathul Baari (11/14) (7/172)
67 Fathul Baari (11/14)
68  Al-Adab Asy-Syar’iyah  (1/393)
69 HR. Al-Bukhari (7939)
Ibnul  Qayyim  Al-Jauzi  berkata:  “Dan  diantara  petunjuk  Nabi  Shallallahu
‘alaihi  wa  sallam  adalah    orang  yang  masuk  kedalam  Masjid  dan  dia  langsung
melaksanakan  shalat  dua  rakaat  tahiyyat  al-masjid,  kemudian  dia  mendatangi
orang-orang  yang  ada  dimasjid  lalu  mengucapkan  salam  kepada  mereka.
Dengan demikian shalat tahiyyat al-masjid didahulukan dari pada  mengucapkan
salam  kepada  orang  yang  ada  dalam  masjid.  Hal  ini  dikarenakan  tahiyyat  al-masjid  adalah  hak  Allah  ta’ala  sedangkan  mengucapkan  salam  kepada  orang-orang  itu  adalah  hak  mereka,  hak  Allah  dalam  keadaan  yang  seperti  ini  lebih
berhak  untuk  didahulukan,  kemudian  beliau  mengutip  hadist  sahabat  yang
keliru dalam shalatnya sebagai dalil atas ulasan beliau. 
Kemudian  Ibnul  Qayyim  melanjutkan:  “Rasulullah  mengingkari
shalatnya  namun  beliau  tidak  mengingkari  salamnya  yang  diakhirkan  setelah
melaksanakan shalat tahiyyat al-masjid”.70 
Saya  berkata:  “Ini  adalah  ketentuan  bagi  orang  yang  masuk  kemasjid  dan  di
dalamnya  ada  sekelompok  orang  yang  sedang  duduk-duduk  atau  ada  halaqah
ilmu atau selainnya. Maka yang disunahkan baginya adalah mendahulukan dua
rakaat  shalat  tahiyyat  al-masjid,  kemudian  setelah  selesai  shalat  barulah  ia
mendatangi  mereka  dan  menyampaikan  salam  kepada  mereka.  Adapun  jika
masuk  masjid  sementara  orang-orang  tersebut  masih  melakukan  shalat,
hendaklah  dia  memberikan  salam  kepada  mereka  terlebih  dahulu  baru
melaksanakan  shalat  tahiyyat  al-masjid  atau  melakukan  apa  yang  telah
ditetapkan padanya. Wallahu a’lam.

22. Makruh mengucapkan salam ketika mendengarkan khutbah jum’at.
Dalil dari masalah ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
radhialallahu  ‘anhu  bahwasannya  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam
bersabda:  “  Jika  kamu  mengatakan  kepada  temanmu  pada  hari  Jum’at,
                                                
70 Zaad Al-Ma’ad (2/413-414)
“Diamlah!”  sementara  imam  masih  menyampaikan  khutbahnya  maka  kamu
telah lalai”.71  
Berdasarkan  hal  ini  maka  tidak  disyariatkan  memberikan  salam  kepada
siapapun  ketika  khatib  masih  menyampaikan  khutbah,  demikianlah  yang  telah
diperintahkan  oleh  Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  yakni  agar  semua
makmum diam ketika sedang mendengarkan khutbah imam pada hari Juma’at.
Masalah  :  “Apabila  seseorang  masuk  ke  masjid  pada  hari  jum’at  kemudian
mengucapkan  salam  kepada  jama’ah  yang  ada  didalamnya,  apakah  wajib  bagi
makmum yang berada didalam untuk menjawab salam tersebut?
Jawab  :  Al-Lajnah  Ad-Daa`imah  menyatakan:  “Tidak  diperbolehkan  bagi  siapa
saja  ketika  masuk  masjid  untuk  mengucapkan  salam  pada  hari  Jum’at
sedangkan  imam  sedang  menyampaikan  khutbah,  dan  bagi  yang  berada
didalam  masjid  tidak  diperbolehkan  menjawab  salam  disaat  imam  khuthbah.
Akan  tetapi  jikalau  dia  memjawabnya  dengan  isyarat  maka  hal  tersebut
diperbolehkan”72.  
Masalah  :  Apakah    yang  harus  dilakukan  seorang  makmun  seseorang  yang
berada  di  sampingnya  mengucapkan  salam  kepadanya  dan  menyalaminya
disaat imam sedang khuthbah?
Jawab  :  Al-Lajnah  Ad-Daa`imah  menyatakan:  “Berjabatan  tangan  saja  tanpa
berbicara.  Kemudian    menjawab  salam  ketika  imam  istirahat/selesai  khutbah
pertama.  Apabila  dia  mengucapkan  salam  sementara  imam  sedang  khuthbah
yang  kedua,  maka  anda  menjawab  salamnya  setelah  khathib  menyelesaikan
khuthbah yang kedua”.73 

23. Mendahulukan salam sebelum berbicara.
                                                
71 HR.Al-Bukhari no.934
72 Fatwa Al-Lajnah Ad-Daa`imah Lilbuhuts Al-Ilmiyah wal-Iftaa` (8/243)
73 Fatwa Al-Lajnah Ad-Daa`imah Lilbuhuts Al-Ilmiyah wal-Iftaa` (8/246)

Adapun  para  As-Salaf  Ash-Shaleh  jika  mereka  saling  bertemu,  maka
mereka  mendahulukan  salam  sebelum  bicara  dan  saling  bertanya  tentang
keadaan  mereka  dan  kebutuhan  mereka.  An-Nawawi  berkata,  “Yang  termasuk
Sunnah, jika eorang muslim mengucapkan salam sebelum dia berbicara. Hadist-hadits  yang  shahih  serta  amalan  ulama  Salaf  dan  ulama  kontemporer  sudah
demikian populernya menyepakati hal itu. Inilah pendapat yang dijadikan acuan
dalam  pasal  pembahasan  ini.  Adapun  hadits,  sebagaimana  yang  telah  kami
riwayatkan  didalam  kitab  At-Tirmidzi  dari  Jabir  radhiallahu  ‘anhu,  beliau
berkata:  “Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  bersabda:  “Ucapkan  salam
sebelum  berbicara”.  Akan  tetapi  hadits  ini  dha’if.  At-Tirmidzi  mengatakan:  “
Hadits ini  hadits munkar”.74 

24. Salam kepada pelaku maksiat dan pelaku bid’ah
Adapun  pelaku  maksiat,  maka  hendaklah  mengucapkan  salam  kepada
mereka  dan  menjawab  salamnya  ketika  mereka  mengucapkan  salam  kepada
kita.  An-Nawawi  berkata:  “  Ketahuilah  bahwasannya  seorang  muslim  yang
tidak  terkenal  sebagai  pelaku  kefasikan  dan  bid’ah,  maka  hendaklah
mengucapkan salam kepadanya dan wajib menjawab salamnya.75  
Akan  tetapi  jika  dia  telah  dikenali  sebagai  seorang  pelaku  maksiat  dan
kefasikan  serta  pelaku  bid’ah,  apakah  akan  dikatakan  untuk  meninggalkan
ucapan salam kepadanya ? 
Maka  kita  jawab:  “Apabila  hal  itu  akan  memberikan  mashlahat  kepada  pelaku
maksiat tersebut yaitu dia akan meninggalkan kemaksiatan, apabila tidak diberi
salam  ataukah  dengan  tidak  menjawab  salamnya.  Apabila  hal  tersebut  untuk
suatu  kemashlahatan  maka  salam  dapat  ditinggalkan  dan  tidak  diucapkan
kepadanya  agar  sipelaku  maksiat  berhenti  dari  perbuatannya.  Adapun  jikalau
yang  terjadi  sebaliknya,  dan  besar  kemungkinan  dalam  persepsi  kita,  bahwa
                                                
74 Al-Adzkar hal.312.  
75 Al-Adzkar hal.364
kemasiatannya  akan  bertambah,  maka  kita  tidak  mengapa  mengucapkan  salam
kepadanya  dan  menjawab  salamnya  untuk  meminimalisir  mafsadat.  Karena
tidak  ada  mashalat  yang  tercapai.  Dan  masalah  ini  dasarnya  kembali  kepada
masalah pemboikotan – yaitu kepada pelaku maksiat dan bid’ah , pent -
Sedangkan  kepada    pelaku  bid’ah.  Sesungguhnya  bid’ah  sendiri  terbagi
menjadi  dua  bagian.  Ada  bid’ah  mukafirrah  (yang  menyebabkan  pelakunya
kafir)  dan  yang  tidak  menyebabkan  pelakunya  kafir.  Maka  bagi  pelaku  bid’ah
mukaffirah,  tidak  diperbolehkan  mengucapkan  salam  kepadanya  dalam
keadaan  apapun.  Dan  bagi  pelaku  bid’ah  yang  atidak  menyebabkan  pelakunya
kafir, maka hukumnya serupa dengan hukum bagi pelaku maksiat sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas. 
Kami  akan  menyadur  perkataanAsy-Syaikh  Muhammad  bin  ‘Utsaimin
tentang  masalah  pemboikotan  terhadap  pelaku  bid’ah.  Penjelasan  beliau
ditujukan  kepada  masalah  yang  berkaitan  dengan  mengucapkan  salam  kepada
pelaku  bid’ah.  Namun  masalah  tersebut  tidak  ada  perbedaannya,  karena
masalah  pemboikotan  juga  mencakup  peninggalan  ucapan  salam  dan
menjawabnya.
Asy-Syaikh  berkata:  “Adapun  memboikot  mereka  (pelaku  bid’ah)  ,  maka  itu
tergantung  kepada  kebid’ahannya,  jika  bid’ahnya  itu  mukaffirah,  maka  wajib
untuk  memboikotnya.  Akan  tetapi  jika  bukan  merupakan  bid’ah  mukaffirah
maka  pemboikotan  terhadapnya  bergantung  terhadap  mashlahat  yang  tercapai,
jika  ada  maka  kita  melakukannya  dan  jika  tidak  terdapat  mashalahat  dalam
pemboikotan  tersebut  maka  kita  meninggalkannya.  Hal  tersebut  dikarenakan
asal  pada  seorang  mukmin  adalah  pengharaman  dalam  memboikotnya,
berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak halal bagi seorang
mukmin untuk tidak menegur saudaranya lebih dari tiga hari”.76   
Dalil  maslaah  ini  adalah  hadits  Ka’ab  bin  Malik  radhialahu  ‘anhu  yang
sangat panjang ketika beliau menyelisihi tidak ikut berjihad bersama Rasulullah
                                                
76 Fatawa Al-Aqidah hal.614
Shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  dan  taubat  beliau  kepada  Allah.  Pada  hadits
tersebut Ka’ab berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kaum
muslimin  untuk  berbicara  kepada  salah  seorang  dari  tiga  orang  yang  telah
menyelisihi  beliau,  maka  orang-orang  pun  meninggalkan  kami  dan  mereka
berubah  sikap  mereka  kepada  kami.  Sehingga  bumi  ini  terasa  sempit  bagi,
tidaklah sebagaimana yang telah saya ketahui. Kmaipun berada dalam keadaan
demikian  sleama  lima  puluh  malam.  Adapun  kedua  temanku,  keduanya
berdiam  diri  dan  duduk  dirumah  mereka  berdua  menangis.  Sedangkan  saya,
saya  adalah  yang  paling  muda  dan  paling  gigih  diantara  mereka.  Sayapun
menghadiri  shalat  bersama  kaum  muslimin,  dan  berada  dipasar,  namun  tidak
seorangpun  yang  menyapaku.  Dan  saya  mendatangi  Rasululah  Shallallahu
‘alaihi  wa  sallam    dan  mengucapkan  salam  kepada  beliau,  sementara  beliau
masih  berada  ditempat  duduk  beliau  selepas  mengerjakan  shalat.  Maka  saya
bertanya  kepada  diriku:  Apakah  beliau  menggerakkan  kedua  bibirnya
menjawab salamku atau tidak ? “77   

25. Disunnahkan untuk mengucapkan salam ketika bubar dari majelis.
Sebagaimana  disunnahkannya  mengucapkan  salam  ketika  hendak
mendatangi  suatu  majlis  maka  begitu  pula  disunnahkan  untuk  menyampaikan
salam  ketika  hendak  meninggalkan  majlis.  Diriwayatkan  dari  Abu  Hurairah
radhiallahu  ‘anhu  berkata:  “Jika  seseorang  mendatangi  majlis,  maka  hendaklah
ia  mengucapkan  salam  ketika  hendak  berdiri  maka  hendaknya  dia
mengucapkan  salam.  Dan  salam  yang  pertama  tidaklah  lebih  utama  dari  salam
yang terakhir “78

                                                
77 HR. Al-Bukhari no.4418.
78 HR. At-Tirmidzi no.2861 dan beliau berkata, “Hadits ini hasan”. Dan diriwaytakan juga oleh Abu Daud
(5208), Al-Albaniy berkata hadits hasan shahih, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (1008) Dan Ath-Thahawi dalam Musykil Al-Atsar (1351) penerbit Muasasah Ar-Risalah


Oleh : Al-Ustadz Hammad (Abu Muawiah)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar