Ketika iman bersemi dalam hati sesuai tuntunan syariat, niscaya hati ini rindu terbang ke jannah dan takut siksa neraka

Sabtu, 31 Desember 2011

Kesalahan Dalam Memanjangkan Dan Memendekkan Kata Dalam Bahasa Arab


Bahasa arab adalah bahasa yang luar biasa, bahasa yang memiliki kosakata yang sangat banyak, satu huruf dalam satu kalimat saja, apabila dihilangkan atau di tambahkan akan menimbulkan perubahan arti yang sangat jauh berbeda, cara pembacaan harakat yang salah maka akan menimbulkan makna yang jauh berbeda.
Di antara kesalahan yang terjadi pada sebagian kaum muslimin adalah ketika membaca salah satu surat dalam al-Qur’an yaitu surat al-kafirun, di antara ayatnya adalah:
لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. Al-Kafirun: 2)
Ayat ini menunjukkan pengikraran kita sebagai seorang muslim, bahwa kita tidak akan menyembah apa yang di sembah oleh orang-orang kafir.
Sebagian kaum muslimin membaca ayat ini dengan memendekkan kata لاَ menjadi لَ . Mereka tidak tahu akibat yang di timbulkan karena perubahan ini sangat besar!!
Kata laa dengan memanjangkannya bermakna tidak (inilah yang benar) sedangkan kata la dengan memendekkannya bermakna sungguh-sungguh. (silakan lihat pembahasa pada macam-macam laa dan Macam-macam lam)
Kalau la dipendekkan, maka artinya berubah menjadi, “Aku benar-benar akan menyembah apa yang kamu sembah.” !?…. betapa berubahnya makna kalimat yang mulia ini ! bukankah dengan mengucapkannya malah ia terjatuh dalam ucapan kesyirikan?!
Contoh kalimat dalam al-Qur’an yang menggunakan la (dengan memendekkannya) adalah firman Allah dalam Surat az-Zumar,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar: 65)
Kata la (dibaca pendek) pada kalimat “La in”, pada kalimat “La yahbathonna” dan “La takunanna” merupakan la yang bermakna taukid (penguatan), sehingga kalau diartikan secara bahasa kira-kira adalah, “Sungguh jika kamu mempersekutukanku (Allah), sungguh niscaya akan hapuslah amalanmu dan sungguh kamu akan termasuk orang-orang yang merugi.”
Pembaca sekalian yang di muliakan oleh Allah, coba perhatikan, berapa La penegas dalam kalimat di atas??. Tiga buah kata penegas!!.  Belum lagi kalau nun taukid (yang juga merupakan huruf penegas) kita masukkan…
Faedah yang bisa kita ambil diantaranya adalah, betapa pentingnya mengenal kesyirikan dan perinciannya, dalam ayat ini Allah memperingatkan bahaya kesyirikan dengan sangat keras.
Faedah lainnya adalah betapa bahasa arab tidak bisa diungkapkan secara sempurna oleh bahasa lainnya. Seperti firman Allah di atas, kalau kita artikan dalam bahasa indonesia saja maka artinya seperti pada terjemahan pertama, padahal kalau ingin di ungkapkan secara lebih rinci maka artinya seperti pada terjemah yang kedua, dan arti kedua pun sesungguhnya belum mencerminkan pemahaman sempurna dari Firman Allah di atas.
Pemahaman bahasa seperti ini tidak akan bisa dirasakan kecuali jika menguasai bahasa arab, sepintar apapun penerjemah, dia akan kesulitan, bahkan tidak bisa untuk menerjemahkan bahasa arab ke bahasa lainnya dengan sempurna, karena sulitnya mencari kosakata yang sesuai, sulitnya mengungkapkan gaya bahasa arab dengan bahasa lainnya…
Karena itu pulalah mengapa sebagian para ulama mengatakan kalau mempelajari bahasa arab hukumnya adalah wajib, mereka mengambil  kesimpulan ini dari kaidah,
مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”
Kalau kita tidak mungkin memahami al-Qur’an dan as-Sunnah secara sempurna kecuali dengan mempelajari bahasa arab, maka mempelajari bahasa arab hukumnya menjadi wajib, wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar